SEVEN BROTHERS 25

599 60 3
                                    

Irene tertawa remeh setelah menceritakan itu semua kepada Haekal dan Jeno.

"Perebut!" tuduh Haekal.

Irene mengangkat kedua bahunya. "Jika menjadi perebut bisa membuat saya bahagia, kenapa tidak?"

Haekal mengalihkan pandangannya ke Deon. Laki-laki itu memandang Haekal dengan remeh sambil melipat kedua tangannya didepan dada. Dari arah sebelah kiri datang seorang perempuan berambut panjang yang terus menunduk. Haekal langsung teringat pada nama anak perempuan Irene yang disebutkan tadi, serta foto ukuran 2R yang ditemukan oleh Aji.

"Azizah, bukan Ijah temen gue kan?" tanya Haekal. Masih menunggu perempuan itu mengangkat kepalanya.

Perempuan tersebut mendongak dengan mata sembab. Haekal menggeleng beberapa kali ketika melihat wajah perempuan di hadapannya. Itu Azizah, jadi benar kalau Azizah adalah anak perempuan dari Irene.

"Zi, bukan lo kan? Lo baik, gak mungkin lo ikut rencana bejat orang ini."

Azizah hanya terisak. Irene menarik rambut panjang Azizah sampai kepala anak itu mendongak. Azizah memejamkan matanya begitu merasakan sakit di kepalanya.

"Dia bukan perempuan baik Haekal, justru dia pelaku yang meneror kalian," ucap Irene.

Irene kemudian menatap Jeno yang menatap nya dengan tatapan permusuhan. "Dan kamu tahu? Siapa yang memasukkan pisau penuh darah ke dalam tas kamu?" Irene kemudian menatap anaknya sendiri. "Dia, dan darah itu adalah darahnya. Bagus kan rencana saya?"

Haekal menggeleng beberapa kali, lalu terkekeh. "Nggak! Pelakunya rambut pendek sebahu, temen gue saksinya. Udah pasti bukan Azizah pelakunya."

Irene melepas tarikannya pada rambut Azizah. Lalu setelah itu menarik rambut Azizah bagian belakang sampai rambut itu terlepas dan menyisakan rambut yang panjangnya hanya sampai bahu. Jeno maupun Haekal menatap tak percaya.

"Hair clip," gumam Jeno.

Irene mengangkat rambut itu dan menunjukkan kepada kedua orang yang masih terus dipegangi.

"Lihat, ini hanya rambut sambungan." Irene terkekeh.

"Kalian tidak mengetahui ini kan? Kalian hanya tahu kalau rambut Azizah sepanjang ini. Padahal, anak ini memang sudah lama menggunakan hair clip sejak memutuskan untuk tinggal dan bersekolah di Bandung. Ia tidak pernah bisa memanjangkan rambutnya, ketika ia dapat masalah."

"Kenapa? Kalian merasa dibohongi? Dan untuk video rekaman yang kalian lihat di CCTV saat itu, saya sengaja menyuruh Azizah untuk tidak menggunakan hair clip nya, agar kalian tidak mencurigai Azizah," tutur Irene.

Irene kemudian menoleh ke arah sebelah kanannya. Menatap orang yang dari tadi terus memakai topeng. Ia membuang hair clip tersebut dan melangkah mendekat.

"Ah, saya sampai lupa," Irene melepas topeng pemuda tersebut, "ini teman yang kalian maksud?"

Haekal dan Jeno semakin tak percaya dengan semua ini. Bagaimana bisa? Keduanya sama sekali tidak menyangka, walaupun memang awalnya mereka mencurigai pemuda itu, tapi kecurigaan tersebut mereka buang jauh-jauh saat pemuda itu membantu mereka untuk menyelidiki masalah ini.

"Felix," ucap Jeno dan Haekal bersamaan.

"Sorry, tapi gue nggak terima adek gue lo buat koma, Kal," jawab Felix.

Jeno menarik nafasnya dalam-dalam. Dadanya terlihat naik turun, Jeno tampak sekali sedang menahan amarah yang bisa meledak saat itu juga. "Pengkhianat!"

Felix hanya diam tak merespon apa-apa.

Irene bertepuk tangan. "Wow, kejutan! Sudah cukup membuat kalian terkejut belum?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seven BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang