A Kiss..

47.5K 2.2K 25
                                    

Abby POV

"LEPAASINNN!" Teriakku galak pada lelaki yang sedang membopongku dengan acuhnya.

"AZKAA LEPASIN! AKU MASIH BISA JALAN SENDIRI!" Teriakku lagi-lagi di kupingnya. Heh biarin saja dia budek. Lagian udah tau diteriakin macam toa begini juga masih aja bisu.

Manusia es itu masih saja bungkam. Tidak sepatah katapun keluar dari bibir seksinya semenjak keluar dari restauran sialan itu.

Setelah sampai di depan kamarku, dia menyuruhku untuk membukakan knop pintunya dengan sebelah tanganku yang bebas. Yaelah, nyuruh aja masih pake kode Mas. Nggak punya mulut kali tu orang. Tak lama pintu kamarku pun terbuka. Dengan pelan-pelan ia menurunkan aku di ranjang tempat tidurku. Waduh! Udah mirip kayak barang antik aja aku,hihi..

Aduh sakit!

Aku meringis karena rasa sakit yang tiba-tiba menyengat di pergelangan kakiku. Rasanya kayak ada yang nginjak-nginjakin gitu. Ngilu banget. Suer!

Saat pandanganku kearah pintu kamarku. Aku tidak menyangka ternyata wanita cantik yang bersama Azka tadi itu masih saja mengikuti kami, em maksudku aku dan Azka. Siapa sih dia? Aku jadi bertanya-tanya dalam hatiku.

Azka yang mungkin menyadari arah pandanganku, dia menyuruh wanitanya untuk menunggunya diluar.

Apa wanitanya?! Mendengarnya saja aku bahkan tidak rela. Padahal aku sendiri tidak ada hubungan apa-apa dengan lelaki itu. Ini aneh!

Tak lama ia kembali membawa minyak urut di tangannya. Kukira ia akan memanggilkan tukang urut untukku ternyata tidak. Jadi siapa yang akan membantu menguruti kakiku? Masa Beruang
Kutub itu sih? Oh tidak!

"Auwww! Awww!! Sudah cukup jangan dilanjutkan lagi, aku mohon ... sakitt!" pintaku pada si pengurut kakiku. Sungguh ini sangat luar biasa sekali sakitnya.
Karena baru pertama kalinya aku terkilir. Dan itu di kaki.

Tidak sadar aku malah menangis. Air mata yang sudah sejak tadi aku tahan akhirnya keluar dengan sendirinya. Apa! Aku menangis. Didepan lelaki itu, ya Tuhan!

"Sss ... jangan menangis. Mungkin ini akan sedikit terasa sakit, tahanlah. Kamu pasti bisa," dia menenangkanku dengan
suaranya yang tidak datar seperti biasanya. Dia sangat lembut. Aku bahkan sampai tidak mengenali siapa lelaki yang sedang menunduk dihadapanku ini .

Aku berteriak histeris merasakan rasa sakit yang menurutku sangat luar biasa sekali di kakiku ketika tangan manusia es itu tanpa aba-aba menarik dan menggoyang-goyangkan kakiku dengan begitu lihainya.

Wah menurutku dia lebih cocok menjadi tukang urut panggilan saja dari pada menjadi bossku di kantor.

"Kenapa malah senyum-senyum begitu. Ada yang salah?" Tanyanya sambil menatapku.

Aku terdiam sebentar. Apa iya aku tersenyum, bukannya tadi aku lagi nangis ya?

"Enggak ada. Emang kenapa?" Bodoh! Kenapa aku malah bertanya balik padanya sih.

"Bagaimana kakimu, apa sudah merasa lebih baik?" Bukannya dijawab, dia malah bertanya kembali.

Aku mengangkat sebelah alisku, merasa bingung. Tumben banget si manusia es baik hati padaku.

"Lumayan. Pijatanmu tidak kalah enak dengan tukang pijit sungguhan," ujarku dengan nada sedikit menggodanya.

"Benarkah?" Ujarnya sambil berusaha menahan senyumnya.

"Iya."

"Kalau begitu istirahatlah. Aku akan menyelesaikan urusanku sebentar." Ujarnya lalu melenggang pergi meninggalkan aku yang masih cengo.

Unexpected WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang