SEVEN BROTHERS 22

462 56 23
                                    

Aku double up buat kalian, biar tetap nunggu aku update dan tetap suka baca ceritaku, ehehe.

Liat dulu gih chapt sebelumnya, takutnya ngga engeh.



_____________________

Beberapa hari ini, rasanya semua aman terkendali. Tidak ada teror yang datang ke rumah mereka lagi. Tapi tetap saja, waspada dan jaga-jaga harus tetap dilakukan. Bagaimanapun juga, mereka tahu bahwa pergerakan mereka pasti diawasi.

Malam harinya, di malam minggu ini, keluarga bunda kedatangan anggota baru. Iya, Mahen bawa pacar ke rumah, mana cakep banget lagi itu pacarnya, guru les musik coy. Rambutnya panjang sampai sepinggang, kulitnya putih, pipinya chubby, ah pokoknya cakep banget deh pacarnya Bang Mahen. Ya pantes aja Bang Mahen ngajak keluarganya buat makan bersama di rumah.

"Mentang-mentang malam minggu--"

"--bawa pacar sembarangan."

Yang barusan itu si duo H, Hanum dan Haekal. Mereka berdua hi-five setelah bergunjing. Ya gimana ya, kalau kata Reyhan si Hanum dan Haekal itu nggak jauh beda si kelakuannya, malahan kalau otak mereka ditimbang, ukuran nya sama deh kayaknya.

"Eh tapi cantik." Hanum menatap kagum pacar Mahen.

"Namanya siapa ini?" Bunda berjalan menghampiri Mahen dan pacarnya.

"Giselle, tante." Giselle tersenyum dan mencium punggung tangan Bunda.

"Kok mau si sama Bang Mahen? Dia jelek padahal, liat, masa jemput cewe kolor-an begini?" Haekal melihat Mahen dari atas ke bawah.

"Menggunjing orang itu sarang dosa," nyanyi Cahyo.

"Mencaci orang itu sarang dosa," sambung Aji.

Haekal hanya mengacungkan jari tengah kepada dua adik bungsunya.

"Ayo Giselle, kita kedalam," ajak Bunda sambil tersenyum.

Giselle mengangguk sambil tersenyum, dan pergi bersama bunda, meninggalkan mereka yang berada di luar.

Jeno baru saja keluar dari rumah, ia celangak-celinguk mencari keberadaan Reyhan, karena diantara saudaranya tidak ada Reyhan disana. Soalnya tadi di dalam Jeno juga ngga lihat si Mas nya itu, atau jangan-jangan Mas nya nggak sengaja ke injak terus nggak ada yang sadar ya?

Jeno ikut duduk sama yang lain. Mereka cuma duduk di atas rerumputan yang udah dialasi sama tikar. Nathan asik nyanyi diiringi sama petikan gitar dari Mahen. Si dua bocah lagi asik bantuin Hanum sama Haekal yang lagi bakar daging sama sosis.

"Jangan main api, Ji." Nathan mencegah Aji begitu ia melihat adiknya itu mendekat dan bermain-main dengan api.

Jeno menepuk paha Nathan, membuat sang empu menoleh kaget. "Mas Rey kemana? Kok nggak ada."

"Jemput pacarnya lah, malam minggu ini coyyy," jawab Nathan.

Jeno membulatkan matanya. "Lah anjir, tiba-tiba banget si Mas punya pacar?"

"Ya emang kenapa kalau Mas Rey punya pacar? Lo mau nya dia jadi perjaka tua gitu?"

"Kayak masih perjaka aj--"

"--gue masih perjaka ya bajingan!"

Jeno cuma bisa nyengir kuda begitu Reyhan udah datang sama pacarnya.

Pacarnya Mas Rey juga nggak kalah cantik, rambutnya dikuncir satu, wajahnya bulat, pipinya juga nggak kalah chubby kayak pacarnya Mahen tadi, kulitnya juga nggak kalah putih si dari Mba Giselle. Mana senyumnya manis banget lagi.

Seven BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang