- 18

141 21 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Zeon, tolong aku!"

Nichole berseru kencang diiringi tangisan pilunya. Wajahnya terlihat lusuh dan mengenaskan. Dari kejauhan, Zeon hanya mematung tanpa bisa menggerakkan kakinya untuk menyelamatkan Nichole.

Hingga detik selanjutnya tanpa sadar, Zeon hanya berteriak tak bersuara.

Darah mulai merembes di perut Nichole, membuatnya semakin kentara di pakaiannya yang putih. Nichole pun terbatuk dan mengeluarkan darah segar dari mulutnya.

"Zeon...? Tolong aku...," lirih Nichole yang perlahan kehilangan kesadaran dan berakhir tergeletak tak bernyawa.

"AARGH!!"

Zeon terengah-engah, menatap sekeliling. Dinding putih itu menyadarkannya jika tadi itu hanya lah mimpi semata. Zeon menyambar segelas air di nakas dan menegaknya sekaligus.

Tangannya mengepal erat. Tatapannya mulai kosong dan pikirannya mulai bermunculan pikiran buruk.

"Nichole?" gumam Zeon memegang dadanya. Dia menghirup udara berat. Hingga tangannya meraih benda pipih kesayangannya.

Ada satu pesan dari Nichole tadi siang, sepertinya dia baik-baik saja. Namun, Zeon tetap saja khawatir. Akhirnya pria itu memutuskan menelpon Nichole juga.

Beberapa saat berlalu, tak ada jawaban dari Nichole. Zeon hanya menghela gusar dan semakin frustasi.

Deritan suara pintu terbuka mengalihkan perhatian Zeon. Dari arah sana, Noa hanya menatap bingung dengan ekspresi wajah Zeon saat itu.

"Ada apa?"

"Apa aku bisa pergi saat ini?"

Noa membulatkan matanya. "Kau gila?! Kau sadar tidak jika lukamu bahkan belum kering."

Last ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang