12 | Benjamin : My Dangerous Boyfriend - Agree to Become His

4.9K 286 19
                                    

Halo semuanya, feign disini.

Senang sekali rasanya membaca ulasan positif kalian yang membaca Benjamin dengan suka cita—menyenangkan sekali rasanya.

Beberapa hari ini aku mengalami fase stuck, yang menyebabkan chapter ini sedikit lebih lama untuk di upload. Tapi tidak apa, aku akan berusaha melewatinya.

Semoga kalian selalu bahagia dan baik-baik saja. Salam hangat, feign.

*****

"Malam ini kita akan memenuhi undangan makan malam keluarga Wiradmaja. Jaga sikapmu Kamala, reputasi keluarga kita berada di tanganmu sekarang." Kamala menunduk sembari mengangguk, patuh. Setelah pertemuan yang tidak terduga antara dirinya dengan Serena tempo hari. Kedua orang tuanya tiba-tiba pulang ke rumah, hal yang tidak pernah mereka lakukan sepanjang karir papa nya di dunia politik, mengingat mereka baru saja berangkat kunjungan tidak lama. Biasanya orang tua Kamala akan kembali selama beberapa bulan kedepan.

Lebih mengejutkannya lagi, mereka juga turut membawa undangan perjamuan makan malam yang keluarga Wiradmaja adakan untuk kedua keluarga, keluarga Kamala. Entah bagaimana hal itu bisa terjadi, Kamala sama sekali tidak menahu.

Sejujurnya, jika mengingat momen dimana Renata menawarkan pertunangan, Kamala masih belum memberikan jawaban. Memang, Renata tidak lagi bertanya, mungkin karena kesibukan — hal itu membuat Kamala sedikit lega. Tapi siapa sangka, mereka mengadakan perjamuan makan malam untuk keluarga Kamala.

Tidak lama setelahnya, Anita datang bersama dengan bude Ratih—membawa sebuah dress berwarna hitam dengan bordiran sederhana yang berada di pinggangnya, terlihat cantik dan elegan. "Kamala, mama sudah menyiapkan gaun untuk nanti malam. Bergegas, sebentar lagi tim perias akan segera datang." Gila—Kamala tidak habis pikir dengan pemikiran mamanya, hanya untuk perjamuan makan malam, Anita bahkan sampai menyewa jasa salah tim perias untuk merias mereka, merias Kamala.

Kamala semakin gelisah, mencoba menebak—makan malam seperti apa yang sudah Wiradmaja siapkan? Menghela nafas, Kamala mengangguk dengan patuh—tidak mau melawan perintah Anita.

Kamala memilih untuk masuk ke dalam kamar setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya bersama bude Ratih yang membawa dress itu ke dalam kamar. Lelah, Kamala merebahkan tubuhnya di atas ranjang, menatap langit-langit kamar nya dengan tatapan menerawang.

Berbalik—Kamala menelungkupkan kepalanya pada bantal karakter nemo berwarna oranye miliknya. Bagaimana akhir dari semuanya? Apakah Kamala akan berakhir sama, bersama dengan Benjamin—selamanya berada di dalam lingkungan Wiradmaja. Kamala masih belum memahami, masih belum mengerti tentang mereka keseluruhan. Kamala masih dalam proses menyusun kepingan puzzel untuk lebih mengenal Wiradmaja.

Menghindar, Kamala tidak pernah diberikan kesempatan untuk dapat menghindar dari takdir ini. Kamala merasa terlalu terlena dengan kebaikan Benjamin, Kamala menyadari bahwa dirinya sudah jatuh terlalu dalam, Benjamin—pria itu seakan menjerat Kamala dengan rantai tak kasat mata yang membuat Kamala bergantung padanya, pada Benjamin.

Tidak ada pilihan lain selain menjalani semua ini dengan sukarela, Kamala tidak bisa berbalik untuk lari meninggalkan semua yang sudah terjadi. Mau tidak mau, suka tidak suka, Kamala harus bisa menerima takdirnya.

Berbeda dengan kekalutan Kamala, di kediaman Wiradmaja—Benjamin tengah berbincang dengan kedua orang tuanya. Benjamin duduk di single sofa berhadapan dengan kedua orang tuanya, diam. Suasana nya semakin tegang bersamaan dengan Candra yang mulai mengeluarkan pendapatnya. Pria paruh baya itu menatap Benjamin dalam, "Bagaimana jika gadis itu menolak? Kamu tidak mungkin akan memaksanya bukan?"

Benjamin : My Dangerous BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang