Minor Accident

22 14 0
                                    

"Baiklah. Anda sendiri yang bilang, pegangan erat." Ujar Namjoon lalu ngebut.

Anna penasaran, "Anda mau membawa saya ke mana?"

"Ke kantor polisi."

"Hah?!"

"Kenapa? Wajar kan membawa penguntit ke kantor polisi?"

"Hentikan mobilnya!"

"Telat! Saya sudah menyuruh Anda keluar, Anda tidak tahu bahwa tidak akan ada kesempatan lain!"

"Saya sungguh tak mengerti apa salah saya? Kesalahan apa yang diperbuat saya sampai Anda menyiksa saya seperti ini? Apa karena saya masuk ke kamar Anda dan tak sengaja melihat ruam-ruam Anda? Hentikan mobilnya! Hentikan! Saya mau keluar! Hentikan! Hentikan!"

Tiba-tiba mereka melihat ada bebatuan di depan. Kaget, Namjoon berusaha mengerem secepatnya, tapi terlambat dan mobilnya kena batu.

Namjoon jelas marah dan Anna kontan panik dan berusaha kabur ke sawah. Tapi Namjoon langsung mengejarnya dan menangkapnya dengan cepat dan jadilah mereka sama-sama terjatuh ke lumpur.

Namjoon panik, "cepat bantu saya berdiri!"

Anna membantunya bangun dan berniat membersihkan bajunya Namjoon dengan tangannya, tak sadar kalau tangannya sendiri kotor dan otomatis membuat bajunya Namjoon tambah kotor.

"Jangan sentuh! Anda bau busuk!"

"Kayak Anda tidak bau saja! Oh, yah. Anda kan phobia kuman... Anda cari apa?"

"Ponsel saya! Ponsel saya!"

"Anda mungkin takkan menemukannya."

Namjoon kontan melempar tatapan kesal padanya. Anna kesal ditatap seperti itu.

"Lihat apa? Ini kan salah Anda sendiri. Kalau Anda tidak mengejar saya, sayabtidak akan terjatuh di sini. Jadi kita impas!"

Berusaha menahan kesal, "minta bantuan polisi sekarang."

"Ponselku sendiri juga lowbet."

"Anda benar-benar tidak berguna!" Kesal Namjoon.

"Hei, tidak ada rumah atau toko di sekitar sini. Cuma ada Anda dan saya. Tidak bisakah kita mengesampingkan perdebatan kita dulu dan berjabat tangan untuk sekarang ini? Atau begini saja. Kembalikan dulu barang saya, maka saya janji akan melupakan semua kesalahan yang Anda perbuat padanya hari ini."

"Saya tidak memiliki barang Anda, justru Anda yang mau mengambil keuntungan dari saya."

"Siapa juga yang mau mengambil keuntungan dari Anda? Nggak usah narsis deh! Kalau begitu, kasih aja jas yang Anda pakai itu. Berikan pada saya!"

"Kenapa juga saya harus mendengarkan Anda? Saya beritahu Anda. Jika Anda bijak, maka menjauhlah dari saya! Kalau Anda mengikuti saya lagi, saya tidak bisa menjamin Anda akan bisa mempertahankan reputasi dan harga diri Anda sebagai wanita!"

"Bodo amat! Intinya Anda boleh pergi, tapi berikan dulu barang saya!"

Namjoom sontak membantingnya ke lumpur lalu mendudukinya dan mencengkeram erat kedua tangan Namjoon.

"Lebih baik Anda tidak usah melawan. Asal Anda tahu saja, dulu saya melakukan angkat beban dan judo semasa saya SMA. Biarpun saya kecil, tapi saya bisa menangani orang sebesar Anda dengan mudah."

Anna bahkan langsung merogoh paksa bajunya Namjoom sampai akhirnya dia menemukan amplop pink. Tapi amplop itu malah kosong.

"Di mana isinya?"

"Sudah dibuang. Lagian kenapa juga Anda menginginkannya, itu kan tidak berharga."

"Bagaimana bisa tidak berharga? Itu sangat mahal bagi saya! Di mana Anda menaruhnya?"

"Kenapa juga saya harus memberitahu Anda? Sudah saya bilang tidak ada pada saya. Coba saja Anda cari kalau Anda bisa! Anda bisa menemukannya, maka Anda menang!"

"Baiklah. Kalau saya tidak bisa menemukannya, Anda boleh membalas saya 10 kali lipat daripada apa yang saya lakukan pada Anda!" Anna sontak tambah ganas menyerang Namjoon.

~~~~~~~~~~
Hari sudah gelap saat Seokjin akhirnya tiba dihotel tapi malah diberitahu kalau Anna sudah dipecat. Seokjin jadi cemas. Dia berusaha menghubungi Anna lagi, tapi tetap tidak diangkat.

Akhirnya mereka masuk ke kamar mereka. Karena kamar mereka yang sebelumnya dikuasai Namjoon, mereka jadi dipindahkan ke suite room yang lebih besar dan lebih mewah.

Teman-teman Seokjin sungguh kagum.

"Anna itu pasti sangat menyukai lo sampai membooking suite room untuk lo."

Seokjin mengacuhkan mereka saking cemasnya memikirkan Anna, dia terus berusaha menghubunginya tapi tetap saja tidak tersambung.

Seokjin sungguh tak mengerti apa yang terjadi. Kenapa Anna mematikan ponselnya.

"Katanya dia di sini cuma bekerja, kenapa malah terlibat dengan pemilik hotel?"

~~~~~~

Seluruh tubuh mereka penuh lumpur saat akhirnya mereka selesai dan Anna benar-benar tak menemukan suratnya. Terpaksalah dia harus memenuhi janjinya dan berjalan dengan patuh di belakang Namjoon.

Tapi dia tidak fokus sampai tidak melihat Namjoon berhenti. Saat Namjoon memanggilnya, dia sontak berbalik dengan panik, tapi malah tak sengaja menginjak kakinya Namjoon dengan sepatunya yang penuh lumpur.

Namjoon kesal banget dibuatnya dan berniat mau pergi. Tapi Anna langsung mencengkeram tangannya dan berusaha meminta Namjoon untuk mendengarkan maafnya.

"Saya beri Anda waktu 5 detik untuk melepaskan cengkeraman Anda atau akan saya potong tangan Anda. Percayalah."

"Sudah saya lakukan." Anna sontak melepaskan tangannya dengan ketakutan.

"Dan apa yang kubilang tadi?"

Anna langsung mundur beberapa langkah. "Jaga jarak 1 meter dari anda. Saya ingat."

Namjoon sinis melihatnya. "Ke mana perginya keganasan Anda saat di sawah tadi? Anda membuat saya jadi seperti ini dan Anda dengan mudahnya meminta maaf?"

"Soory."

"Kalau Sorry itu gunanya, maka takkan ada Gucci, Armani, Versace atau Valentino."

Anna kaget, "maksudnya yang tadi tak sengaja saya robek itu...? Wah!"

Namjoon tak percaya mendengarnya, "anda bilang apa? Tak sengaja?"

"Kalau yang tadi itu tidak sengaja, lalu apakah jika sekarang saya menampar Anda, itu bisa disebut sebagai pijatan?"

Anna kontan merem ketakutan menanti tamparan Namjoon.

Namjoom jelas heran melihat reaksinya, "anda tidak akan menghindari tamparan saya?"

"Tentu, saya bertekad untuk memenuni janji saya. Saya tidak akan komplain biarpun Anda menjadikan saya budak."

"Sudah banyak orang yang mau jadi budak saya, kenapa juga saya membutuhkan Anda? Biar Anda bisa membanting saya ke tanah lagi saat Anda sedang bad mood?"

"Tidak. Saya mengakui kalau saya memang salah dan barangnya benar-benar tidak ada pada Anda, mungkin saya menghilangkannya."

"Saya sungguh tak mengerti apa sebenarnya yang ada dalam pikiran Anda. Berani sekali Anda melakukan hal seperti itu pada saya? Apa yang membuat Anda berpikir bahwa bos besar seperti saya mencuri barang seorang karyawan kecil seperti Anda? Lagian itu cuma sebuah surat tak berharga."

Anna sedih mendengarnya. "Anda benar... itu cuma sebuah surat."

Sialnya lagi, hujan tiba-tiba mengguyur deras. Anna panik ingin cepat lari, tapi Namjoon malah mendadak lemas.

"Ada apa dengan Anda?"

"Saat hujan, saya jadi tidak bertenaga."

Mendengar itu, Anna santai saja memegang tangan Namjoon atau menggendongnya ke halte bis terdekat. Tapi Namjoon sontak protes tak terima.

"Gadis kecil seperti Anda mana bisa menggendong orang sebesar saya. Saya tidak perlu bantuan Anda. Bahkan sekalipun saya harus merangkak, mending saya merangkak sendiri saja daripada digendong Anda!"

Take A Chance With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang