Haekal meraih handphonenya ketika ada panggilan masuk. Dahi Haekal mengerut, melihat nomor tidak dikenal meneleponnya.
"Halo?"
"Tidak lama lagi."
Tut!
Telepon dimatikan sepihak. Haekal memandang handphonenya dengan bingung. Apanya yang sebentar lagi? Sebenarnya apa yang akan terjadi? Haekal berpikir keras.
"Ini siapa deh, aneh banget."
Jeno dan Nathan tiba-tiba masuk ke kelas Haekal bersamaan.
"HAEKAL!" seru keduanya.
Jeno dan Nathan saling pandang. Napas keduanya tampak terengah-engah. Raut wajahnya juga sudah kelihatan tidak enaknya.
"Kok ikut manggil?" Lagi-lagi mereka berbicara bersamaan.
Haekal menepuk dahinya, gak habis pikir dia sama kedua saudaranya yang ini. Ada bego bego nya gimana gitu.
"Lo--"
Haekal memisahkan keduanya, daripada nantinya dia harus melihat perdebatan antara jasjus dan marimas.
"Satu-satu ngomongnya, pusing gue ngeliatnya."
Akhirnya mereka berdua diam. Tapi tak lama dari itu kembali bertengkar, menyuruh dari salah satu mereka untuk berbicara duluan.
"Ngomong buruan!" Haekal udah ancang-ancang mau lempar kursi kayu ke mereka.
Jeno cengengesan, begitu juga Nathan.
"Lo dapet telepon dari nomor ngga dikenal, gak? Tadi ada nomor ngga dikenal nelpon gue, terus bilang tidak lama lagi. Maksudnya apa?" Akhirnya Nathan yang berbicara duluan.
"Nah, gue juga pengen ngomongin itu tuh, persis banget kaya ceritanya Nathan." Jeno menimpali.
Haekal menggigit bibir bawahnya. Kakinya mengetuk-ngetuk di lantai. Nathan dan Jeno juga ikut berpikir, kira-kira siapa orang yang menelpon mereka dan berbicara seperti itu.
Haekal berdecak. "Ck, orang iseng doang kali."
Jeno dan Nathan mengangguk saja, yang dibilang Haekal ada benarnya juga. Tidak jauh dari situ, ada seseorang yang mendengar pembicaraan mereka, lalu setelah itu tersenyum smirk.
🐻
Aji keluar dari dapur sambil membawa dua gelas jus jeruk dan camilan. Tapi tiba-tiba saja Irene yang sedang mencari sesuatu di tas nya tidak sengaja menabrak Aji dengan cukup keras, hingga jus dan camilan yang tertata di nampan jatuh berhamburan.
Aji tentu saja terkejut. Semuanya jatuh berserakan karena tantenya itu. Irene justru hanya diam saja sambil melihat bajunya yang basah terkena jus yang dibawa Aji.
"Yah tante, jatuh semua kan." Aji memandang kasihan camilannya yang jatuh.
"Kamu kalau jalan pake mata dong."
Aji mengerutkan dahinya. "Loh? Kan tante yang nabrak aku, kok aku yang di marahin?"
Irene mendengus. Dia jongkok dan meraih tasnya, memasukkan kembali barang-barangnya yang terjatuh.
Irene hanya memandang Aji dengan raut wajah kesal, setelah itu pergi dengan terburu-buru tanpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu.
Aji menghela napas berat, mau nggak mau dia harus beresin ini semua deh. Aji berjongkok, memungut pecahan gelas dengan hati-hati, tapi Aji tidak sengaja melihat foto berukuran 2r yang terbalik. Dia meraihnya, memandangnya dengan cukup lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Brothers
FanfictionDi Bandung, ada sebuah rumah yang tak pernah sepi tawa. Haekal, panglima tertawa dan manajer kebahagiaan bagi Mahen, Reyhan, Jeno, Nathan, Cahyo, dan Aji - tujuh laki-laki penuh semangat yang bersama-sama membentuk keluarga super unik. Saat ayah mer...