- 3

411 44 7
                                    

New main character unlocked  :  Sean

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

New main character unlocked  :  Sean

•••

Angin malam terasa begitu dingin hingga menusuk kulit. Saat itu Zeon memilih keluar untuk mematik rokoknya di balkon. Sementara Nichole diam-diam berjalan ke arahnya.

"Ada yang harus ku tanyakan padamu."

Zeon melirik sekilas. "Apa ada sesuatu yang penting?"

Nichole mengangguk sebagai balasan. "Iya," tegasnya. "Dari awal aku melihatmu, aku ingin bertanya tentang ini."

"Apa hubunganmu dengan Elna? Kekasih? Atau—"

"Dia bukan siapa-siapa," balas Zeon cepat memotong pembicaraan Nichole. Pria ini mematikan puntung rokok miliknya, dan memilih menilik Nichole lebih dekat.

"Sepertinya ini alasanmu mendekatiku, bukan?" tebaknya. Matanya seakan berkilat setajam elang yang siap memangsa.

Nichole memalingkan wajahnya. "Dari awal aku tidak ada niatan mendekatimu."

Zeon terkekeh geli. "Menarik. Sayang sekali ini tidak sesuai dengan pikiranmu, Nona."

"Wanita-wanita cantik memang selalu berada di sisiku. Jadi, jangan heran dengan Elna ..., maupun dirimu," lanjut Zeon melengos pergi. Meninggalkan kekesalan dalam hati Nichole yang menatapnya diam.

Nichole tersenyum kecut.

•••

Seorang pria bertubuh tinggi dan tegap terlihat menenteng dua tas besar di kedua sisi tubuhnya. Tangannya menekan bel, menunggu si penghuni keluar.

Hingga ketika pintu terbuka, Nichole sedikit terkejut namun ia langsung merubah ekspresinya.

"Hai?"

"Hai juga." Setelah mengatakan hal singkat itu, Nichole justru berjalan pergi ke dalam apartemennya.

"Kekasihmu ini pulang, kenapa ekspresimu seperti itu, Nic?"

Nichole berjalan ke arah kulkas dan mengambil sebuah kaleng minuman bersoda, menegaknya sekaligus. "Ekspresiku selalu seperti ini, Sean."

"Aku merindukanmu, sayang," Sean berjalan mendekat dan membawa Nichole ke dalam pelukannya. "I love you."

Pelukan yang terasa begitu berbeda setelah Nichole tahu Sean menyelingkuhi dirinya. Dia menjadi tidak senang dengan fakta tersebut. Karenanya, Nichole melepaskan pelukan itu secara sepihak.

"Kau bau keringat. Seharusnya kau bersihkan diri dulu."

Sean menekuk bibirnya. "Tapi, walaupun begini, ada saja yang mengejar ku."

"Aku tidak."

"Baiklah baiklah, Nyonya besar."

Baru saja beberapa langkah Sean pergi, Nichole langsung menyerukannya lagi. "Ada yang kau sembunyikan?"

Tubuh Sean mematung. Dia beralih menatap Nichole dan mengangkat sebelah alisnya. "Tidak ada."

Nichole menghela panjang. "Akan ku maafkan jika kau jujur sekarang. Daripada nanti aku yang tahu sendiri."

Perasaannya tidak enak, Sean bergerak canggung, dia menggaruk tengkuknya. "Tidak ada..."

Salah satu hal yang Nichole benci, Sean selalu mengelak atas tindakannya. Alisnya berkerut, Nichole dengan ekspresi kesal melengos pergi tanpa berkata apa-apa lagi.

"Nichole?" panggil Sean lirih.

Cepat-cepat Sean mengejar dan menahan pergelangan tangan Nichole. Wajah lelahnya sangat kentara. "Baiklah, aku salah."

Nichole berhasil menatapnya serius, menunggu kelanjutan perkataan Sean.

Ditatap seperti itu, Sean mengerjapkan matanya berkali-kali. Dia menelan ludahnya susah payah. "Aku salah karena tidak tau kesalahanku...," gumamnya pelan, terasa ragu.

Sial, salahnya karena percaya pada Sean si brengsek ini. Nichole menepis tangan Sean kasar.

Tapi tindakan Sean berikutnya membuat Nichole tersentak di tempatnya. Pria itu tiba-tiba menjatuhkan tubuhnya, berlutut dengan wajah memelas.

"Maafkan aku, Nichole."

Nichole meringis.

Sampai kapanpun si kekasih bajingannya ini tidak akan pernah mengaku. Jadilah Nichole yang memancingnya. "Karena terlalu lama kau pergi, aku kemarin pergi ke klub."

Sean langsung mengangkat wajahnya.

"Lalu, seperti yang kau pikirkan. Aku bercinta dengan pria disana," kata Nichole pelan dengan seringaian lebar.

Tangan Sean mengepal erat, dia menggigit bibirnya untuk tak mengeluarkan kata-kata kasar. Wajahnya kembali menunduk, namun rahangnya tetap mengeras.

Nichole tersenyum menang. Dia sedikit menurunkan tubuhnya, menarik dagu Sean agar kembali menatapnya. Gadis dengan surai panjang itu diam beberapa saat.

Hingga raut wajahnya berubah, dan berkata, "Kau selalu mengingatkanku padanya."

•••

Sejujurnya, situasi saat ini Zeon sulit berkata kalau ini adalah rencananya. Padahal, niatnya bukan itu. Tapi, sekarang Zeon menyesal telah membawa Steven ke gym bersama.

"Ah jadi ini gym rahasiamu," decak kagum Steven.

Zeon menghela dan beralih untuk mengambil handuknya. "Apa kau senang sekarang?"

"Tentu saja, bro," balas Steven tersenyum polos.

Kekehan kecil Zeon, dia hanya geleng-geleng. Matanya mengedarkan pandangan. Lantas kembali menatap Steven. "Apa temanmu itu..."

"Hm?" Steven mengangkat sebelah alisnya. Tangannya sibuk mengangkat barbel, tapi masih bisa menimpali perkataan Zeon.

Zeon berdecak. Apa terdengar aneh jika dia menanyakan tentang Nichole pada pria aneh ini?

"Apa ini tentang Nichole?" tanya Steven tepat sasaran karena berhasil membuat Zeon gugup dan bergerak gelisah.

Steven menyelesaikan kegiatan angkat bebannya, dan beralih ke Zeon dengan tatapan serius. "Kenapa? Kau menyukainya?"

"Ck, menyukainya?" decak Zeon kesal. "Tidak."

"Lalu kenapa?"

Zeon mengulum bibirnya. "Hanya ... aku belum pernah melihatnya sebelumnya. Tapi, kurasa dia mahir dalam..."

Tiba-tiba Zeon berhenti, dia bingung sendiri dengan perkataannya. Hal itu berhasil membuat Steven tergelak kencang. Dia menepuk bahu Zeon keras.

"Kau..., ah gimana aku menjelaskannya. Dia memang seperti itu. Nichole lebih dulu lihai daripada dirimu."

Steven mengubah ekspresinya jadi serius. "Kadang ada yang bilang seperti ini, 'jika kau belum pernah diajak Nichole berkencan maka kau tidak menarik'. Jadi, hampir setiap pria klub pasti mengenalnya."

"Sayangnya kau belum ada saat masa Nichole waktu itu."

Perkataan Steven bagaikan menyerap ke seluruh otaknya dan dicerna baik-baik oleh Zeon. Ah pantas saja Nichole terasa bermain-main dengannya. Ternyata dia sebenarnya memang pemain.

"Menarik."

Steven kembali berujar. "Tapi, aku tidak akan membiarkanmu dekat dengannya. Karena dia telah meninggalkan diri Nichole yang dulu."

Zeon menyeringai kecil, "Menurutku tidak. Dia akan menjadi Nichole yang dulu."

"Coba saja," tantang Steven.



'Coba saja jika kau bisa mengalahkan perasaan Nichole pada orang itu.'

•••

Last ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang