15. Dua serangan

326 41 16
                                    

Matahari bersinar dengan terangnya. Cuaca di sekitar cukup panas, membuat beberapa murid tidak betah dengan panasnya.

Hari ini kelas XI'4 tengah melakukan pembelajaran olahraga. Panasnya hari ini membuat mereka mengeluh. Guru olahraga mereka, Nato begitu kejam menjemur mereka seperti ikan asin di tengah lapangan.

Indo sedang memainkan bola voli. Bola itu di dribelnya, kadang di passing atau hanya di lempar-lempar ke udara. Mereka sudah di izinkan istirahat oleh Nato, beberapa murid duduk selonjor di bawah bayangan pohon maple yang saat ini berwarna hijau.

Pohon yang sudah berusia lebih dari 30 tahun itu di kelilingi oleh murid-murid kelas XI'4. Udara sejuk di sekitar pohon membuat murid kelas XI'4 merasa nyaman.

Indo melempar bola voli itu hingga mengenai kepala Malay yang tengah bersandar pada bahu Phil. Lemparan yang kuat itu tentu saja membuat Malay mengaduh, dia menoleh mencari pelaku pelempar bola.

Netra Maroonnya bertemu dengan Indo yang tengah menyengir. Malay yang pada dasarnya hanya memiliki kesabaran setipis dompet di akhir bulan itu tentu saja menghampiri Indo.

"Woi! Kau kalau main bola di lapangan sana!! Ini kepala bukan ring!" Ucap Malay sembari menjitak kepala Indo sekuat tenaga.

Jitakan itu membuat Indo limbung, dia segera menstabilkan tubuhnya. Dia mengusap bekas jitakan itu sambil menyengir.

"Mangap dah. Sengaja tadi."

Jawaban Indo semakin membuat Malay kesal. Dia mengangkat tubuh mungil abangnya membuat Indo memekik kecil karena kaget. Kemudian Malay melempar tubuh abangnya itu hingga menabrak pohon maple dengan keras. Beberapa daun berjatuhan saking kerasnya tabrakan itu.

Persetan dengan rasa sakitnya, toh mereka itu Country yang memiliki fisik lebih kuat dari manusia. Lemparan itu tidak akan membuat patah tulang. Apalagi ini Indo yang sudah pernah dia hajar lebih dari itu.

"Ih Malay jahat dah!" Ucap Indo cemberut kemudian berdiri.

"Anu bang pohonnya gak apa-apa?" Tanya Phil menoleh ke arah pohon tempat Indo di lempar.

Beruntung pohon itu tidak dikelilingi oleh murid. Ada dua pohon maple di dekat lapangan, jarak di antara kedua pohon sekitar 3 meter. Posisi Malay dan Indo berdiri tadi berada di antara dua pohon itu.

Indo mengacungkan jempol menjawab pertanyaan Phil.

"Pohonnya aman. Punggung gue yang encok."

"Oh, syukurlah." Ucap Phil lega.

Mendengar ucapan itu membuat Indo cemberut, dia mendekati Pales kemudian memeluk lengannya.

"Huaa tolong Pales. Mereka jahat sama gue." Rengek Indo sembari menggesekkan pipinya ke bahu Pales.

"Belum patah kan? Aman berarti." Jawab Pales santai.

"Ai, Pales juga sama." Indo semakin merengek.

Pales hanya mengedikkan bahu tak peduli. Dia sudah capek mengkhawatirkan pembuat onar ini. Jika dia terluka karena kejahilannya Pales tidak akan memperdulikannya toh salahnya sendiri.

Tiba-tiba Indo terdiam membuat Pales menunduk memperhatikan sosok yang bersandar di bahunya itu. Seolah tau Indo akan bangkit, Pales memiringkan kepalanya ke kanan agar tidak terbentur dengan kepala Indo yang mendadak berdiri.

Indo berlari menghampiri Malay yang masih berdiri di tempatnya. Alis Malay terangkat merasa heran dengan tingkah Indo yang aneh. Indo menubruk Malay membuat mereka jatuh menghantam rumput dengan keras.

Malay mengaduh, bagian belakang kepala terasa sakit akibat benturan. Malay hendak mengeluarkan protesannya sebelum terdiam. Wajah Indo terlihat menggelap memandang ke arah selatan.

Aku Akan Selalu Melindungi KalianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang