Kenapa dengan aku?

48.4K 2.7K 30
                                    

Author POV

Sudah seminggu berlalu, Abby masih saja terpukul atas kematian kakaknya. Ia merasa dunianya berhenti saat itu juga. Ia merasa kalau dirinya lah yang pantas untuk disalahkan. Karena waktu itu Abby pikir, orangtuanya sudah tidak peduli lagi  dengan kehidupannya, makanya ia berusaha memisahkan diri dari mereka semua. Tapi sekarang semuanya sudah terlambat untuk memperbaikinya kembali. Kak Alishanya sudah pergi, coba seandainya saja dulu dia tahu tentang penyakit yang diderita kakaknya, pasti nyawa Alisha  masih dapat tertolong. Oh seandainya ... seandainya daaaan seandainya?! Mungkinkah? ah Sangat mustahil sekali untuk direnungkan. Pikirnya dengan masam.

Sudahlah ... menyesal pun tidak ada gunanya, sekarang yang harus ia pikirkan adalah tentang pernikahannya dengan lelaki misterius itu. Lelaki yang sangat angkuh dan sombong yang pernah ia kenal. Bisa-bisanya kakaknya itu sangat mencintainya. Dan bahkan karena rasa cintanya pada lelakinya itu, dia rela meminta adiknya untuk menikah dengan calon kakak iparnya sendiri.

Dunia sepertinya sempit sekali ya, Abby sampai tidak habis pikir dengan cara pikir kakaknya. Dia bilang lelakinya itu sangat baik sekali, penyabar dan juga penyayang pastinya. Tapi setelah seminggu ini Abby tinggal dengannya, sepertinya ucapan kakaknya itu perlu diralat kembali.

Omong kosong! batinnya tidak terima.

Tidak sabaran dan juga manusia terdingin yang ada dikutub utara sana, kenapa dia tidak tinggal disana saja sekalian. Kan hidupnya lebih enak tinggal didaerah bersalju seperti itu. Untuk apa tinggal di sini kalau mulutnya yang sangat seksi itu tidak digunakan untuk berbicara pada manusia?!

Apa tadi katanya, seksi? Yang benar saja, mungkin tadi dia sedang salah bicara, runtuknya dalam hati.

***

Abby POV

Aku mengamati pria yang sedang sibuk mengenakan kemeja formalnya yang berwarna biru dongker dikamarku, ehm kamar kami maksudnya. Dia sama sekali tidak mau melirikku. Apa aku ini terlihat menyeramkan sehingga masih dalam sekamar saja dia tidak menganggapku ada, sungguh keterlaluan sekali sih dia. Jadi sekarang ini dia menganggapku apa?! Hantu begitu, seenaknya saja memperlakukanku seenak jidatnya. Lihat saja, aku pasti akan membalasnya. Tunggu saja tanggal mainnya.

Ahya setelah kejadian di dapur waktu itu, kupikir dia hantu, tapi setelah aku memperhatikannya sungguh-sungguh dalam cahaya remang ternyata dia bukan hantu melainkan jelmaan Dewa eros yang menyerupai anak manusia, dan manusia itu adalah suamiku. Ha-ha

Salah siapa mengejutkanku tanpa permisi , untung saja aku masih baik hati dan tidak jadi memukulnya dengan penyapu. Coba saja seandainya itu terjadi beneran, oh tidaaakkk ... dia pasti akan murka padaku.

Percaya tidak kalau kami ini jarang sekali berbicara, bertegur sapa atau apapun lah itu namanya. Berbicara pun kalau ada perlunya saja. Kami ini lebih pantas disebut sebagai seorang majikan dan pembantu. Mungkin sebutan itu memang ada benarnya, karena memang seperti itu lah sebenarnya yang terjadi.

Aku mulai belajar melayani semua kebutuhannya, em maksudku mulai menyiapkan pakaian kerja yang akan dikenakannya, menyiapkan sarapan pagi, siang dan malam, ah ... pokoknya aku sudah mirip seperti istri sungguhan lah begitu.

Itu juga kulakukan karena ulah mamaku yang sangat cerewet, kalau bukan karena beliau yang menyuruhku untuk melakukan itu semua, aku pasti tidak akan mau. I don't care with it!

"Sayang, mulai sekarang belajarlah menjadi istri yang baik untuk suamimu. Walaupun sekarang kamu belum bisa mencintainya, tapi Mama yakin ... suatu saat nanti, kalian pasti akan saling mencintai satu sama lainnya. Percaya sama omongan mama..." ini dari sekian banyaknya wejangan mama yang masih kuingat.

Katanya kalau aku tidak bisa menjadi istri yang baik untuk suamiku nanti, bersiaplah aku menyandang gelar janda kembang di KTPku. Masa iya aku harus menjadi janda? membayangkannya saja aku tidak pernah, apalagi menjalaninya. Pokoknya aku tidak mau!

Tapi kalau kayak begini caranya sih bisa-bisa aku yang meminta cerai duluan pada suamiku. Sungguh, demi apapun aku benar-benar tidak tahan dengan sikap dinginnya! memangnya ada ya wanita yang tahan hidup dengan lelaki angkuh semacam dia itu, kalau ada memang kuberi dua jempol tanganku, bila perlu kutambah dua lagi dengan jempol kakiku sekalian. Satu kata untuknya, 'Hebat'

Dia begitu jauh untuk disentuh, ibarat bumi dengan langit. Sangat jauh banget kan?!

"Melamun terus, apa yang kau lamunkan? melamunkanku lagi ya?!" Ledeknya dengan gaya sok tahu. Tumben banget siberuang kutub mau bicara denganku. Pake sok-sok'an menyindirku segala lagi. Biasanya juga aku diabaikannya ketika aku ketahuan sedang memperhatikannya.

Maaf ya bukannya aku ingin sekali diperhatikan olehnya, dia juga tahu kok kalau kita sama-sama tidak saling mencintai satu sama lainnya. Tapi setidaknya bersikaplah baik padaku, aku ini kan adik kandung dari orang yang katanya sangat dicintainya. Bukti pertamanya, dia rela mau menikah denganku demi permintaan terakhir kakakku.

Itu sudah cukup membuktikan kalau dia memang benar-benar mencintai kak Alisha-ku.

Kalau memang dia tidak menginginkan pernikahan ini terjadi, kenapa dia tidak menolaknya saja ketika pak penghulu menanyakan ketersediaannya untuk menikah denganku.

Aku juga tidak akan merasa sakit hati karena harus gagal menikah dengannya. Toh aku tidak mencintainya, jadi itu bukan masalah besar bagiku. Aku malah akan merasa bahagia jika dia menolak menikah denganku. Itu doaku, tapi lagi-lagi aku harus menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan , kenyataannya aku harus menikah muda! Itu sungguh sangat menyedihkan.

Selama Kak Alisha menjalin hubungan asmara dengannya, kuperkirakan ada kali ya selama 4 tahun lamanya, selama itu juga aku tidak pernah bertatap muka dengannya. Setiap kali dia datang ke rumah, aku pasti selalu ada acara diluar. Itu sebabnya aku merasa kalau dia itu orang asing yang sangat menyebalkan.

Aku memutar bola mataku jengah, lalu menatapnya dengan malas.

"Sepertinya bukan urusanmu aku mau melamunkan siapa," ujarku ketus sambil beranjak dari acara tidur-tiduranku dan melewatinya dengan gaya sedikit angkuh.

Dia hanya bergumam tidak jelas saat aku masuk kedalam kamar mandi.

***

Hari ini masa ijin cutiku sudah habis, dan aku sudah harus mulai masuk kerja seperti biasanya. Dan kabar buruknya sekarang adalah, kalau  ternyata eh ternyata suamiku yang sifatnya kayak beruang kutub itu adalah pemilik sah  perusahaan tempat aku bekerja.

Ini tidak adil sekali. Bagaimana bisa itu terjadi? Apa ini hanya sebuah kebetulan semata atau bagaimana sih. Bayangkan saja selama satu tahun lebih aku bekerja di perusahaan besar ini tidak pernah sekalipun aku bertemu dengan atasanku itu.

Teman-temanku juga sering mengatakan kalau bosku itu terlalu sibuk dengan dunianya, aku sangat yakin orang seperti itu sudah pasti tidak akan mau bertemu dengan kami-kami ini. Walau hanya untuk sekedar say hello sebentar pun, aku rasa itu sangat mustahil. Apa lagi bertemu dengan pegawai rendahan yang sangat tidak penting sepertiku. Dan baru sekarang aku mengetahui bagaimana rupa bosku yang sebenarnya.

Dan bosku itu ternyata adalah suamiku sendiri,  dicatat: suamiku sendiri ya! Ya ampun, bagaimana aku harus bersikap padanya nanti. Memikirkannya malah membuat kepalaku jadi tambah pusing dipertama aku mulai masuk kerja.

Apa yang harus aku lakukan jika sampai teman-temanku tahu kalau aku adalah istri dari direkturnya ... dan satu lagi jangan sampai  Mas Arva mengetahui kalau  aku sudah menikah. Jika sampai itu terjadi, bunuh aku sekarang juga! eh!

To be continue...
----------------------------------

JANGAN LUPA TINGGALIN VOMENTNYA YA...KARENA VOMENT KALIAN SANGAT MEMBANTU MEMBUATKU JADI SEMANGAT LAGI UNTUK MELANJUTKAN CERITA INI.

LOVE

Wijhi Ourind X_X😆

Unexpected WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang