22. Cokelat

321 34 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

"Sean anjing!" umpat Yibo saat melihat Sean memberikan coklat pemberiannya pada Meyi.

Itukan coklat mahal.

Dengan hati gemuruh dan langkah lebar, Yibo mendekat ke arah mereka. Lalu merampas coklat yang akan Meyi makan.

"Aakh!" pekik Meyi terkejut dengan sergapan tak terduga dari Yibo. Begitu pula dengan Sean.

"Astaga! Jantungkuu.." ucap Sean memegangi dadanya.

Dengan rakus, Yibo memakan seluruh coklat itu hingga pipinya menggembung.
Tanpa peduli pandangan gadis di sampingnya yang nampak shock!

Sean??

Sean hanya mampu tersenyum kikuk saat Yibo menatapnya penuh dengan amarah.
Mati kau Sean..

"Mas Sean??" lirih Meyi mendekat ke arah Sean karena merasa ngeri dengan Yibo yang seperti orang kerasukan.

Sean mendekap bahu sempit Meyi dan mengusapnya. Hal itu malah membuat Yibo menggeram keras, dan membuat mereka berdua panik.

"Mas Gunamel kenapa, Mas?" panik Sean sambil mengucap segala doa yang ia tahu.

Yibo mendengus, dan setelah berhasil menelan seluruh coklat dalam mulutnya. Yibo berkata.
"Apa maksudnya ini?"

Sean mengernyit,
"Apa?" tanya Sean polos dengan mata bulat beningnya.

Ingin sekali Yibo meninjunya saat ini.
"Kenapa kau memberikan padanya?? Itukan untukmu?" marah Yibo.

"Ee.."
Sean menggaruk pelipisnya yang terasa gatal. Matanya menatap Meyi dan Yibo bergantian.

Berpikir Sean.. Berpikir..

"Loh? Bukannya mas Gunamel yang menyuruh saya untuk memberikan pada Meyi?" kilahnya yang mendapat tatapan kaget dari Yibo dan Meyi.

Kapan Yibo berkata seperti itu??

Dasar mulut licin!

Mendengar itu, Meyi menatap ragu-ragu pada Yibo. Serta berpikir macam-macam.

Apa cucunya mbah Wuri menyukai dirinya??

Tidak mungkin.

Tapi jika benar demikian.. Astagaaa.. Tapi Meyi sukanya sama Mas Sean. Aduh! Bagaimana ini?? jerit Meyi dalam hatinya.

Wajahnya memerah karena pikirannya sendiri.
Bahkan Meyi sudah membayangkan jauh kedepan jika dia menerima Yibo untuk jadi kekasihnya, atau bahkan suaminya.

Meyi akan menjadi orang terpandang di desanya. Dan juga bonus dapat suami yang tampan. Kyaaa~

Namun, bayangannya sirna saat ia kembali ke alam sadarnya.

Loh??

"Mas Sean??" lirihnya menoleh kesana dan kemari, karena tidak mendapati Sean ataupun Yibo di sekitarnya.

Bibirnya melengkung ke bawah dengan manik berkaca.
"Mereka meninggalkan aku?? Sendirian? Tega sekali.." lalu matanya menatap bungkus coklat yang sudah kosong itu dengan nanar.

"HUAAAAAA!! MAMA~" jerit Meyi yang berlari pulang.

-

"Aduh! Sakit, Mas!" rintih Sean yang tengah di seret paksa oleh Yibo.

Dengan kasar Yibo mendorong Sean pada gubuk yang biasa mereka tempati saat selesai bercocok tanam, ataupun kegiatan sawah lainnya.

"Aduuh!" rintih Sean lagi saat bokongnya beradu pada papan kayu yang keras.

Yibo mendecih dengan tangan bersedekap di dada menatap nyalang ke arah Sean.

"Mas Gunamel kenapa?" tanya Sean dengan alis bertaut. Sean tidak mengerti dengan sikap Yibo yang selalu berubah-ubah.

Kemarin begitu manis seperti anak anjing yang penurut, hari ini mendadak berubah menjadi singa liar. Belum lagi hari-hari sebelumnya, yang kadang kidding.

Besok pasti juga berubah lagi.

Sean jadi berpikir jika Yibo memiliki kepribadian ganda.

Yibo tidak menjawab, karena Yibo sendiri juga tidak mengerti kenapa dirinya berbuat demikian.

"Oke, saya minta maaf." Sesalnya karena memberikan cokelat yang Yibo beri pada Meyi.

Yibo meliriknya sekilas.

"Tapi Mas, untuk apa coba memberi saya cokelat? Itukan hal yang biasa dilakukan laki-laki pada perempuan?"

Yibo menoleh dengan wajah garangnya.
"Memangnya kenapa? Ada larangan memberikan cokelat pada laki-laki?" tanyanya.

Dimana letak salahnya?

Mata Sean bergulir kesana kemari, tidak berani menatap Yibo yang tengah berfokus penuh pada Sean.
"Ya tidak ada, tapi-"

"Tapi apa?!" tuntut Yibo yang hilang kesabaran. Kesal, Yibo mengacak rambutnya frustasi lalu menghempaskan bokongnya bersebrangan dengan Sean.

Melihatnya, Sean jadi merasa bersalah. Tapi juga tidak tahu harus berbuat apa.

Haruskah Sean mengganti cokelatnya??

Tapikan.. cokelat itu pada akhirnya Yibo sendiri yang memakannya. Jadi tidak perlu mengganti. Lantas sekarang Sean harus apa, dong?

"WAAA!!" Pekik Sean saat mendapati wajah datar Yibo berada tepat di depan wajahnya.

"Sean.." lirih Yibo dengan keringat sebesar jagung yang turun dari pelipis juga dahinya.

Dengan perasaan canggung, Sean menahan tubuh Yibo yang memberat ke arahnya dengan perasaan was-was.

Ada yang tidak beres, batin Sean saat melihat gerak gerik Yibo saat ini.

"Mas Gunamel?" panggil Sean karena Yibo semakin mencondongkan wajahnya pada Sean.
Dan semakin mendekat hingga membuat Sean panik sendiri.
"Mas!! Aku lanang loh, Mas!!!" Jerit Sean saat satu tangan Yibo meremas baju depan Sean seolah akan merobeknya paksa.

Dan semakin histeris saat dirinya berpikir akan di perkosa oleh Yibo.
"Mas!!" teriak Sean menahan dada Yibo.

Hingga Sean menangkap sesuatu yang ganjal pada orang di depannya saat ini.

"Mas Gunamel?" lirih Sean saat mendapati wajah Yibo yang memucat, serta mulut yang terkunci rapat dengan pipi menggelembung.

Sean menggeleng karena tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Tidak, tidak, tidak!

"TIDAAKKK!!!"

Hoekkk!!

Sial....!

"Iyuhhh!!" Jijik Sean menutup hidungnya saat melihat pakaiannya yang penuh dengan cairan keruh dari perut Yibo.

Lalu dengan kesal Sean menjauhkan tubuh Yibo yang ambruk itu dari selangkangnya.
"Nyuri kesempatan atau apa?!" desisnya pada Yibo yang tengah kehilangan kesadaran.

"Haisssshh!"









Waaaaaa : 🦖

Untuk kelanjutan cerita ini di mohon bersabar sampai waktu yang belum di tentukan.

Di karenakan sedang sibuk-sibuknya di dunia real saya.

Sebelumnya terima kasih untuk readers.. Terima kasih sudah menyukai cerita absurd dari lapak ini.

Terima kasih..

Zaijian!!!

Sampai jumpa lagi👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋🤭🤭🤭🤭🐲🦖

Bang Sean Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang