SEVEN BROTHERS 23

478 60 8
                                    

Bunda mondar-mandir di depan rumah. Hari sudah semakin gelap, waktu sudah semakin malam, tapi Aji dan Cahyo belum juga pulang ke rumah. Handphone Aji tidak bisa dihubungi, begitu juga dengan Cahyo. Apalagi, Haekal, Jeno dan Nathan juga tidak melihat Aji dan Cahyo selama di sekolah.

"Gimana? Udah bisa dihubungin?" tanya Bunda ke Mahen.

Mahen hanya menggeleng. Ia mencoba untuk menghubunginya lagi, namun hasilnya tetap sama.

"Lo beneran nggak lihat Aji sama Cahyo di sekolah?" tanya Reyhan.

Haekal menggeleng.

Mereka semua sudah mencari Aji dan Cahyo kemanapun, ketempat yang biasa dua anak itu kunjungi, rumah teman sekelasnya, bahkan satu sekolah pun sudah ditelusuri semua. Dan tidak ada tanda-tanda keberadaan Aji dan Cahyo.

🐻

Mata Aji terbuka begitu ada yang menendang kakinya dengan cukup kuat.

"Bangun."

Aji menoleh ke samping, ada Cahyo yang sudah lebih dulu bangun. Tangan keduanya masih diikat, hanya ikatan pada kaki saja yang sudah dilepas. Mereka berdua di pindahkan ke gudang yang sangat kotor dan banyak barang tak terpakai.

Tatapan Cahyo kosong, ia hanya memandang makanan di hadapannya dengan tidak selera. Darah di pipi dan dahinya terlihat mengering.

Ikatan pada tangan Aji dibuka, begitu juga dengan Cahyo. Tapi Cahyo tetap diam dan tidak menyentuh makanannya sama sekali.

"Makan cepetan! Sebelum si Irene masuk kesini dan nggak ngebolehin kalian makan."

Aji mendongak ketika orang itu berdiri, lalu tak lama kembali menoleh ke arah Cahyo yang masih saja diam sambil memainkan nasi bungkus dihadapannya. Aji mendekat, ia merampas sendok dari tangan Cahyo, membuat Cahyo mendongak dan menatap Aji. Tangan Aji bergerak menyendok nasi, dan mengangkat sendok itu sampai tepat di depan mulut Cahyo.

"Makan, nanti perut kamu sakit."

Cahyo menunduk, lalu menggeleng. "Aku nggak mau makan, aku maunya pulang. Makanan ini pasti nggak enak, lebih enak masakan bunda, Kak Na, atau bahkan telur ceplok buatan Bang Mahen mungkin lebih enak daripada nasi bungkus ini."

Seseorang itu berdecak. Aji dan Cahyo menoleh bersamaan.

"Gue beliin itu juga penuh perjuangan ya, lo kira gue bisa gitu aja bawa makanan itu kesini? Ya nggak lah, gue harus bawa makanan itu ngumpet-ngumpet supaya nggak ketahuan. Kurang baik hati apa gue?"

"Biar lebih baik hati lagi, lepasin kita dong. Apaan banget diculik culik gini, mau minta tebusan? Abang gue kaya, minta sono," tandas Cahyo.

Aji memandang orang itu dengan cukup lama, sebelum mengucapkan kata yang membuat seseorang itu bungkam.

"Lo munafik," ungkap Aji.

🐻

"Hah! Aji sama Cahyo hilang?"

Haekal mengusap wajahnya yang barusan disembur minuman oleh Felix.

"Kenapa minuman lo disembur ke gue!" pekik Haekal.

"Nggak sengaja," Felix mengusap bibirnya yang basah, "hilang dimana?"

Seven BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang