00'07

2.2K 137 9
                                        

Heheheee maaf lama!!

.

.

.

.

.



.




.

.



.



Kini ayah dan anak itu tengah saling berhadapa. Sang ayah dengan tatapan tajamnya dan anaknya dengan tatapan bersalah.

"Buat ulah apa lagi? " Tanya sang ayah dengan nada mengintimidasi.

"Bukan sepenuhnya salah mingyu pi" Ujarnya dengan merengek.

"Papi tanya nya, buat ulah apa lagi? " Tanya sang ayah kembali dengan penekanan di setiap kalimatnya.

"Pi percaya sama Mingyu" Lagi-lagi laki-laki itu menjawan tak sesuai dengan pertanyaan yang dilontarkan.

"Jawab yang benar mingyu Chara!" Tegas sang papi yang menbuat mingyu sedikit tersentak.

"Jawab sekarang! " Tegas sang papi kembali.

"Mingyu berantem lagi" Jawab laki-laki itu dengan liri tanpa berani menatap ke arah papinya.

"Papi ajarkan seperti ini, bicara dengan orang liatnya kemana-mana!? " Tanya sang papi dengan nada yang masih sama tegasnya seperti tadi.

Perlahan mingyu mengangkat kepalanya, memberanikan diri menatap mata sang papi yang ternyata sudah memerah.

"Apa papi pernah ngajarin mingyu buat berantem gak jelas kaya gitu!?, apa papi ajarin mingyu buat merusak tubuh mingyu kaya gitu!? " Tanya sang papi dengan tegas.

Mingyu menggelengkan kepalanya sebagai tanda jawaban daei dirinya.

"Punya mulut!? Jawab mingyu" Ujar sang papi.

"Enggak pih" Lirih mingyu.

"Memangnya papi setuju mingyu masuk taekwondo buat berkelahi gini? "

"Gak pih"

"Terus kenapa kamu malah berkelahi gak jelas seperti ini!? " Dibalik nada tegasnya sesekali terdengar suara lirih yang keluar.

"Gak pih, gak seperti yang papi pikirin" Bela mingyu.

"Oke, coba jelasin kenapa kamu berantem kaya gitu" Ucap junho sembari mengatur nafasnya.

"Pih, mingyu gak mungkin lakuin hal gak berguna kalo gak punya alasan yang kuat" Ujarnya sembari menatap junho dengan lekat.

"Mingyu lakuin itu buat temen mingyu" Ujarnya dengan lirih.

"Memangnya ada apa? "

"Papih taukan temen mingyu yang namanya jeksa? " Tanya mingyu.

"Iya tau, ada apa? "

"Papi taukan jeksa adalah anak yang memiliki kekuarangan dalam pendengaran. Dia seorang tunarungu" Lirih mingyu sembari masih menatap junho lekat.

"Iya benar seperti itu"

"Waktu itu mingyu baru selesai latihan taekwondo, dan ternyata beberapa anak kampus juga baru pada bubar kelas salah satunya jeksa" Mingyu menarik nafas dalam lalu kembali melanjutkan ceritanya.

"Kebetulan mingyu pulang lewat jalan kecil yang biasa bang joenghan sama mingyu lewatin, dan ternyata jeksa juga mewat sana"   Tangan mingyu kini terkepal dengan sangat kuat.

"Ternyata ada anak-anak gak jelas lagi nongkrong di situ. Awalnya mingyu biasa aja, sampe kata-kata kasar mereka keluar" Mata mingyu mulai memerah.

"Ada apa? " Tanya junho.

"Mereka ngomongin jeksa di depan orangnya dengan suara keras padahal mereka tau jeksa ada di depan mereka dan lagi makai alat bantu dengar punya dia" Kini rahang mingyu mengeras.

"Itu alasan kamu? " Tanya junho dengan tatapan ragu.

"Iyalah, menurut papi apalagi? " Tanya mingyu dengan songong.

"Gak sopan kamu ya"

"Papi nya buat emosi! " Ucap mingyu dengan nada nge gas.

"Ya udah!, kali ini papi maafin. Besok besok masih berantem gak jelas. Habis kamu! " Ancam junho.

"Iya, mingyu tau" Ujarnya lalu membalikkan badannya dan pergi dari ruangan junho.

>>>>>>>>

Hari yang di tunggu tunggu el tiba. Hari dimana ia bisa bersekolah bersama dengan para abangnya. Dan dari subuh, rumah ini sudah bersikik dengan teriakan para abangnya yang mempermasalahkan siapa yang mengantar el kesekolah.

"El tuh harus berangkat sama gue bang! " Teriak mingyu hingga air liurinya muncrat.

Jeonghan yang kini tengah berdebad dengan mingyu mengusap wajahnya "najis! Air luir lo! " Teriak jeonghan.

"El berangkat sama gege aja" Tawar jun ketika yang lain tengah berdebad.

"Gak, el sama mas aja" Potong wonwoo dengan nada datar.

"Karena gue anak pertama, jadi harus mas yang anter! " Ujar seungcheol.

"Gak! Mana adil sih! " Protes DK.

"Aduhh berisik deh kalian! " Tegur dino yang kini sedang memeluk el dari samping.

Lucunya el sedari tadi hanya menonton para abangnya bertengkar dengan wajah bingungnya.

"Ya bilang aja iri!" Ujar abangnya serempak, yang membuat dino menyembunyikan wajahnya di curuk leher el.

"Pokoknya el sama gue titik! " Ujar mingyu.

"Heleh! Lo anak berandalan yang ada el gak nyampe sekolah! " Teriak jeonghan.

"Ya udah el sama abang aja" Tawar joshua dengan senyuman manis.

"Gak! Sama kokoh aja! " Ajak Minghao.

"Diam! " Suara tegas menggelegar di seluruh rumah itu.

"El sama papi kok" Ujar junho sembari turun dari tangga dengan santainya bersama yoona.

"Lah curang! " Protes mereka serempak.

>>>>>>>>•~•<<<<<<<<<

"Papi itu abang sama mas yang lain gapapa?" Tanya el dengan tatapan yang masih melihat keluar jendela.

Jungo terkekeh sebentar "gapapa sayang, emang mereka berani apa sama papi? " Ujarnya yang masih fokus menyetir.

"Iya el percaya sama papih, abis ini kapok mereka" Bela dino dengan semangat.

"Dek, nanti kalo butuh bantuan cari abang atau mas Vernon ya! " Ujar seungkwan.

Sementara itu vernon hanya diam menyimak pembicaraan di bangku paling belakang sendirian.

"Kalo ada yang macem-macem sama el, bang seungkwan seret nanti! " Ancam seungkwan dengan tatapan sinis miliknya yang dibuat buat.

El terkekeh lalu mengangguk "iya, kalo el inget ya" Ujar el.

Pembicaraan terus berlanjut dengan selingan tawa orang-orang di dalam mobil itu.


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Trimsss!!!!

Seventeen // BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang