"Eugh" lenguh Vea yang sudah terbangun dari tidurnya, dan matanya bergerak ke sana ke mari untuk mencari Xavier, tapi dia tidak menemukannya.
"Huft sepeltinya gue di tinggal" lirih Vea sedih, padahal dia ingin selalu bersama dengan Xavier, karena di dunia ini cuma Xavier orang yang dia kenal.
"Jangan sedih nona! Xavier hanya sedang mencari makan untuk nona"
"Hah? Cali makan untuk gue" bingung Vea.
"Iyah nona! Tadi sebelum tidur anda bilang lapar kepadanya, dan itu membuatnya mencari makanan untuk nona, agar saat nona bangun, nona bisa makan agar tidak kelaparan"
"Anjill sosweet banget sih" salting Vea, tapi tidak bertahan lama wajahnya menjadi khawatir saat mengingat kondisi Xavier.
"Ehh gimana lukanya Xaviel?" tanya Vea khawatir.
"Lukanya masih sama seperti sebelumnya"
"Hiks pasti sekalang dia kesakitan hiks! Gue halus susul Xaviel" tekad Vea yang akan berdiri, tapi tiba-tiba terdengar suara yang sangat di kenalinya, sedang memanggil namanya.
"VEAAA" teriak Xavier dari kejauhan sambil berjalan mendekat ke arah Vea, dengan langkah tertatih.
"VIELLL" teriak Vea sambil berlari ke arah Xavier dengan air mata yang membasahi wajahnya.
Sampai di dekat Xavier, Vea langsung menerjang tubuh Xavier dengan pelukannya, dan Xavier membalas peluakan Vea sambil menenangkan Vea yang sedang menangis.
"Kenapa Vea nangis hmm?" tanya Xavier sambil mengapit kedua pipi Letta dengan tangannya dan menghapus air mata Vea dengan jarinya.
"Hiks Viel tinggalin Vea hiks huwaa" tangis Vea semakin kencang yang membuat Xavier kelabakan, dan membawa tubuh Vea ke pelukannya sambil mengatakan kata penenang untuk Vea.
"Vier tidak akan pernah ninggalin Vea, apapun keadaannya" balas Xavier yang membuat Vea mendongakkan wajahnya untuk menatap wajah Xavier.
"Janji?"
"Janji"
"Vea cuma punya Xaviel jadi jangan pelnah ninggalin Vea" gumam Vea sambil menduselkan wajahnya di dada Xavier.
"Itu tidak akan pernah terjadi" balas Xavier sambil mengusap lembut rambut Vea.
"Ayo makan, pasti Vea sudah lapar" ujar Xavier yang membuat Vea berbinar.
"Iyah ayo makan, Vea udah lapall" balas Vea sambil mengusap perutnya yang membuat Xavier terkekeh pelan dengan tingkah Vea yang menurutnya menggemaskan.
"Baiklah ayo makan! Maaf yah kalau sekarang kita hanya makan buah saja" sedih Xavier sambil memberikan buah kepada Vea yang langsung di makan oleh Vea dengan cepat.
"Tidwak apwa-apwa" jawab Vea dengan mulut yang penuh dengan buah.
Sedangkan Xavier hanya menggelengkan kepalanya, sambil memakan buah dengan tenang, walau buah yang di makannya jauh lebih sedikit dari pada Vea, karena memang dia sengaja memberi Vea buah lebih banyak darinya, agar Vea kenyang dan tidak kelaparan lagi.
Setelah acara makan tadi, Vea berbaring di paha Xavier sebagai bantalannya, dan Xavier yang mengelus rambut Vea, yang membuat Vea semakin nyaman sampai memejamkan matanya.
"Viel kita halus obati luka kamu" ujar Vea, yang membuat Xavier menoleh ke bawah, sambil menatap wajah Vea dengan raut wajah kebingungan.
"Memangnya kenapa harus di obati?"
"Agal lukanya tidak infeksi, dan kita halus pergi ke desa di dekat sini, untuk sembuhin Viel" jawab Vea, yang membuat tubuh Xavier menegang, saat Vea mengatakan 'pergi ke desa' karena di sanalah dia mendapatkan semua penderitaan dari warga desa bahkan para bangsawan, walau belum tentu desa tujuan mereka sama dengan desanya dulu, tapi dia tetap takut apalagi Vea juga akan pergi bersamanya, dan itu membuatnya semakin takut dan khawatir dengan keselamatan Vea dan juga takut kalau berpisah dengan Vea.
"Tidak kita tidak akan pergi kemanapun" panik Xavier, saat memikirkan dia akan terpisah dengan Vea, bahkan sekarang tubuhnya di banjiri keringat karena ketakutan, saat ingat kembali bagaimana dia di siksa oleh semua orang di desa.
"Viel kenapa?" khawatir Vea sambil duduk di samping Xavier, bukannya menjawab Xavier malah memeluk tubuh Vea erat sambil menangis, yang membuat Vea kebingungan.
"Nona anda mendapatkan misi! Membuat Xavier bisa melawan rasa takutnya dan menjadi lebih berani! Dan hadiahnya adalah pengharum tubuh beraroma mawar"
"Hiks Vea mereka hiks siksa Vier hiks!! Vier takut" ujar Xavier sambil menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Vea, sedangkan Vea, dia sedang sibuk mengelus punggung Xavier.
"Memangnya kenapa Viel di siksa oleh meleka?" tanya Vea, karena dia penasaran dengan masa lalu Xavier, yang menurutnya sangat suram.
"Tidak tahu hiks mereka jahat hiks suka siksa Vier terus-menerus hiks" isak Xavier.
"Viel jangan takut sama meleka! Viel halus bisa melawan meleka" ujar Vea semangat.
"Tapi hiks-"
"Suatu saat nanti pasti Viel jadi kuat, dan bisa melawan meleka semua, dan bisa melindungi diri Viel" potong Vea, yang membuat Xavier menatap Vea, saat mendengar perkataannya tadi.
"Apakah Vier bisa kuat dan melawan mereka?" tanya Xavier dengan ragu.
"Kalau Viel belusaha pasri Viel bisa" balas Vea yakin.
"Tapi Viel hanya budak, bukan bangsawan yang memiliki elemen yang kuat" sedih Xavier dengan menundukkan kepalanya.
"Sekalang memang Viel tidak memiliki elemen, tapi mungkin suatu saat nanti Viel memiliki elemen yang jauh lebih kuat dali pala bangsawan! Sehingga Viel bisa melawan meleka untuk melindungi dili Viel sendili"
"Tapi-"
"Tidak ada tapi-tapian Viel!! Viel halus jadi lebih kuat, dan Viel pasti bisa" semangat Vea sambil mengepalkan tangannya ke atas, tapi ekspresi Xavier masih saja sama seperti sebelumnya, yang membuat Vea menghelas nafas berat, tapi tiba-tiba Vea mendapatkan ide agar Xavier bisa menjadi berani dan berhasil menyelesaikan misinya.
"Kalau Viel masih sepelti ini, Vea tidak akan mau bersama Viel lagi! Kalena Vea tidak mau mempunyai teman yang pengecut" ujar Vea sambil berdiri dan meninggalkan Xavier yang masih mematung saat mendengar perkataannya tadi.
"Vea" gumam Xavier saat dirinya sudah sadar kembali, tapi dia tidak menemukan Vea di dekatnya, dan melihat kalau Vea masih berjalan meninggalkannya.
"Apa yang harus aku lakukan" lirih Xavier sambil mencengkram erat tanah di bawahnya.
Saat merasa kebingungan, Xavier mengingat kembali dimana saat dia bersama dengan Vea, saat Vea menangisi dia karena khawatir dengannya, membuatnya merasa perasaan yang selama ini tidak pernah ia rasakan, dan saat Vea memberi semangat untuknya agar menjadi pemberani untuk melawan orang yang selama ini menindasnya. Apalagi saat Vea pergi darinya, membuat hatinya merasakan hal yang aneh, sepertinya dia tidak bisa berjauhan dengan Vea, agar hatinya bisa tenang kembali.
Setelah lama berpikir, akhirnya Xavier memutuskan untuk menjadi kuat untuk Vea, agar dia bisa melindungi Vea dari orang jahat di luaran sana, dan dia sama sekali tidak peduli dengan dirinya sendiri, karena sekarang pikirannya hanya ada Vea, Vea, dan Vea, malaikat yang tidak bersayap yang datang untuk membangkitkan keberanian Xavier.
Dengan perlahan Xavier mulai berdiri karena lukanya masih membuatnya merasa kesakitan, tapi tidak membuatnya meringis kesakitan lagi, karena sekarang tujuannya hanya Vea, dia hanya ingin mengejar Vea tanpa memikirkan luka yang ada di tubuhnya.
"Jangan tinggalin aku Vea" gumam Xavier dan mulai berlari mengejar Vea, dan berharap Vea tidak terlalu jauh dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vea~
FantasyZacora Atlanta atau biasa di panggil Ora, bertransmigrasi ke dalam tubuh gadis kecil yang masih berusia 5 tahun bernama Arnovea Rosellin H. Di kehidupan keduanya, dia bertemu dengan antagonis pria yang sangat kejam saat dewasa nanti dan mendapatkan...