Seperti mimpi

42.4K 1.8K 31
                                    

Peringatan keras!! part ini mengandung unsur 18++ keatas. jadi, yang merasa umurnya masih 18 ke bawah diharapkan introspeksi diri agar tidak kembali melanjutkan membaca cerita ini.

Sebelumnya sorry banget ya kalau part ini tulisannya agak absurd gimana gitu. Haha dikarenakan sang penulis masih newbie soal nulis-nulis beginian. Biasanya juga jadi pembaca setia aja hihihhi😆 jadi nikmatin aja yaa ..

Oke selamat membaca... semoga suka!

-------------------------------

ABBY POV

Setelah hampir satu jam lebih aku terdampar di mobil sport lelaki yang sangat menyebalkan di sampingku, dengan perasaan lega akhirnya mobil mewahnya itu bisa berhenti juga. Aku cukup puas menikmati olahraga jantung siang ini dengannya. Bagaimana tidak puas? dia mengendarai mobilnya seperti sedang balapan saja, dan itu cukup membuatku tidak lagi mau satu mobil dengannya. Cukup sekali dan aku sungguh menyesal.

"Turun!" Katanya datar yang langsung menyeret paksa tanganku dari dalam mobilnya. Ish! dia ini seenaknya saja dengan diriku. Dia pikir aku kambing congeknya apa? main seret-seretan segala lagi, malu kali dilihat orang!

Aku yang sudah sangat kesal dengannya hanya diam dan menurut saja tanpa mau membantah. Dan ternyata dia mengajakku ke hotel. Tunggu HOTEL? ohmaigad, kenapa dia membawaku ke hotel? jangan-jangan Azka mau memperkosaku?!

Saat menyadari diriku bergeming di tempat, Azka mengerutkan dahinya dan kembali menatapku dengan mendengus kesal. Kenapa lagi sih dia? lagi datang bulan ya?

"Kenapa? jangan seperti anak kecil Abby. Jangan perlihatkan muka bodohmu saat aku membawamu ke dalam. Nanti orang mengira kalau aku sedang menculikmu," Ujarnya yang langsung mendapat pelototan tajam dariku. Ah baguslah, bukannya itu lebih baik tuan sok baik!

"Suka-sukaku lah. Bukan urusanmu!" balasku dengan nada acuh.

Azka kembali menarik lenganku yang
satunya dan menghela napas panjang. Frustasi mungkin. "Aku mengajakmu kesini karena 15menit lagi aku ada meeting penting dengan clientku dari Belanda." Katanya berusaha menjelaskannya padaku. Tapi aku tetap berpura-pura memasang tampang super ketus andalanku di saat aku sedang dalam kondisi marah tingkat dewa seperti saat ini.

"Terus apa urusanku kau mengajakku kemari?" Jawabku masih mempertahankan nadaku seketus mungkin. Bagus Abby! jangan sampai lelaki itu mengira kalau kau tidak bisa marah dengannya, pertahankanlah aksi marahmu itu! bisik sisi hatiku  menyuruhku untuk tetap mempertahankan amarahku. Padahal di sisi lain, setengah hatiku berteriak ingin tahu. Huh, dasar hati munafik!

"Agar kau tidak bisa lari dariku." Bisiknya yang membuatku menaikkan sebelah alisku bingung. Apa maksudnya dia berbicara seperti itu? memangnya aku mau lari kemana coba? terus terang sampai saat ini aku bahkan belum ada kepikiran untuk melarikan diri darinya. Well, terimakasih ya sudah mengingatkan aku tentang itu, dan Mungkin setelah ini aku bisa segera kabur.

"Aku tidak mengerti." Kataku pada akhirnya.

Dia hanya tersenyum misterius dan kembali menyeret lenganku untuk segera mengikutinya berjalan menuju dimana meja sang receptionis hotel itu berada. Setelah mendapat kunci kamar yang diminta, salah salah petugas hotel mengantarkan kami menuju kamar hotel yang berada di lantai 11.

Setelah sampai di lantai kamar yang dituju, Azka mengeluarkan beberapa lembar uang tips untuk diberikannya pada petugas hotel yang tadi mengantarkan kami. Tak lama petugas hotel itu pun pamit dan sekarang tinggal lah kami berdua.

"Kamu tunggu disini dan ingat! jangan coba-coba untuk kabur dariku. Karena aku tidak akan pernah membiarkan hal itu sampai terjadi!" Gumamnya seperti perintah yang tidak bisa dibantah. Dia seperti mengancamku. Aku hanya memutar kedua bola mataku dengan malas.

Unexpected WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang