29. Kabur🦆

272 24 4
                                    




Week Weekk Wekk

Wekk Weekkk

Week Wekk WkWkWkWkWkWk

Sean tengah memberi pakan bebek-bebek milik Wuri sebelum ia kemudian memunguti telur-telur berwarna biru yang berceceran.

Mengambilnya satu persatu dengan hati-hati dan dimasukkannya kedalam ember.

Sean meluruskan punggungnya yang hampir kram karena terus membungkuk. Menoleh pada pria kaku yang sedari tadi hanya menonton tanpa mau membantu.
"Mas gunamel, tolong ambilkan ember. Itu di bawah rak itu." pinta Sean saat ember yang ia bawa sudah terisi penuh dengan telur.

"Ambil sendiri."

Sean menoleh dengan mata menyipit diiringi dengusan kesal. Melirik Yibo dari atas ke bawah. Kemudian ia melangkah keluar dari kandang bebek untuk mengambil ember pengganti dengan raut dongkol.

Padahal Sean meminta tolong dengan baik, tapi tanggapan pria itu tetap saja menyebalkan. Sean kalau tidak ingat umur pasti sudah mengumpati Yibo, juga menendang laki-laki itu. Tapi Sean sadar posisi juga.

"Kalau sudah selesai, cepat masuk." titah Yibo sebelum lelaki itu melangkah masuk ke dalam rumah.

"Mas Gunamel,"

Yibo melirik dari ekor matanya dengan alis terangkat.

"Ada hal yang perlu saya urus setelah ini, kalau boleh-"

"Gak." jawab Yibo sebelum Sean menyelesaikan perkataannya.

"Jangan begitu dong, mas," Sean masih mencoba merayu pria kaku itu.

"Gak."

Wajah manis itu terlihat protes.
"Mas Gunamel-"

"Kau mendengarnya Sean." Dengan begitu Yibo melenggang masuk ke dalam rumah, meninggalkan Sean yang tengah frustasi karena ijinnya yang tertolak mentah-mentah.

Lelaki itu pada akhirnya memilih melanjutkan pekerjaannya, sambil memikirkan cara untuk kabur dari Yibo.
Lagi pula, Wuri tak menyuruhnya untuk selalu berada disisi Yibo. Dan bekerja sepanjang hari untuk melayani cucunya itu.

Dari jauh sayup-sayup Sean mendengar deru mesin mobil. Dengan cepat ia membereskan pekerjaannya. Sebelum berlari kencang menjauh dari kawasan rumah Wuri.

Sreeettt!!

Mobil itu berhenti mendadak saat seseorang menghadangnya.

Lelaki jangkung itu menurunkan kedua lengannya yang melintang. Kemudian masuk ke dalam mobil dengan tergesa.
"Yubin. Go!!" seru Sean setelah duduk manis pada bangku samping.

Yubin menjalankan mobilnya dengan wajah bingung.

Sean tersenyum senang setelah menoleh ke arah belakang dan tidak menemukan siapapun.
"Yubin, kau penyelamatku."

Yubin menoleh dengan kernyitan heran pada lelaki di sampingnya itu.
"Apa yang terjadi?"

Sean menggeleng.
"Tidak ada.. Hanya melarikan diri dari orang kurang waras."

"Ohh.. Itu mengerikan." Yubin bergidik membayangkannya. Tanpa tahu siapa yang dimaksud orang kurang waras oleh Sean.

"Sangat!"

"Penampilanmu rapi sekali, mau kemana?" tanya Sean setelah mengamati pakaian Yubin.

Yubin melirik pakaiannya sendiri dan tersenyum.
"Ke kota. Bang Sean mau ikut?"

Sean melirik penampilannya yang kacau, aroma bebek juga melekat padanya saat ia mengendus baju yang ia pakai.
Yubin juga ikut melirik.
"Sebenarnya aku ingin, tapi aku kacau sekali." ucapnya sedih.

"Mau mampir ke rumah? Aku tunggu."

"Jika kau tidak buru-buru."

"Aku tidak."

"Oke, let's go!"

-

"Sean, kenapa kau lama sekali! Huh?" amarahnya yang sudah di ubun-ubun luruh. Yang kini berganti bingung.

"Sean!"
Yibo menoleh ke kanan dan kiri, hanya menemukan telur-telur yang sudah tersusun rapi pada egg tray.

"Keparat!" desisnya saat menyadari bahwa orang yang dicarinya sudah melarikan diri.

"Awas saja kau Sean.."









Wkwkwkwkwkk : 🦖🦆

Jika kalian bingung cerita ini alurnya bagaimana. Sebenarnya saya juga bingung. Niat awal cerita ini hanya oneshoot. Tapi entah bagaimana malah jadi pecahan.
Okey!! Enjoy👍👍

Bang Sean Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang