Abby povPagi ini seperti biasa, aku duduk dibalik meja kerjaku yang nyaman ditemani dengan secangkir vanilla latte kesukaanku. Ah ya, aku belum memperkenalkan diri kan? baiklah aku akan memperkenalkannya, namaku Abbynaya Fattarof Aiden panggil saja Abby. Nama yang simple dan mudah diingat.
Sudah hampir setengah jam berlalu ponsel pintarku tidak berhenti berdering, entah siapa penelfon gelap yang tidak tahu diri itu terus saja menggangguku disaat aku sedang sibuk bekerja. Membuatku merasa jengkel dan ingin sekali memakan orang itu. Kulihat caller id-nya, lagi-lagi nomor baru ... kira-kira nomor siapa ya?
Dengan perasaan malas, aku memencet tombol hijau.
"Halo..." terdengar suara serak seorang wanita diseberang sana, sepertinya aku mengenal suara itu.
"Mama..." tanyaku memastikan siapa tau aku salah dengar.
"Abby sayang ... mama minta kamu cepat pulang sekarang juga ya, Nak..." ujarnya dengan suara serak seperti habis menangis. Ada apa sebenarnya?
"Memangnya ada apa Ma, kenapa Abby harus cepat pulang? bukannya kemarin siang Abby baru saja pulang ke rumah? apa ada sesuatu yang penting?" tanyaku kembali. Perasaanku kesini makin tidak enak, pasti ada sesuatu yang terjadi pikirku dalam hati.
"Pokoknya kamu harus pulang sayang, ada hal penting yang harus Mama dan Papa jelasin ke kamu. Nanti biar di rumah saja mama jelasinnya..." tuh kan bener apa yang kubilang ini pasti ada apa-apanya, aku yakin sangat yakin!
"Sebenernya ada apa sih, Ma? memangnya nggak bisa dijelasin lewat telefon aja apa?" tanyaku mulai penasaran.
"Nggak bisa sayang ... udah sekarang cepetan kamu kemas-kemas barang-barangmu, siap-siap pulang. Mama sama Papa tunggu kamu di rumah, oke?"
"Tapi Ma, aku kan masih ker-" baru aku mau jelasin kalau aku lagi kerja, sambungan telefon udah diputus aja. Dasar Emak nyebelin, ih!
Perasaanku benar-benar kacau setelah mendengar rentetan permintaan Mamaku siang ini. Sambil mengurut pelipis, aku sengaja menenggelamkan wajahku dalam-dalam dibalik layar komputer sambil berharap rasa pusingku akan segera menghilang.
Wajahku mendongak ketika seseorang memanggil namaku, ya seseorang yang selalu menjadi bahan objek pikiranku akhir-akhir ini, "Kamu kenapa By?" ujarnya seraya menghampiri meja kerjaku. Dia selalu terlihat tampan di mataku, dengan pakaian formalnya minus jas. Ia hanya mengenakan kemeja
biru laut yang lengannya digulung hingga siku, salah satu gaya Arva Ganendra Al-Ghifran yang menurutku sangat tampan.Tak sadar seulas senyum terukir di bibirku, "Nggak pa-pa Mas, lagi banyak kerjaan aja ... biasa," ujarku seraya membereskan berkas-berkas laporan kerjaku yang berserakan diatas meja lalu menyimpannya kembali ke dalam lemari kecil di bawah mejaku kemudian menguncinya.
"Kamu mau kemana By? kok jam segini udah beres-beres mau pulang, kamu sakit? aku antar pulang ya?" ujarnya terdengar mencemaskanku. Kalau aja situasinya nggak kayak gini Mas, mungkin aku akan menjawab 'Iya aku mau' tapi sayangnya itu nggak sesuai sama keinginanku.
Aku buru-buru menggelengkan kepalaku pelan, akupun kembali tersenyum kepadanya menunjukan kalau aku baik-baik saja. "Nggak usah Mas, makasih ya ... tapi aku bisa pulang sendiri kok," tolakku sesopan mungkin, "Aku duluan ya Mas?" pamitku pada Mas Arva, kulihat lelaki itu tidak berkata apapun. Ia hanya mengangguk mengiyakan ajakanku.
***
Setelah hampir 3 jam terjebak macet di jalan raya ibukota Jakarta yang terkenal dengan arus lalu lintas yang sangat padat merayap mengalahkan rayap-rayap dibelakang taman rumahku, aih bahasaku ... akhirnya aku sampai juga di kediaman rumah orangtuaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Wedding
RomanceEntah ini pantas disebut sebagai kesialan atau keberuntungan bagi Abby, karena tidak ingin menanggung malu tiba-tiba saja ia disuruh orangtuanya untuk menggantikan pernikahan kakaknya yang sedang sakit kronis di rumah sakit untuk menikah dengan calo...