27. ❤️•

443 34 11
                                    


Semakin banyak komen semakin cepat up😌❤️•

.

.

Di kamar Sean yang remang-remang.

Yibo menatap lekat laki-laki yang tengah terpejam damai itu.
Di lihatnya mulai dari kedua alis tebalnya, matanya yang tertutup, hidung lancipnya, lalu turun pada bibir tipis yang sedikit terbuka.

Yibo tersenyum tipis, saat matanya jatuh pada titik hitam kecil di bawah bibir Sean.
Jantungnya mulai berdegub dengan gila lagi.
Perlahan tubuhnya merendah. Ia melihat sekali lagi untuk memastikan mata itu tetap menutup.

Yibo menghirup udara dalam satu tarikan, ia tahu ini salah.

"Saya tahu.." lirihnya dengan mata yang setengah terbuka, menatap Yibo yang baru saja mendaratkan bibir tebalnya pada bibir tipis Sean.

Yibo membeku di tempatnya.
Mati aku. Batinnya.

Helaan napas berat terdengar.
"Saya tahu mas Gunamel tertarik dengan saya.." Sean membuka seluruh matanya dan bangun dari posisinya, kemudian menatap Yibo yang terdiam.
"Tetapi saya tidak menyangka jika sejauh ini." sambungnya dengan nada yang kecewa.

Yibo semakin menunduk, bukan seperti ini.. Dia juga tidak mengerti dengan dirinya. Dia hanya.. Hanya..

"Ini yang pertama?" Tanya Sean menyelidik.
"Jawab!" tuntutnya galak.

Yibo mendongak, menatap Sean dengan puppy eyes-nya dan berkedip. Ingin menjawab jujur, tapi Yibo takut di banting oleh Sean.

Lebih baik diam.

Sean mengusap kasar wajahnya, saat ditatap seperti itu oleh Yibo. Jangan terkecoh Sean..
"Mas Gunamel, gay??"

"Aku bukan gay!" Yibo menatap tidak terima pada Sean yang menganggapnya Gay.

"Lalu.. Kenap-"

"Aku hanya penasaran." potong Yibo cepat.

"Hah??"

Benar, dia hanya penasaran. Sangat penasaran karena Sean adalah seorang laki-laki.
Dan bibir tipis dengan mole kecil itu. Yibo menyukainya.
Maka dari itu, Yibo ingin tahu seperti apa rasanya. Meski ini bukan pertama kalinya Yibo melakukan itu. Sebelumnya mungkin lebih parah, tapi Sean cukup bodoh untuk dia tipu. Jadi Yibo aman.

Yibo menghela napasnya.
"Aku minta maaf." ucapnya tanpa penyesalan. Tapi Yibo harus berakting.

He he..

Sean menatap kasihan pria yang terus menunduk itu. Memang awalnya Sean sangat syok, bisa-bisanya ia di cium oleh sesama laki-laki.
Tapi mengingat jarak umur di antara mereka, Sean tersadar. Masa-masa seperti itu memang masa puber, mereka memang cenderung penasaran pada hal-hal ekstrem.

Tapi ini benar-benar ambigu.

Tanpa pikir panjang, Sean meraih dagu Yibo yang menunduk.
"Lihat saya." ujarnya, Yibo mendongak dengan sorot mata merasa bersalah. Tidak seharusnya ia mengikuti nalurinya.

Tapi apa boleh buat?

Yibo tidak dapat mengontrolnya.

Mata sayu itu membola terkejut saat Sean menempelkan bibir keduanya dengan lembut.

Yibo melihatnya.. mata almond itu terpejam. Dan dengan sengaja Yibo membuka mulutnya, memberi akses untuk Sean mainkan.

Tanpa menunggu lama si bibir tipis bergerak menelusupkan lidahnya dengan tidak sabaran. Daging panas itu mengobrak-abrik isi mulut lawannya dengan bebas.

"Sean.." lirihnya di tengah kegaduhan mulutnya.

Yibo tersenyum licik di balik serangan Sean yang menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri secara bergantian. Mata tajamnya memperhatikan, bagaimana Sean yang meraup bibirnya dengan mata terpejam itu.

Damn so sexy..

Yibo menyukainya, saat sesekali tangan Sean menyapu lembut rambutnya.
Tubuhnya yang semula berjongkok,  perlahan membungkuk, mendorong Sean untuk kembali terlentang dan menekannya semakin dalam.

Floop!

Ciuman mereka terjeda dengan benang saliva yang menggantung. Mata mereka bertemu dengan napas yang tersenggal.

"Haaaahhh.."

Sean menggeleng, bergerak untuk menyudahi. Namun, Yibo kembali menunduk, menggasak leher Sean yang mengkilat.
Membuat laki-laki ber-mole itu terperangah dengan sapuan lidah serta kecupan kupu-kupu yang Yibo buat pada lehernya.

Bocah ini...

"Hahh.." Alarm pada kepalanya berbunyi, Sean harus menghentikannya.
Karena bagaimanapun, meski mereka sesama laki-laki, jika terus menerus di rangsang seperti ini, tetap memuncak juga.
Dan itu berbahaya.

"Cukup, Mas. Ini.. Ini.." Yibo tidak peduli, dan malah semakin menjadi. Membuat laki-laki dewasa itu murka.

"Bajingan!" umpatnya kasar, sembari menjambak rambut hitam Yibo kuat-kuat, setelah dengan beraninya laki-laki muda itu menjilat puting Sean serta menggigitnya.

"AAAAAHH!! AW! AW!" Pekik Yibo yang sudah meringis kesakitan, sambil menahan tangan Sean pada rambutnya.

"Berani-beraninya.." geram Sean dengan gigi gemeletuk.

"Ah, ah! Aduhh!"

Sean melepaskan jambakannya, raut tidak habis pikir Sean layangkan pada Yibo, yang mencebik memegang kepalanya yang berdenyut itu.

"Kenapa menjambakku?!!"

"Diam!"

Menghela napasnya berat, Sean mengusap kasar wajahnya sendiri. Tenangkan dirimu Sean..
Kemudian menatap Yibo yang bersimpuh di bawah ranjang dengan rambut acak-acakan karena jambakan darinya.

Sean menghela napasnya yang kesekian, guna meredakan emosi yang mengepul di kepalanya.

Hufff...
"Sudah tahu rasanya, kan?" tanyanya.

Yibo mendongak takut, kemudian mengangguk.

"Sudah tidak penasaran lagi, kan?"

"..."

"Kenapa tidak menjawab?"
Sean menoleh sangsi pada laki-laki yang kini malah menatapnya memelas itu.

"Kenapa melihat saya seperti itu?"

Yibo bergumam tidak jelas. Dan hal itu kembali menyulut emosi Sean.
"Yang jelas!"

"Satu!!" Yibo berteriak dengan wajah cemberut. Sean mengernyit.
"Kali lagi.." sambungnya lirih, sambil melirik takut-takut ke arah Sean.

Mendengarnya, Sean tersenyum manis. Bahkan teraaaaaamat manis, hingga membuat Yibo terpana dan perlahan juga ikut tersenyum.

Tetapi hanya sesaat, sebelum Sean mengeluarkan pisau kecil mengkilat dari laci samping tempat tidurnya.

"Kemari sayang.."😇





🙃🙃🙃🙃🦥

...

Bang Sean Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang