00'08

2.1K 126 1
                                        

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

>>>>>>>>•~•<<<<<<

"Ayo el! " Ajak dino lalu menarik tangan el agar berjalan bersamanya.

"Dino anterin ke ruang kespsek ya! " Ujarnya lalu berlari dengan tangannya yang masih menggenggam tangan el.

Keduanya sudah sampai di depan ruang kepsek. Sebelum pergi dino mengelus pelan kepala el.

Tok!
Tok!

El mengetuk pintu ruang kepsek tersebut.

"Masuk" Titah orang itu dari dalam.
El perlahan membuka pintu ruangan kepsek.

"Anak baru?" Tanya seorang laki-laki muda berkisar 24 tahuna yang duduk dengan kacamata yang masih iya kenakan.

El sedikit mengangguk "iya pak" Ujarnya karena el bisa menebak bahwa ia adalah Kepala sekolah di sekolah ini.

"Tau aturannya kan? " Tanya pria itu yang kembali fokus pada lembaran berkas di mejanya.

"Iya pak" Ujar el.

"Tidak perlu sombong dengan pekerjaan dan kekayaan yang orang tua miliki" Ujar kepala sekolah itu dengan tegas.

"Baik pak! " Jawab el dengan tegas.

"Eleonora leona eclate, kamu beruntung ternyata" Ujar kepsek itu dengan menyeringai.

"Kamu masuk MIPA-2" Tutur kepsek itu.

"A-ah baik pak"

"Cari kelasnya sendiri yah, mandiri" Ujar kepsek itu dengan cengiran.

El bergegas keluar dari ruangan itu. Kaki kecilnya mulai memasuki kawasan sekolah yang teramat besar itu. Matanya membaca setiap papan yang tergantung di atas pintu setiap kelas.

"Ketemu! " El melompat kegirangan, akhirnya setelah hampir setengah jam kakinya memutari gedung besar itu.

Tok!
Tok!

Seorang guru yang cukup muda keluar dari ruangan itu. Guru itu menatap el dari bawah hingga atas.

"Murid baru? " Tanya sang guru.

"Iya pak! " Jawab el dengan antusias.

"Masuk" Guru itu menyuruh el untuk masuk.

Tak lama el memperkenalkan dirinya di depan kelas. Beberapa anak menyambutnya dengan antusias, kecuali beberapa wanita di pojok kanan kelas.

El mengedarkan pandangannya, memperhatikan satu per satu teman kelasnya.

'Eh, anak temennya mami'

Seventeen // BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang