Abby POV"Ssssttt ... sssstttt!" Aku mendengar bisik-bisik dari depan pintu ruang kerjaku. Aku langsung mengadahkan kepalaku dan ternyata si Jane yang memanggilku.
"Ada apa?" tanyaku padanya sambil melanjutkan kembali pekerjaanku.
"Muka loe pucat banget By, elo sakit ya?" Tanyanya sedikit cemas sambil memperhatikan raut wajahku yang memang terlihat pucat. Kepalaku memang sudah terasa sedikit pusing sejak tadi pagi, ditambah tadi pagi aku belum ada menyentuh sarapan jadilah kemungkinan besar maagku kambuh lagi. Ugh!
Aku hanya tersenyum tipis menjawabnya, karena sejujurnya aku lagi malas berbicara.
"Ohya by the way ... waktu itu sorry banget ya By, gue nggak bisa dateng ke rumah lo. Soalnya nyokap gue masuk rumah sakit, tapi gue turut berduka cita untuk lo, dan elo yang sabar ya By," ujarnya dengan penuh penyesalan.
Aku tersenyum lagi untuk yang kedua kalinya, "Its okay Jane, aku nggak papa kok. Aku sudah mengikhlaskan kepergian kakakku. Thanks ya suportnya..."
Aku baru teringat, dari tadi aku tidak ada melihat batang hidungnya mas Arva, kemana dia ya? Pikirku dalam hati.
"Jane, kau tidak melihat kemana perginya Mas Arva?" Ujarku setengah berbisik pada temanku diseberang pintu sana. Jane hanya mengintip dibalik pintu dan tidak
berusaha untuk masuk kedalam."Oh Pak GM sedang ada tugas di luar kota By, dia ditugaskan sama big bos untuk menghadiri meeting penting dengan para dewan direksi yang ada di bandung. Katanya sih mau bicarain soal proyek pembangunan hotel gitu.Udah tiga hari ini By dia perginya, dan aku merasa sangat kesepian..." jelasnya panjang banget tanpa harus diminta. Dia terlihat tak bersemangat saat mengatakannya, hm mungkin dia sedang dilanda virus galau. Gumamku dalam hati. Jadi itulah kelebihan dari temanku yang bernama Jane Alia Hadwin.
Dia akan menjelaskan apapun yang ia ketahui secara real tanpa harus ditanya ini dan itu. Padahal tadi aku hanya bertanya kemana perginya si pria itu. Aku juga tahu kalau Jane ada rasa dengan pak GM-ku yang gantengnya ngalah-ngalahin beruang kutubku di rumahku, tapi kalau dipikir-pikir ya jelas lebih gantengan siberuang kutubku deh. Wanita mana sih yang tidak kesem-sem sama pesonanya ituh! Ha-ha
Aku tahu dari mana kalau Jane ada memendam rasa dengan pak GM? Jawabannya adalah ya jelas saja aku mengetahuinya. Buktinya setiap kali pak GM masuk kedalam ruanganku untuk membicarakan masalah proposal kegiataan yang akan digunakannya untuk rapat, Jane pasti tidak akan ketinggalan selalu ikut nimbrung di ruanganku. Dia juga akan terlihat salting jika mas Arva mengajukan pertanyaan untuknya. Sudah jelas banget kan?
Ruanganku berada dilantai lima dan juga bersebelahan dengan ruang kantornya Jane. Jane dibagian HRD sedangkan aku dibagian staff acounting di perusahaan ini.
Ruanganku dilengkapi dengan dinding yang berbentuk kaca tembus pandang alias transparan. Kelebihannya itu, dari luar orang-orang tidak akan pernah bisa melihat kegiatan orang yang ada di dalamnya, sebaliknya dengan orang yang ada didalamnya, dia dapat dengan mudah melihat kegiatan mereka dari dalam.
Itulah yang membuatku nyaman berada didalam ruanganku.
Ruanganku juga kedap terhadap suara, kalian mau berteriak sekencang apapun dari dalam. Orang yang berada diluar ruangan tidak akan dapat mendengarnya sama sekali.
***
Tak terasa hari sudah menjelang sore dan waktunya aku untuk pulang ke rumah. Sejak kami menikah tepatnya seminggu yang lalu, Azka langsung berinisiatif membelikan aku rumah baru. Tidak begitu mewah sih, tapi rumah yang bisa membuat hati penghuni yang menempatinya merasa betah lama-lama untuk tinggal disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Wedding
RomanceEntah ini pantas disebut sebagai kesialan atau keberuntungan bagi Abby, karena tidak ingin menanggung malu tiba-tiba saja ia disuruh orangtuanya untuk menggantikan pernikahan kakaknya yang sedang sakit kronis di rumah sakit untuk menikah dengan calo...