- Juli 2019 -
- Yura terlihat tumpang tindih dengan member yang lain.
- Aku akui vokalnya bagus, tapi dancenya masih kurang. apa dia hanya berlatih vokal tanpa latihan menari?
- Aku rasa dance tim jadi lebih bekerja keras untuk menutupi kekurangan Yura.
- Bukankan akan bagus jika Yura lebih mengembangkan kemampuan dancenya juga?
- dipanggung dia juga yang paling berbeda.
- tidak heran kenapa sedikit orang yang menonton cam nya.
- kalau dia ingin bertahan lebih baik memperbaiki dancenya juga.
Yura mematikan ponselnya dan menghela nafasnya. Ini terjadi lagi batinnya, sudah beberapa minggu ini dia dapat komentar tidak menyenangkan, entah itu apa. Namun ia merasa semua yang dilakukannya itu seperti salah dimata knetz.
Yura menyandarkan punggungnya pada kursi yang berada diruang tunggu, dia melihat jam masih ada satu jam hingga giliran Hourglass tampil.
"Yura-ya, mwohae? kamu sakit?" Eunju duduk disebelah Yura dan meminum americanonya.
"Aniya Eonnie, aku ngga apa apa kok."
Yura menjawab dengan senyuman manisnya untuk meyakinkan Kakaknya itu.
"Sungguh, jangan ditahan nanti kamu bisa pingsan."
Yura tidak menanggapi perkataan Eunju setelahnya, bukan bermaksud tidak sopan namun rasanya sangat lelah hingga ia tidak sanggup untuk membalas perkataan Eunju.
Rasanya ia ingin segera memeluk Ray untuk sebentar saja. Entahlah biasanya ketika ia merasa down ia akan memeluk kekasihnya.
Hingga suara member lain mengalihkan perhatiannya, melihat Rayn yang baru kembali dari toilet bersama Mei membuat Yura berdiri dari duduknya dan segera menghampiri Rayn dan memeluknya. Sontak apa yang dilakukan Yura membuat semua fokus teralihkan, bahkan Eunju saja sampai tersedak karena Yura berdiri tiba tiba.
"Yura are you okay?" Rayn bertanya seraya berusaha melepaskan pelukan Yura untuk melihat kondisi sahabatnya, namun gelengan kuat ia dapat sebagai jawaban.
"Biarkan seperti ini sebentar saja," Ucap Yura lirih, dapat ia rasakan elusan pelan dipunggungnya. Ini adalah hal yang Ray lakukan juga padanya. Disamping aroma yang hampir sama perlakuan si kembar ketika ada seseorang sedih begitu mirip, dibandingkan semua perbedaan yang mencolok diantara keduanya dua hal ini adalah sifat sama yang mereka miliki. Dan ini yang dilakukan Yura ketika berjauhan dengan kekasihnya.
Yura mengeratkan pelukannya, ingin rasanya ia menangis namun ia harus profesional. Ia tidak ingin hal ini mengganggu masa promosi mereka.
Syukurlah semua berjalan lancar, mereka semua sedang dalam perjalanan kembali menuju dorm mereka. Yura yang duduk di dekat jendela menghela nafasnya lagi, perasaan ini kembali muncul ketika tepat Hourglass selesai tampil. Ketika sampai di depan lobi dorm Yura meminta izin untuk keluar sebentar.
Dan disinilah Yura, di depan pintu Ŕcafe yang dimana ia bisa melihat kekasihnya tengah merapikan peralatan dan bersiap untuk menutup cafe, seperti ada ikatan batin Ray menolehkan wajahnya ke arah pintu dan mata mereka bertemu. Dapat Yura lihat Ray bergegas melakukan pekerjaannya dan dengan sedikit tergesa ia membuka pintu cafe.
"Yura-ya, apa yang membuatmu datang kemari, bukannya kamu ada jadwal showcase?" Yura dapat merasakan nada khawatir di dalam kalimat yang diucapkan Ray.
Bukannya menjawab, Yura memeluk Ray hingga membuat Ray mundur beberapa langkah, "Yura-ya, are you okay?"
Mendengar kalimat itu membuat air mata yang ia pendam dari tadi akhirnya tumpah juga, Yura mengeratkan pelukannya, dan tangisannya semakin keras begitu ia merasakan usapan lembut dipunggungnya. Sudah Yura bilang bukan, Rayn dan Ray itu mirip. Tidak ada percakapan yang terjadi sekanjutnya, hanya sebuah pelukan dan usapan di punggung yang mereka lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOURGLASS: The Story of Our Life
Fanfiction"Yang ku pikirkan hanya satu, bagaimana jika ini semua berakhir?" - Lee Heeyoung . . . Ini adalah kehidupan dari sebuah grub idol bernama Hourglass. Beranggotakan 10 gadis cantik dengan banyak bakat. Debut di usia yang masih terbilang muda, banyak l...