Tadinya gamau nulis lagi tapi sekali lihat film fefoku tayang lagi di tv, eh tiba-tiba moodku langsung kayak naik roller coaster di taman hiburan...nanjak tinggi banget habis tuh eh gk perlu dijelasin lagi lah ea tau sendiri kan lanjutannya...haha
Oke deh gk perlu banyak cincong, happy reading ya semoga sukhaaaaaaa.....😆
------------
Abby POV
Baru saja kakiku akan melangkah masuk kedalam kamarku di lantai atas, tiba-tiba sebuah suara memanggil namaku. Suara berat yang sudah beberapa hari ini tidak pernah kudengar lagi.
"ABBY."
Aku menoleh dan mendapati dia sudah berdiri disampingku dan memandangku dengan tajam. Aku mengerutkan dahiku bingung, sejak kapan pria itu berada disini?
"Ada apa?" Tanyaku dengan malas. Segera saja aku berbalik dan melangkah masuk ke dalam kamar tanpa menghiraukannya, berniat balas dendam tapi tanpa di duga tangan laki-laki itu dengan sigap mencengkram lenganku kuat. Aku meringis kesakitan akibat cengkramannya.
"Siapa lelaki yang tadi bersamamu?" Katanya dengan sorot mata berkilat menahan amarah. ada apa dengannya? apakah dia marah padaku? tapi kenapa? bukankah seharusnya aku yang boleh marah padanya karena dia sudah mendiamkanku beberapa hari ini. Aku yang berhak marah padanya. Bukan dia!
"Lepaskan!" Geramku sambil mendelik kesal kearahnya. Tapi balok es itu tak memperdulikanku.
"Jawab atau aku akan menghukummu di dalam kamar?!" Ujarnya masih dengan mencengkram lenganku. Jantungku berdebar saat mendengar ancamannya. Tapi mengingat beberapa hari ini dia dengan seenaknya mengacuhkanku, debaran itu berganti dengan amarah.
Aku mengembuskan napas beratku lalu memandangnya dengan sengit.
"Bukan urusanmu!""Abby!" Geramnya semakin tambah murka padaku. Aku tertawa dalam hati melihat pria itu dengan mudahnya terpancing dengan kata-kataku. Emangnya enak dicuekin bang? teriakku dalam hati.
"Lalu kau mau apa? kalau ternyata lelaki yang bersamaku tadi sore adalah kekasih baruku?!" Tanyaku sambil mengangkat sebelah alisku mencemooh.
Azka terlihat mengetatkan rahangnya, amarahnya makin tersulut mendengar perkataanku barusan. "Coba katakan sekali lagi padaku?" Pintanya dingin dengan pandangan mata setajam elang. Aku yang melihatnya seketika merinding disko membayangkan detik-detik diriku diterkamnya.
"Aku bilang dia kekasih baruku, puas!" Aku menyentakkan tangannya tapi lagi-lagi tak berhasil. Cengkramannya makin kuat di lenganku. Argh!
"Oh ... rupanya istri kecilku ini sudah berani bermain dibelakangku, hm?" Aku memutar bola mataku dengan bosan dan mengalihkan pandanganku ke arah lain.
"Tentu saja. Memangnya kau saja yang bisa bermain wanita dibelakangku, aku juga bisa tauuu?!" Aku mencibir padanya.
"Ikut aku!" Katanya dingin.
"Eh.. eh kau mau apa? lepaskan aku! aku tidak mau ikut denganmu!" Teriakku panik saat tangannya mencoba menarikku untuk mengikutinya. Dia mau membawaku kemana sih?
Dia tidak menjawab, alih-alih malah terus menyeretku berjalan mengikutinya. Saat akan melangkah menuruni tangga, tidak sengaja kakiku malah terpeleset dan tubuhku oleng menubruk tubuhnya yang ada di depanku.
Dengan sigap Azka menangkap tubuhku yang hampir jatuh. Aku seketika diam tak bisa mengucapkan sepatah katapun padanya untuk mengalihkan tatapan matanya yang dalam itu ke arah lain. Jujur, aku gugup jika diperhatikkan seintens itu olehnya. Apa lagi yang melakukannya adalah orang yang sudah membuat hariku jungkir balik karena ulahnya. Dan apa-apaan ini? kenapa jantungku berulah lagi!
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Wedding
RomantizmEntah ini pantas disebut sebagai kesialan atau keberuntungan bagi Abby, karena tidak ingin menanggung malu tiba-tiba saja ia disuruh orangtuanya untuk menggantikan pernikahan kakaknya yang sedang sakit kronis di rumah sakit untuk menikah dengan calo...