4. Bocah prik

588 59 2
                                    

♤♡◇♧


.

.

.

.

Hari ini Yibo ingin jalan-jalan. Maklum hari kedua disini Yibo langsung kerja rodi. Harusnya kan jalan-jalan dulu.

Dan.. Berhubung Yibo tidak mengerti lingkungan disini, Wuri menyuruh Yibo pergi bersama Sean.
Yibo oke-oke saja, dari pada nyasar??
Kan gak elite, cogan masak nyasar?

Cuma masalahnya, Yibo sendiri yang disuruh ke rumah Sean. Tadi sudah di kasih arah sama Wuri, cuma seperti nya Yibo salah belok.

"Lahh.. Kok kebun mulu dari tadi?" Monolognya ketika merasa salah belok lagi.

"Balik lagi aja deh."

Yibo menyusuri jalan yang baru saja ia lewati. Dan kembali ke titik awal.

"Tadi tuh belokan keberapa ya?" Monolognya sambil terus melajukan motor nya pelan. Sampai diperempatan Yibo melihat segerombol bocah yang berkumpul sambil menenteng karung.

Yibo berhenti, tanpa ragu dirinya bertanya "Hei bocah."

Yang dipanggil bocah cuma masang tampang 'apa lo manggil-manggil?'. Tapi Yibo sabodo amat.
"Tau rumahnya Amerta gak?"

Bocah-bocah itu saling pandang, "Maksudnya, Bang Sean ya?"

Yibo mengangguk.

"Tau... Tapi masih jauh bang, dari sini." Jawab salah satu dari mereka.

"Ohh.. kira-kira arahnya kemana nih?" Tanya Yibo lagi.

"Itu, abang lurus aja dari sini, nanti ketemu pertigaan belok kanan."

"Disitu rumahnya?"

"Bukan, itu kuburan."

"Yahahahahahha!!"

Anjirrr, gue di kerjain batin Yibo dongkol.

"Bercanda bang, ihh mukanya abang serem deh."

"Jangan dengerin dia bang. Dia emang suka ngerjain orang,"

"Jadi kemana ini arahnya?" Tanya Yibo yang mulai kebawa emosi. Gak tau saja orang capek-capek nyari, muter-muter malah di kerjain.

"Ini abang lurus aja sampai ketemu patung jagung. Terus nanti belok kanan, itu masih lurus bang. Trus nanti abang bakal ketemu pertigaan. Nah disitu."

"Rumahnya Sean?" Tanya Yibo lagi. Awas saja kalau sampai di kibulin lagi.

"Rumah saya."

"Yahahaha!"

Bangsatt!!!!!! Monyet!! Anying!!!

"Ngajak ribut ya kalian?!" geram Yibo yang sudah menurunkan standar motornya.

Sebelum Yibo semakin murka, salah satu bocah berambut cepak naik di jok belakang motor Yibo. "Yuk bang aku anterin. Teman-teman saya ini emang jail. Maafin ya Bang." Ujarnya.

Yibo memicing, curiga dia itu. Takut di kibulin.

"Ayo bang, aku juga mau cari rumput ini."

Dengan enggan Yibo melajukan motornya.

"Abang orang baru ya?" Tanya nya. Yibo hanya mengangguk.

"Temennya Bang Sean?" Yibo bingung mau menjawab apa, jadi dia memilih diam. Tapi memang bukan teman.

"Ehh, belok kiri bang!"

Dengan kaku Yibo membelokkan motornya ke arah kiri, terkejut dengan teriakan bocah di belakangnya.
Dadakan banget ngasih taunya.

"Kamu kenal sama Sean?" Yibo balik bertanya.

"Tentu!"

"Kok bisa?"

"Wong saya adeknya." sahut nya enteng.

Yibo melongokkan kepalanya ke belakang , mau melihat wajah si bocah.
"Kok gak mirip?" cemoohnya.

"Awass bangg! Ada keboo!!"

Belum sempat Yibo menoleh ke depan, dirinya dan bocah itu sudah terkapar di dalam parit.

"Aduuhhhh.." keluh Yibo yang pakaiannya sudah semrawut terkena lumpur.

"Bisa bawa motor gak sih bang!" amuk bocah berambut cepak itu.

Yibo pengen ngamuk juga, tapi setelah melihat keadaan muka bocah itu penuh lumpur malah ketawa ngakak.

"Ngakak sekebonnn!" ujar Yibo tak sadar diri dengan keadaannya sendiri.

'Sok-sok an ngetawain, padahal dirinya sendiri juga macam lumpur hidup.' Batin si bocah yang menatap datar ke arah Yibo yang terus terpingkal.

Yaaaaaa : 🦖

Bang Sean Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang