Mahen keluar rumah sambil kucek-kucek mata. Dia baru aja dibangunin sama bunda karena hari sudah mulai sore. Dengan rambut acak-acakan Mahen keluar dengan kaos putih dan celana pendek warna hitam.
Mahen melihat Haekal, Jeno, Nathan dan Reyhan yang lagi duduk termangu di teras rumah. Mereka duduk berjejer dengan sama-sama memakai kaos berwarna kuning dengan gambar yang sama pula. Bahkan, ketiganya memakai kolor yang sama pula warna dan gambarnya.
"Kalian janjian ya?" Tanya Mahen.
"Sok asyik ah," jawab Haekal. Dia tak menoleh sama sekali ke arah Mahen.
Ke empatnya masih duduk anteng sambil menopang dagu. Mahen duduk di sebelah Reyhan.
"Aji sama Cahyo kemana?" Tanya Mahen.
Reyhan menoleh sebentar, lalu kembali ke posisi semula. "Nanya mulu."
Kasian ya jadi Mahen.
Mahen menghela napasnya. Dia ikut melamun sama topang dagu kaya yang lain. Jadi lah mereka berlima duduk berderet di depan sambil ngeliatin jalanan.
"Kok gak nanya lagi?" Tanya Reyhan.
Mahen mendengus, serba salah ah.
Dari depan jalan, Aji dan Cahyo berlari cepat, dan melepas sandal dengan terburu-buru. Mereka masuk ke dalam rumah dengan tergesa-gesa.
Mahen, Reyhan, Jeno, Haekal dan Nathan menoleh bersamaan begitu keduanya melewati mereka berlima. Benar-benar barengan!
"ABANG!" Teriak Cahyo.
"AA!" Teriak Aji.
"MAS REY, MAS JEN!" Teriak mereka berdua bersamaan.
"KAK NAAA!" Teriak mereka, lagi.
Mereka berdua mencari kesana-kemari, mencari kelima abangnya yang gak guna itu.
"Duh kemana sih?" Cahyo jadi kesal sendiri.
Mereka akhirnya memutuskan buat keluar lagi, siapa tau aja kan lagi nangkring di atas pohon sambil merenungi dosa-dosa mereka?
"Loh, sejak kapan pada disini?" Tanya Aji dengan wajah polosnya.
"Kalian ngumpet ya?" Tanya Cahyo sambil menunjuk mereka berlima.
"Berisik luwh." Jawab Haekal.
"Kenapa si?" tanya Nathan.
Cahyo duduk di sebelah Nathan. "Ada bapak-bapak teriak-teriak terus dari tadi."
Mahen mengerutkan keningnya. "Siapa?"
Bukannya menjawab pertanyaan Mahen, Aji sama Cahyo justru meminta uang ke Mahen. Mahen malah nurut aja, dia ngeluarin satu lembar uang dua puluh ribuan ke tangan Cahyo.
"Berdua."
"Okelah, gak masalah." Cahyo masukin satu lembar dua puluh ribuan itu ke dalam kantong celananya.
"Itu duit buat apa?" tanya Mahen.
"Buat bapak-bapak yang tadi teriak mulu," jawab Aji.
Haekal jadi bingung sama maksud Aji dan Cahyo. Maksudnya gimana si? Apa hubungannya bapak-bapak teriak sama duit dua puluh ribu? Daripada penasaran, mending Haekal tanyain ke mereka berdua.
"Emang bapak nya teriak apa?"
"teriak so bakso," jawab Aji dan Cahyo berbarengan.
"ITU MAH TUKANG BAKSO!" Teriak Haekal, Reyhan, Mahen, Nathan dan Jeno.
🐻
Bunda sedang memasak makan malam ditemani ketujuh anaknya. Karena di bantu oleh Nathan, masakan bunda lebih cepat selesainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Brothers
FanficDi Bandung, ada sebuah rumah yang tak pernah sepi tawa. Haekal, panglima tertawa dan manajer kebahagiaan bagi Mahen, Reyhan, Jeno, Nathan, Cahyo, dan Aji - tujuh laki-laki penuh semangat yang bersama-sama membentuk keluarga super unik. Saat ayah mer...