03 | Benjamin : My Dangerous Boyfriend - Brat

6.6K 357 11
                                    

Kamala mengikuti langkah kaki Benjamin yang tengah menggandeng tangannya — membawa Kamala menuju mobil dengan Pak Syarif yang sudah menunggu disana sembari berdiri, menunduk sembari menyambut kedatangan mereka.

Benjamin mengelus pelan rambut panjang milik Kamala, "Aku ada urusan sebentar, kamu bisa pulang bersama dengan Pak Syarif." Ujar Benjamin pelan. Tatapan matanya menelisik tajam, menatap Kamala. Seolah mengingatkan Kamala untuk bersikap patuh terhadap aturan-aturan yang sudah Benjamin tetapkan.

Benjamin berbalik menatap Pak Syarif, memberikan beberapa perintah yang langsung di angguki pria paruh baya itu. Kedua tangannya bertaut, menunduk, memberikan gestur yang penuh dengan penghromatan. Kamala merasa gestur yang mereka berikan terasa sangat berlebihan, mereka—orang-orang yang bekerja untuk Benjamin selalu saja begitu. Memberikan penghormatan berlebih yang membuat Kamala merasa kurang nyaman, seolah-olah mereka sedang berhadapan dengan sosok yang memang harus di perlakukan dengan sangat hormat. Kamala merasa sedikit terancam dengan mereka yang bersikap demikian.

Mengelus pelan surai panjang milik Kamala, Benjamin membawa tubuh mungil itu masuk ke dalam mobil.

Kamala melirik ke arah jendela mobil, melihat Benjamin yang sedang berbicara dengan Pak Syarif. Terlihat juga ketiga teman-teman Benjamin, juga Agya yang tampak tengah bergabung dengan obrolan mereka. Kamala termenung—bagaimana jika pada saat itu Kamala menerima tawaran papa nya untuk melanjutkan pendidikan di Singapura, bagaimana jika Kamala tidak pernah masuk ke Atlantis, bagaimana jika Kamala tidak pernah menarik perhatian Benjamin, dan masih banyak lagi pengandaian yang membuat Kamala semakin gila. Kamala sangat merindukan hidup bebasnya.

"Non Kamala, bisa pakai seatbelt nya. Kita akan segera berangkat." Pak Syarif berujar dengan sopan. Kamala mengangguk pelan tanpa berniat membalas ucapan Pak Syarif, segera memakai seatbelt miliknya. Pak Syarif diam-diam menatap Kamala dengan senyuman, pria paruh baya itu seolah mengerti dengan hari-hari berat yang Kamala alami hari ini.

Mobil Audi hitam itu berhenti di depan gerbang rumah besar dengan kesan minimalis. Kamala berterima kasih pada Pak Syarif kemudian masuk ke dalam.

Menghela nafas lelah, Kamala segera menaiki anak tangga, menuju ke kamarnya yang memang terletak di lantai dua. Rumah Kamala memang terbilang sangat sepi, kedua orang tua Kamala pasti tengah ada kunjungan di luar kota. Wirawan—papa Kamala, merupakan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sudah menjabat selama dua periode dalam kepemimpinan presiden yang kembali terpilih tahun ini. Sedangkan Anita—mama Kamala, merupakan ibu rumah tangga yang sangat mensupport karir suaminya, mama pasti selalu mendampingi papa pada setiap kunjungan kerja atau urusan lainnya. Meninggalkan Kamala yang tinggal di rumah besar ini dengan beberapa pekerja.

Kamala merebahkan tubuh nya di atas permukaan kasur dengan spring bed bermotif sapi miliknya. Menggulingkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, Kamala memang sangat lelah namun juga bosan di saat yang bersamaan. Seharian berperan sebagai kekasih penurut milik Benjamin memang sangat melelahkan. Kamala benar-benar butuh hiburan sekarang. Kamala membuka tas punggung berwarna baby blue miliknya, meraih ponsel dengan casing kuning motif spongebob miliknya, mendial nomor Mita yang memang berada di daftar orang yang sering Kamala hubungi.

Kamala memutuskan sambungan telpon mereka, senyum Kamala mengembang. Mita menyetujui sarannya untuk bersama-sama pergi ke toko buku yang berada di salah satu pusat perbelanjaan di pusat kota. Kamala terdiam sejenak, menimbang, apakah Kamala harus meminta ijin pada Benjamin? Tapi kalau Kamala meminta ijin belum tentu Benjamin mengijinkan? Mengetuk pelan dagu runcing miliknya, lagi pula Benjamin tengah pergi karena urusan yang mendesak bersama dengan ketiga temannya. Toh Kamala juga tidak akan pergi dalam kurun waktu yang lama. Jadi tidak akan jadi masalah yang serius bukan?

Benjamin : My Dangerous BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang