14. Hilang

393 37 5
                                    

.

.

.

"Pasti mas Gunamel suka," gumam Sean menenteng bungkusan makanan yang ia beli. Sean bersenandung kecil sambil menaiki undakan rumah yang sedikit tinggi.

Namun, belum sampai pada undakan paling atas. Suara heboh Mbah Wuri dan Mbak Yun menghentikan Sean.

"Sean!" panggil Wuri panik dan tergopoh-gopoh menghampiri Sean.

Sean mendekat dengan wajah bingung.
"Nggeh?" bingungnya, wajahnya menoleh ke arah mbak Yun dan Wuri bergantian.

"Yibo,"

Sean menaikkan alisnya, "Iya?"

Wuri terlalu panik hingga napasnya menjadi tidak beraturan. Tangannya meraih Sean untuk menjaga keseimbangan tubuhnya.
"Yibo belum pulang, Sean." ujarnya membuat Sean terperanjat.

Kok bisa?

Gak mungkin Mas Gunamel tersesat, Kan??

"Yibo tadi pamit pergi, tapi sampai sekarang belum pulang. Kirain main sama kamu to Sean... Lakok kamu malah kemari." jelas Wuri gelisah.

"Kamu kemana to, Le..."

"Biar Sean yang mencarinya nggeh, Mbah Wuri yang tenang," ucapnya yang di angguki Wuri dengan lemas.

Setelah menaruh sekotak martabak daging pada meja teras, Sean langsung pergi mencari Yibo.

Dalam perjalanan Sean merenung, merasa bersalah karena meninggalkan Yibo di jalan. Dan lebih memilih acara kencannya.

Tetapi sedetik kemudian mencibir Yibo yang tidak tahu arah kembali.
"Kok bisa nyasar to, Mas??" gumamnya sambil menggelengkan kepalanya heran.

Hari sudah semakin larut, saat Sean sampai di tempat saat di mana ia meninggalkan Yibo.
"Tadi ke arah sana, dan Mas Gunamel masih mengejar sampai arah tikungan,"

Sean menjalankan motornya pada jalan menikung yang ia lewati sore tadi. Setelah tikungan terdapat dua jalur.

Jika, Mas Gunamel mengambil arah kiri, pasti dia sudah sampai rumah. Tapi beda lagi kalau mengambil jalur kanan.

Dengan santai Sean mengambil jalur kanan. Namun, saat sampai pertigaan Sean harus menggunakan nalurinya untuk mengetahui jalur mana yang Yibo ambil.
"Astaga.. Lewat mana ini?" gumamnya sedikit frustasi.

Merogoh saku celananya, Sean mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Yibo.
"Tidak tersambung, pasti ponselnya mati."

"Mas Gunamel.." teriaknya di sepanjang jalan yang ia lewati.

Jalur yang Sean lewati tak lagi jalan mulus seperti sebelumnya. Melainkah jalan tanah yang sedikit basah juga berumput.

Lampu penerangan juga belum menjangkau area yang Sean lewati.
"Gak mungkin mas Gunamel lewat sini," gumam Sean melihat sekeliling.

Sangat gelap dan sepi.

Suara jangkrik dan binatang malam menemani langkah Yibo yang berjalan gontai dalam kesunyian malam.

Tangannya memegang sebuah ranting yang sengaja ia pungut untuk dirinya mainkan, juga sebagai pertahanan diri jika ada serangga yang menyerangnya.

Yibo benci serangga, terutama yang memiliki banyak tentakel.
Membayangkan saja sudah membuat bergidik ngeri.

Belum lagi masalah hantu :(

Yibo kuat :)

Sedang di tangan satunya terdapat ponselnya yang kehabisan daya.

"Sial.." desis Yibo saat kakinya terperosok ke dalam parit.

Kakinya yang lelah dan lusuh semakin terlihat kotor saja saat lumpur lengket itu menghiasi seperempat kaki dan celana miliknya.

"Haissh!!!" Ia lemparkan ranting di tangannya dengan kasar, kemudian berjongkok dengan tangan yang menangkup seluruh wajahnya.

Yibo tidak menangis, dia cowok cool.

Dia tidak akan menangis dengan hal sepele seperti ini.

Tidak akan.

Tidak..

Hingga suara ingus tersedot ke dalam lubangnya terdengar nyaring di sunyinya malam.

Yibo menangis.

Menangis tanpa isakan, matanya yang berderai air mata tanpa suara itu menyisir area sekitar, berharap ada seseorang yang dapat di mintai tolong.

Tetapi orang gila mana yang pada tengah malam pergi ke sawah?

"Sean anjing!" umpat Yibo yang entah keberapa, ke seratus tujuh puluh delapan mungkin.. Bahkan Yibo sudah menyumpah serapahi Sean di sepanjang perjalanan menyesatkan ini.

Akan tetapi Yibo juga berharap bahwa Sean menemukan dirinya.

Hingga... Samar-samar Yibo mendengar seseorang memanggil namanya.

"Mas Gunamel.."

Sean menghentikan motornya mendadak saat bayangan hitam menakutkan muncul dari tengah area persawahan, dan berlari ke arahnya dengan sangat cepat.

"Astaga!! Apa itu?!" panik Sean yang berusaha untuk memutar balik arah motornya dengan sangat kesusahan.  Karena jalan yang terlalu sempit untuk memutar motornya.

Sean turun dari motornya dan memutar balik motornya secara manual dengan sisa tenaganya.

"WAAAAAAAA!!!!" Teriaknya saat sosok itu semakin dekat ke arahnya.
Terlampau panik, Sean menarik gas dengan kencang hingga motornya berasap dan bersuara sangat nyaring.

Sean lupa belum memasukkan gigi motornya :)

"AAAAHMmmpp!!!" pekikan Sean teredam oleh benda asing yang di sumpalkan ke dalam mulutnya.

Sosok itu juga mencekik Sean dari belakang.

"Emmpphh!!" erang Sean terus berusaha melepaskan cekikan pada lehernya.

Hingga Sean merasa bahwa nyawanya dalam bahaya.
Memasang kuda-kuda pertahanan diri, Sean meraih kedua lengan sosok itu dan membantingnya ke arah depan.

"Sean bangsaaat!!!" umpat Yibo saat pandangan mereka bertemu di udara.

Dunia seakan berhenti berotasi untuk beberapa detik.

"Mas Gunamel??" lirih Sean dalam hati dengan mata melotot terkejut. Tangannya bergerak berusaha meraih tubuh Yibo sebisa mungkin.

Bugh!

Terlambat...

Tubuh Yibo sudah terbanting ke tanah dengan sangat amat tidak manusiawi.

Yibo yang malang :(

Floop!

"Huahh!"
Sean melepas benda asing dalam mulutnya, dan menatap tidak percaya pada terong di genggamannya.

Lalu fokusnya kembali pada Yibo yang terbaring di tanah. Dan terlihat sangat kesakitan.

"MAS GUNAMEL!!!"






gaaaaaaaaa : 🦖

Bang Sean Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang