»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»
El pulang dengan wajah letih. Ia menyeret tasnya seperti biasa saat dirinya tengah lelah.
Ia memasuki rumah megah itu, terasa sangat sepi. Begitu banyak penghuni rumah, namun jarang di rumah. Rasanya seperti rumah besar itu hanya di huni oleh satu orang.
El juga jarang berinteraksi dengan saudara yang lainnya. Sekalinya mendapatkan momen bersama, maka el pasti akan sangat bahagia.
Ada beberapa saudara yang el rasa belum memiliki momen yang sangat istimewa. Orang tua el juga jarang di rumah. Papi dengan kantornya yang memiliki cabang banyak dan mami dengan usaha dalam dunia fashion yang cukup besar.
»»»»»
Begitu sampai di kamar, el melemparkan tasnya ke sudut ruangan, membaringkan tubuhnya pada kasur besar yang dimilikinya.
El menghela nafas berat. Matanya terpejam untuk menyalurkan rasa lelah yang menumpuk.
El segera beranjak dari tempat tidurnya, mengganti pakaiannya lalu mengeluarkan buku pelajaran dari dalam tasnya.
El termasuk salah satu anak yang memiliki ambisi yang besar. Bagaimanapun ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya. Ia tidak ibgin di cap sebagai anak yang hany mengandalkan harta orang tuanya.
El memiliki keinginan untuk sukses dengan kerja kerasnya sendiri. Bahkan kalau bisa, perusahaan orang tuanya atau nama keluarganya tidak terseret, sehingga el tidak di cap memakai jalur orang dalam.
Daripada berfikir untuk melanjutkan usaha mami atau papi nya, el bermimpi menjadi seorang psikolog. Tak di pungkiri, keluarganya secara turun temurun selalu menjadi seorang pengusaha atau berkecimpung dalam dunia fashion. Paling kurang mereka adalah aktor atau seorang aktris.
»»»»»»»»»
El segera mengganti pakaiannya. Lalu segera turun ke lantai bawah. El tersadar ada seseorang yang sedang berada di ruang keluarga.
El yang penasaran segera pergi ke ruang keluarga untuk melihat siapa di sana. Saat el mulai memasuki ruang keluarga ia dapat melihat hoshi yang masih fokus dengan laptopnya.
"Dek, ngapain ngintip di situ, sini! " Hoahi yang masih fokus dapat merasakan ke hadiran el.
(Bjill indra ke-6 hoshi kah?)
El yang merasa di panggil akhirnya mendekatkan diri pada hoshi. Ia berdiri di samping sofa yang hoshi duduki.
Hoshi mengalihkan pandangannya ke arah el yang berdiri di sampingnya. "Duduk dek" Titah hoshi, lalu kembali mengetik pada laptopnya.
"Dek.... Kenapa? " Tanya hoshi yang mulai khawatir el tak bergeming sedari tadi.
Hoshi berdiri lalu mengambil sesuatu dari tasnya "mau coklat? " Tawar hoshi sembari menyodorkan sebungkus coklat.
El menerimanya tanpa sepatah kata paun, lalu dengan mendadak ia memluk hoshi dengan erat. El menenggelamkan wajahnya pada dada bidang hoshi.
Hoahi yang terkejut hampir terjatuh kebelakang akibat el yang secara tiba-tiba memeluk dirinya.
Tangannya tergerak dengan kaku mengelus kepala el "hei kenapa princess? " Hoshi bertanya dengan nada lembut.
El hanya menggeleng di dekapan hoshi.
"Are you serious, are you okay? " Hoshi kembali bertanua untuk memastikan adik kecilnya itu benar-benar baik-baik saja.
Memang sejak saat pertama el datang ke rumah ini, sekitar 2 bulan lalu hoshi belum berinteraksi secara langsung dengan el.

KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen // Brothers
FanfictionTau grup seventeen? Bayangin gimana kamu jadi adek perempuan satu-satunya diantara laki-laki yang sukanya bercanda gak masuk akal itu. Kehidupan penuh teka teki yang dirasakan leona di hidupnya bersama para abangnya yang gak ada warasnya.