Mahen mendongak ketika ada yang membuka pintu. Dia lagi duduk sendiri di ruang TV sambil minum kopi. Adik-adik nya ada kesibukan masing-masing. Reyhan pergi ke cafe bantuin bunda, begitu juga dengan Nathan dan Jeno. Sedangkan Aji dan Cahyo, mereka tumben banget jam 9 udah tidur.
Haekal berjalan melewati Mahen. Dia sama sekali tak menyapa Mahen atau sekedar menoleh ke arahnya.
"Haekal," panggil Mahen cukup pelan, namun Haekal mendengarnya.
Haekal berhenti tepat di saat dia mau naik tangga, mau pergi ke kamarnya karena badannya terasa sakit semua.
Mahen mendekat, dia mengulurkan tangannya ke Haekal yang justru dibalas tatapan bingung sama Haekal. Haekal memandang Mahen dengan alis terangkat sebelah.
"Maafin abang," ucap Mahen.
Haekal mendengus, dia tersenyum dan membalas uluran tangan Mahen, membuat Mahen menghela napas lega.
Ya begini mereka, mau Mahen lebih tua, tapi kalau Mahen buat salah, Mahen harus tetap minta maaf. Gak peduli orang itu lebih muda dari dia.
"Maafin aku juga deh, aku esmosi," jawab Haekal.
Anu Kal, yang benar emosi.
"Tapi jangan marah-marah kaya gitu lagi ah, abang kira aku gak takut? Takut lah, cuma aku berani-beraniin aja." Haekal cemberut membuat Mahen tertawa.
"Yaelah gitu doang." Haekal melotot, gitu doang katanya.
"Terserah deh, aku ke kamar dulu," pamit Haekal dan dibalas anggukan sama Mahen.
🐻
Pukul 05:20
"Nathan, cepetan! Lo ngapain si?"
Haekal benar-benar kesal, mereka semua udah janji mau jalan-jalan di Sabtu pagi pakai sepeda. Eh, jalan-jalan, tapi pake sepeda? Ah pokoknya gitu.
Ini si Nathan ngeselin banget, dari tadi gak keluar-keluar dari rumah. Kalian tau ngapain? Nyari si Omen, mau diajak itu kucing gantenk.
Oh iya, mereka cuma pergi berenam aja, Mahen sama bunda gak bisa ikut karena nanti harus ke cafe, ngecek apa aja yang terbakar waktu kebakaran kemarin.
Si Nathan belum keluar-keluar juga, padahal Haekal udah berkacak pinggang. Jeno udah di senderin sama Reyhan, karena dia juga masih ngantuk. Kalau Cahyo sama Aji mah lagi jongkok berdua sambil topang dagu, matanya juga masih merem melek. Tapi tenang, semuanya udah mandi, soalnya ditarik-tarik sama Jeno dan Haekal.
Nathan keluar dengan menggendong omen yang udah dia dandanin seganteng mungkin.
"Ayo om-om, atu cudah ciap ni," ucap Nathan seolah-olah omen yang berbicara.
"Apa-apaan, mana ada kucing ngomong begitu." Haekal menatap Nathan dengan kesal.
"Ada, kucing gue," jawab Nathan.
Cahyo menggaruk pipinya, "ini jadi gak si? Kalo ngga, aku tidur lagi nih."
"Eits, enak aja gak jadi, udah ganteng nih si omen." Nathan tampak gemas dengan kucingnya.
"Duh anak gue ganteng banget." Itu Jeno yang ngomong.
"Iya dong papa," jawab Nathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Brothers
FanfictionDi Bandung, ada sebuah rumah yang tak pernah sepi tawa. Haekal, panglima tertawa dan manajer kebahagiaan bagi Mahen, Reyhan, Jeno, Nathan, Cahyo, dan Aji - tujuh laki-laki penuh semangat yang bersama-sama membentuk keluarga super unik. Saat ayah mer...