16. Serangga

381 39 6
                                    

.

.

.

Esok paginya Sean mengantar Yibo pulang.
Sesampainya di rumah Wuri. Wuri sudah menyambut cucunya dengan sanyuman haru dan khawatir menjadi satu.

Wuri tidak bisa membayangkan jika cucunya sampai benar-benar hilang.
Apa yang akan dia katakan pada Guna dan Melan.

Mana hanya itu putra semata wayangnya, juga cucunya.

Wuri menghampiri Yibo dan memeluknya sayang.
"Gantengku.. Gak kenapa-kenapa, Kan, Le?" tanya Wuri pada Yibo yang baru saja sampai.

Yibo memeluk Wuri balik, setelahnya mengangguk.
"Yibo baik, Oma.." ujarnya sambil mengecup sayang kepala Wuri. Padahal Yibo belum pernah seperti ini pada Melan.

Yibo gengsi.

Sean menyusul dengan senyuman yang selalu terpatri pada wajahnya.
"Sugeng enjing.." sapanya ramah seperti biasa lalu menyalami Wuri.

"Sean, terima kasih ya.." ucap Wuri mengelus lengan Sean.

Sean mengangguk, dan merasa itu sudah bagian dari tanggung jawabnya.

Yibo mencibir tingkah omanya yang berlebihan di dalam hati, lalu melenggang masuk.

Yibo lapar.

Di rumah Sean, Yibo hanya di beri makan mie instan dan telur.

"Belum sarapan kan?? Ayo masuk." ajaknya pada Sean.

Sean yang memang belum sarapan tentu sangat senang, karena biasanya Sean mampir ke rumah orang tuanya dahulu untuk sarapan. Tapi pagi ini ia langsung mengantar Yibo pulang.

"Yibo mau lauk apa, ganteng?" tanya Wuri sambil menyodorkan berbagai macam lauk pada Yibo.

"Daging," jawabnya.

Wuri kemudian menepuk pundak Sean, hingga sang empu yang tengah duduk itu mendongak.
"Sean, jangan sung- Sean?!" pekik Wuri saat melihat leher Sean yang terlihat memar.

Sean yang tidak mengerti hanya menatap Wuri bingung.
"Nggeh??"

"Leher mu kenapa itu?" tanya Wuri yang melihat lebih jelas memar pada leher Sean.

Sean mengusap lehernya dengan tawa canggung, lalu matanya bersitatap dengan Yibo yang mengintimidasinya.

"Ini.. Ee.." Sean bingung harus memberi jawaban apa pada Wuri. Jika ia berkata yang sebenarnya.. Sean takut Wuri akan berpikir yang bukan-bukan. Tapi jika tidak.... Sean tidak tahu harus beralasan apa, otak Sean mendadak kosong.

Wuri menunggu jawaban dari Sean dengan tatapan sulit di artikan.

"Di gigit serangga berkaki tiga, Mbah." jawab Sean asal, membuat Yibo tersedak di tempatnya.

Wuri terdiam dengan raut heran.
"Serangga jenis apa itu, Sean?" tanya Wuri bingung sambil kembali duduk pada kursinya. "Tapi tidak beracun, kan?"

Sean tersenyum canggung sambil mengusap lehernya.
"Kurang tau juga mbah.. Sepertinya serangga langka." ucap Sean yang di akhiri tawa canggung dan gelengan.

Meski bingung, Wuri tetap mengangguk. Lalu meneruskan sarapannya yang tertunda.
"Kirain di gigit Yibo." ujar Wuri.

Uhuk!

Wuri menatap Yibo penuh selidik.
"Pelan-pelan gantengku, dari tadi kok tersedak terus." ujar Wuri menyodorkan jahe hangat pada Yibo.

"Atau memang kamu yang menggigit leher Sean, Yibo? Ngaku kamu." sidak Wuri yang sudah menatap lurus pada cucu gantengnya itu.

Yibo meneguk jahe hangat itu dalam sekali napas, lalu matanya bersitatap dengan Sean yang tersenyum penuh arti padanya. Yibo yakin, Sean tengah tertawa puas di dalam hatinya.

Awas saja, Yibo akan melakukan hal lebih.

Yibo menggeleng dengan mata melebar.
"Kurang kerjaan saja." elaknya.

"Yang benar kamu?"

"Benar Oma.. Ngapain juga Yibo menggigit lehernya??" sewot Yibo yang membuat Sean hampir meledakkan tawanya.

Wuri menatap Yibo curiga sebelum menoleh ke arah Sean.
"Hmm, soalnya.. Yibo dulu hobi gigit orang, Sean."

"Yang benar, mbah??" Sean antusias.

Wuri mengangguk dengan tawa lirih,
"Iya. Tapi semakin dewasa sepertinya kebiasaan itu perlahan hilang." jelasnya tanpa memperdulikan Yibo yang sudah berwajah masam.

"Ohhh.. Selain itu apalagi mbah?" tanya Sean yang tengah bersorak dalam hati.

Wuri menatap Yibo sekilas,
"Yibo itu ti-"

"Oma.." peringat Yibo pada Wuri yang mau membuka aib Yibo.

Wuri tersenyum melihat raut Yibo yang terlihat sangat badmood.
"Iya iya iya.. Kalian cepat berangkat sana, hari inikan panen cabe." tutur Wuri pada Yibo dan juga Sean.

"Yang lain pasti sudah menunggu kalian."

"Nggeh.."
Sean sudah siap sedia sejak berangkat mengantar Yibo, tapi berbeda dengan Yibo yang malah semakin menekuk wajahnya.

Yibo lelah, dan ingin istirahat hari ini.

"Omaa.." rengeknya menyusul Wuri ke belakang.
Meninggalkan Sean yang tersenyum melihat tingkah manja Yibo.











blupblup:🦖

Bang Sean Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang