35 . Malong (Malu-malu Meong)

240 28 7
                                    


Sean AmertaSemakin hari semakin manis saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sean Amerta
Semakin hari semakin manis saja.
Apalagi setelah dimesumin cucu juragannya.

"Sean?" panggil Sekar mengguncang tubuh bongsor itu tidak sabaran.

"SEAN!!!" amuknya karena lelaki itu tak kunjung bangun.

Sean menggeliat sesaat, lalu setengah matanya terbuka.
"Pagi cantik.." sapanya pada gadis yang bersedekap ke arahnya itu.

"Bangun!!"

"Sini."

"Apa?" tanya Sekar saat Sean menyuruhnya mendekat.

"Sini," ucap Sean, menyuruh gadis itu untuk lebih mendekat.

Sekar mendengus, lalu mendekat pada Sean.
"Ap-WAAAHH!!" teriak Sekar saat lelaki itu malah menariknya dan langsung mengunci tubuh kecil itu.
"Bajingan! Lepaskan aku!!" amuk Sekar dengan tubuh yang bergerak terbatas.

"Sssstt!! 10 menit." ucapnya yang sudah kembali menutup mata. Sekar hanya bisa mendengus, mengikuti kemauan Sean. Lagipula ini nyaman dan hangat. Sekar menyukainya.

Gadis itu merubah posisinya menjadi menghadap Sean. Masih dengan pelukan yang mengerat pada pinggangnya.
Sekar tersenyum memandang wajah damai lelaki di depannya.

Mungkin ini adalah yang terakhir dirinya bisa sedekat ini dengan Sean. Kedepannya mungkin Gunamel sudah mampu meluluhkan lelaki straight ini. Mungkin saja kan??

Manis sekali.

Tanpa sadar tangannya terulur menyentuh wajah damai itu. Menyentuh alis, mata, hidung dan pipinya secara bergantian.

Cupp!

"Saya memang tampan." ucapnya dengan suara serak setelah mengecup bibir gadis didepannya.

"Kurang ajar!" sungut Sekar menoyor dahi Sean.

Lelaki itu terkekeh, membawa pinggang gadisnya lebih dekat lalu kembali menciumnya.

Sekar tak menolak, gadis itu malah meremas surai lelaki itu pelan, membuat Sean merubah posisi menindih tubuh yang lebih kecil. Memberikan kecupan kupu-kupu pada wajah mungil itu hingga dia merasa kegelian.

"Hentikan-" Sean menyambar bibir Sekar lagi dan melumatnya, sedikit menuntut, sampai wajah datar tiba-tiba muncul dalam pikirannya.

Merusak paginya saja. Batinnya dongkol.

Sekar mentoel gemas hidung Sean. Membuat lelaki itu menunduk dengan bibir mengerucut. Lalu menyingkir dari atas Sekar dan merebahkan tubuh bongsornya disampingnya.

Gadis itu terkekeh, menatap Sean dari samping.
"Aku tadi membuat sarapan, sekarang pasti sudah tidak lagi panas." ucapnya beranjak bangkit, tapi Sean kembali menariknya hingga tubuhnya terjatuh pada Sean.

Bang Sean Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang