11. Peringatan

300 37 3
                                    


"Kalian duluan aja! Nanti gue nebeng sama Ruksy," Ucap Indo menggendong tas hitamnya begitu bel waktu pulang berbunyi.

"Kau mau ngapain?" Tanya Malay juga menggendong tasnya.

"Ada deh," Jawab Indo sok misterius.

Dia beranjak keluar dari kelas diikuti kedua adiknya.

"Tunggu! memangnya senior Rusia tidak bersama saudaranya?" Tanya Phil.

"Gak, dia bawa mobil sendiri. Dia ada urusan sama gue juga," Jelas Indo.

Tak jauh di depan mereka berdiri sosok tinggi mengenakan topi ushanka yang tengah berdiri membelakangi mereka. Mengetahui sosok itu menunggunya, Indo berlari mendekatinya. Dia melompat dan merangkul Rusia membuatnya membungkuk karena perbedaan tinggi mereka.

Indo menoleh kebelakang, dia melambaikan sebelah tangannya. Phil membalas lambaian tangan itu sementara Malay mendengus. Mereka berdua segera berjalan menuju parkiran berlawan arah dengan arah tujuan Rusia dan Indo.

Sementara Rusia dan Indo pun berjalan menuju arah tujuan mereka.

.
.
.
.


"Terimakasih untuk hari ini!"

Beberapa siswa merapikan peralatan mereka yang berantakan.

"Eh kamu pulang dengan bus lagi Laos?" Tanya seorang gadis bersurai merah dengan gradasi  Navy di ujungnya dari keluarga Estasia, Taiwan pada teman sekelas sekaligus seklubnya itu.

Gadis bersurai navy itu menoleh kearah Taiwan, di pelukannya terdapat tas yang berisi beberapa gulungan kertas dan beberapa alat untuk melukis. Laos tersenyum.

"Iya, tapi ada kak Thai kok," jawab Laos.

"Baguslah. Bahaya jika anak imut sepertimu sendirian, " ucap Taiwan mencubit pipi gembul Laos.

"Emmm... jwangwan dwicwubwit!"

Laos menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba melepas cubitan maut Taiwan. Setelah terlepas Laos mengerutu tidak terima dengan perlakuan Taiwan.

"Kamu ini! Sama seperti abang Indo saja! Suka sekali mencubit pipiku! Itu sakit!" protes Laos dengan wajah sebalnya yang menambah kadar keimutannya. Hal itu membuat Taiwan semakin menjadi-jadi menyerang pipi bakpao itu.

.
.
.
.
.

Laos bersenandung kecil sembari berjalan menuju gerbang. Tempat yang dilewati nya sangat sepi karena murid-murid sudah pulang, beberapa siswa yang mengikuti kegiatan klub sepertinya sudah bubar.

Laos berhenti sejenak, dia mengambil ponselnya kemudian membuka aplikasi chat. Dia mengetikkan beberapa kata lalu mengirimnya ke kakak pertamanya. Selang beberapa detik pesan balasan masuk dari Thai. Kakaknya itu mengatakan klubnya sebentar lagi akan selesai, dan meminta gadis bungsu itu menunggunya di dekat gerbang.

Laos mengirimkan balasan kemudian menyimpan ponsel ke dalam saku roknya. Dia kembali melanjutkan perjalanannya, namun tiba-tiba langkahnya dihadang tiga sosok asing. Dari seragamnya sepertinya bukan seorang country.

"Laosya Safira Astera bukan?"

Meski merasa bingung langkahnya dihadang, Laos tetap menjawab.

"Ya itu aku, ada apa?"

"Ikuti kami!"

Dengan polosnya Laos mengikuti mereka. Mereka tiba di belakang sekolah cukup dekat dengan hutan tempat berlatih para Country.

"Kok kita ke sini...Akh."

Tiba-tiba tendangan mendarat dengan keras di perut Laos. Tindakan tiba-tiba itu membuat Laos tidak siap, dia memegang perutnya dan merintih. Tubuhnya meluruh kebawah, tas kecilnya terjatuh membuat isinya berserakan.

Aku Akan Selalu Melindungi KalianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang