14. Surat ancaman

308 34 4
                                    

Suara helaan nafas terdengar diruang kelas XI'4 itu.

"Uh.. boring njay," Keluh Indo meletakkan kepalanya di atas meja. Wajahnya terlihat kusut seperti baju belum disetrika.

Pales selaku teman sebangkunya mengalihkan pandangannya dari buku ke Indo. Sebelumnya dia duduk di bangku belakang namun atas permintaan Indo yang disetujui oleh Eu, dia duduk sebangku dengan Indo.

"Tidak biasanya, kamu tidak menjahili Malay, Indo? "

Biasanya sahabatnya merah putihnya ini senang menjahili adik laki-lakinya yang galak itu. Tiada hari tanpa menganggu ketenangan pemuda bernama 'Malaysia Fazwan Astera' itu.
Sahabatnya itu tidak mengenal kata kapok, mau dibanting, dilempar, dicekik, maupun disiksa dengan cara apapun dia masih senang menjahili Malay.

Tumben, dia anteng di mejanya, tidak melakukan rutinitas sesatnya itu. Bukannya tidak bersyukur cuma aneh saja bocah freak ini kalem.

"Nggak, gue males."

Spontan Pales menjatuhkan bukunya, dia meletakkan tangannya di dahi Indo yang masih merebahkan kepalanya di meja.

"Astaga, kamu sakit?" Tanya Pales khawatir.

Pertanyaannya membuat netra zamrud itu mendelik. Merasa aneh dengan pertanyaan tiba-tibanya.

"Gue sehat walafiat. Emang napa?"

Pales menggeleng.

"Ini seperti bukan kamu Indo. Biasanya kamu.... Eum..... Banyak tingkah," Ucap Pales.

"Gue mau jadi cool boy sekarang."

(Halah cool boy dari Hongkong!!

Hongkong : apaan sih bawa-bawa namaku?! )

Seorang pemuda bersurai navy bercampur kuning berjalan mendekati meja mereka. Dia meletakkan sebungkus makanan di meja Indo dengan kasar.

"Ini pesanan kau, aku bukan pelayanmu ya monyet! "ucap pemuda itu kasar.

Indo membuka bungkus makanan itu dan tersenyum lebar hingga menampakan lesung pipinya.

"Matur nuwun Malay. Sampean ganteng deh~ penake nek ben dino koyo ngene~"

(Terimakasih Malay. Lo ganteng deh. Enaknya kalau tiap hari kaya gini)

Walau tak mengerti semuanya, Malay paham garis besar yang diucapkan oleh Indo. Dia mendelik kemudian menggeplak kepala Indo sekuat tenaga membuat Indo hampir menghantam meja.

"Setiap hari gigimu! Dikira aku
pembantumu apa?!!"ucap Malay.

" Kan tugas seorang adik itu menjadi babu kakaknya," ucap Indo santai sambil mengunyah sepotong sandwich yang Malay belikan secara sukarela (dibaca terpaksa).

"Idih! Siapa yang mau menjadi adikmu!!" Kesal Malay.

"Jadi gue enggak dianggap gitu? Jahat sekali~"

Malay kembali menggebrak meja Indo dengan kesal membuat Indo tersedak.

"Mampus!"

Pales menghela nafas pelan, sepertinya kekhawatiran nya sia sia. Indo masih tetap menjahili adiknya itu. Setelah meminum air mineral yang juga dibelikan oleh Malay hingga tandas setengah untuk meredakan sakit tenggorokannya, Indo mendongak menatap Malay.

"Mal lo ngerasa diawasi nggak?"

Dahi Malay mengerut merasa aneh dengan pertanyaan Indo.

Aku Akan Selalu Melindungi KalianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang