11 | Benjamin : My Dangerous Boyfriend - Forgiveness

5.2K 289 16
                                    

Halo, feign disini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo, feign disini...

Apa kabar kalian? Bagaimana hari pertama di tahun yang baru ini? Sebelumnya aku mau mengucapkan terima kasih banyak atas antusiasnya menunggu Benjamin, aku akan berusaha dengan keras untuk bisa update sesering mungkin.

Selamat ya untuk kalian, selamat karena sudah melewati setahun kemarin dengan berani.

Semoga kalian berada dalam keadaan yang sehat dan baik-baik saja, salam hangat. feign.

*****

Kamala menunduk seraya terisak, mencoba menahan tangisnya — sakit, rasanya sangat sakit sekali. Kamala masih merasakan rasa sakitnya, sama seperti pada saat pertama kali Kamala tahu mengenai Serena yang menjadi pelaku dari kesakitannya selama ini. Kamala masih belum lupa, Kamala masih belum sepenuhnya memaafkan Serena.

Ponsel milik Kamala berdering, menampilkan panggilan dari Benjamin. Mengabaikan—Kamala harus menyelesaikan urusannya dengan Serena saat ini juga, Kamala tidak mau jika harus selalu berada di dalam bayang-bayang Serena selama seumur hidupnya.

Jawaban—Kamala hanya ingin mendengar jawaban langsung dari Serena.

"Ngomong Na, ngomong. Gue salah apa sama lo, kenapa lo tega Na?" Ucap Kamala frustasi. Sungguh, kebungkaman Serena hanya menambah perasaan sesak yang semakin mencekiknya.

Serena mengangguk, masih dengan posisi bersimpuh. "Gue iri La sama lo, gue iri. Gue udah capek-capek caper ke mereka nyari perhatian, tapi mereka semua palsu La, mereka palsu. Mereka cuma jadiin gue alat buat kenal sama lo, gue tau gue salah, maaf La..." Serena dengan tersengal sembari meraih kaki Kamala, bersimpuh di depannya.

Kamala terisak, memegang dadanya yang terasa sesak. Mengapa, mengapa mereka selalu saja menjadikan dirinya sebagai objek semata. Kamala juga tidak ingin menjadi pusat perhatian yang menyebabkan orang lain mengalami kesusahan karena dirinya. Kamala sama sekali tidak menginginkan hal itu.

Mendengar tangis Kamala membuat Serena semakin di gerogoti oleh rasa bersalah. Serena menyesal, amat sangat menyesal. Andai saja Serena tidak bertindak impulsif dengan menyebar berita-berita itu, andai saja Serena tidak menganggap Kamala sebagai rivalnya. Serena tidak akan kehilangan semuanya, teman, harta, keluarga...Serena sangat menyesal.

Sekarang tidak ada yang bisa Serena lakukan selain memohon pengampunan Kamala. Serena ingin menghabiskan sisa hidupnya dalam damai.

Suara pintu yang didorong secara tergesa diikuti oleh derap kaki beberapa orang sontak mengalihkan pandangan keduanya.

Benjamin—pria itu berdiri menjulang dengan tatapan datar, menatap mereka, menatap Serena. Tanpa kata, Benjamin segera beranjak menuju Kamala yang masih menangis terisak, membawa gadis mungil itu ke dalam pelukannya—menenangkan.

Benjamin hampir gila saat mendapat laporan dari Adam bahwa Kamala melarikan diri dari mereka. Benjamin merasa bisa menghancurkan siapa saja pada saat itu, apapun—Benjamin akan melakukan apapun untuk bisa menemukan Kamala, membawa gadis itu untuk kembali ke sisinya, menjadi miliknya. Beberapa orang sudah dikerahkan, Benjamin bahkan meminta bantuan pada pihak kepolisian yang memiliki koneksi dengan keluarganya, berharap pencariannya pada Kamala berjalan cepat.

Benjamin : My Dangerous BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang