SEVEN BROTHERS 7

1K 77 10
                                    

"Num," panggil Haekal.

Haekal sama Hanum lagi ada di taman belakang rumah Haekal. Mereka lagi duduk-duduk aja berdua, sekalian Haekal nemenin Hanum menggambar, karena emang Hanum tuh suka banget gambar dari kecil.

"Hm," Hanum mendongak, menatap Haekal yang juga menatapnya.

"Apa?" Tanya Hanum.

Haekal mengalihkan pandangannya ke depan, kalau diliat lama-lama, Hanum ternyata cantik. Apalagi dengan rambut digerai seperti sekarang.

"Kurusan lo sekarang, cacingan ya lo?"

Bukan itu sebenarnya yang mau Haekal bilang.

"Iya Kal, kan gue penyakitan." Hanum kembali fokus pada gambarannya.

Seolah tau apa yang ada dipikiran Haekal, Hanum menjawab pertanyaan Haekal dengan jawaban yang tidak tepat dengan pertanyaan Haekal untuknya.

"Makanya, jangan makanin tanah mulu. Cacingan kan lo jadinya," ujar Haekal masih tak memandang Hanum.

Haekal, ngomongnya sesuai sama yang mau diomongin coba, jadi cacing mulu dibawa-bawa.

Hanum menutup buku gambarnya. Dia menghela napas lelah, tatapannya lurus ke depan. Memikirkan kesehatannya yang semakin memburuk.

"Gue cape Kal, cape harus bolak-balik rumah sakit," keluh Hanum.

"Berobat ke sana, berobat ke sini, tetep aja penyakitan." Hanum tertawa miris meratapi nasibnya.

"Ya terus?" Tanya Haekal.

"Mati aja gak si Kal, percuma kan kemoterapi terus-terusan." Hanum mengambil napas dalam-dalam lalu menghembuskan nya. "Hati gue aja udah rusak," lirihnya.

Haekal menyentil kening Hanum, lalu tertawa kecil membuat Hanum bingung.

"Amal lo masih setipis kesabarannya si Reyhan, lelaguan mau metong, nikah dulu lah sama gue." Haekal menepuk pelan kepala Hanum lalu berdiri, melangkah masuk ke dalam rumah.

Hanum yang diperlakukan seperti tadi oleh Haekal, justru diam tidak bergeming. Ini kok si Haekal berubah jadi manis gini.

🐻

"Ibu, engkaulah wanita yang mulia, kau mengandung, melahirkan--"

"--menyusui."

"Mengandung lagi."

"Melahirkan lagi."

Hanum melempar bantal sofa ke arah Nathan sama Haekal. Dia lagi asik gambar loh ini, malah nyanyi-nyanyi gak jelas.

Ya bayangin aja, semuanya lagi kumpul di depan tv, kecuali bang Mahen si, sibuk kerja si abang mah, belum pulang jam segini, padahal udah hampir larut.

Bunda bahkan ikut kumpul sama mereka, merhatiin Hanum yang lagi menggambar bunda dengan anak-anaknya, di tambah Hanum.

"Dua beban dunia, coba diem. Lo kira bunda lo berdua kucing." Hanum kembali menggambar.

"Pulang lo sono, rumah cuma di depan aja sok-sok an mau nginep," usir Nathan.

Becanda aja si Kakak ganteng mah, padahal dia juga kangen si Hanum, soalnya tuh bocah pergi kok gak bilang-bilang Nathan, cuma bilang ke Haekal doang.

Haekal melirik gambarannya Hanum. Tangannya menunjuk ke salah satu gambar yang memperlihatkan wajah Hanum.

"Ini siapa dih? Sejak kapan family aing aya two awewe." Tuh kan, keluar bahasa gado-gado nya Haekal.

(Sejak kapan keluarga gua ada dua perempuan)

Seven BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang