{23} Adiknya Abang

515 29 3
                                    

Happy Reading

Aska kembali menemui adiknya yang tengah duduk sambil melamun. Aska duduk disamping Rora.

"Coba Abang liat pipi kamu," ucap Aska mecairkan lamunan Rora.

Rora yang tengah melamun kearah lain langsung berpaling menoleh kesamping tempat Aska duduk.

Aska memegang pipi kanan dan kiri Rora dengan satu telapak tangannya. Wajah mungil Rora tampak menjadi kecil saat disandingkan dengan telapak tangan Aska yang kekar. Aska mengecek pipi Rora untuk melihat keadaan adiknya saat ini.

"Sakit?" Tanya Aska menatap dalam adiknya dengan penuh kekhawatiran.

Rora menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Jangan bohong," ucap Aska memastikan.

"Udah gak sakit tadi pas baru ditampar sakit tapi sekarang udah gak," ucap Rora meyakinkan Aska.

Aska yang terus menatap wajah adiknya, ia tidak yakin namun jika menurut Rora sudah tidak sakit mau bagaimana lagi.

Aska menarik nafas berat, ia kembali membuka laptopnya. Untuk melanjutkan tugas yang belum selesai dikerjakan. Tangan kanannya menjulurkan buku catatan yang berisi tentang jawaban-jawaban dari orang-orang yang sudah ia tanyakan tadi. Ia menjulurkan buku itu kepada Rora.

"Ini hasil wawancarai orang-orang tadi," ucap Aska matanya masih fokus ke laptop.

Rora mengambil bukunya dari tangan Aska. Ia ingin menanyakan sesuatu namun ia ragu untuk menanyakan kepada Aska. Rora termasuk orang yang tidak peduli dengan urusan pribadi Aska. Akan terasa aneh menurut dirinya jika ia menanyakan hal pribadi Abangnya itu. Namun ia sangat penasaran dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada dikepalanya saat ini. Rora menggigit bibir bawahnya ia terus melirik Abangnya bolak balik.

"Kenapa? Kalau ada yang dibilang, bilang aja," ucap Aska, membuat Rora terkejut. Bagaimana Abangnya bisa tahu bahwa ada yang mau ia tanyakan.

Rora menggaruk-garukkan kepalanya. Dia merasa malu karena sepertinya ia kepergok, Abangnya tahu kalau ia dari tadi terus meliriknya.

Rora berusaha memberanikan dirinya untuk bertanya kepada Aska.

"Bang Aska, perempuan yang tadi siapa?" Tanya Rora sedikit ragu-ragu menanyakan pertanyaan tersebut.

"Pacar Bang Aska ya?" Tanya Rora lagi karena ia belum mendapatkan jawaban tadi dari Aska. Aska tidak menjawab pertanyaan Rora.

Rora memalingkan pandangannya kearah lain.

Dengan Aska tidak menjawab pertanyaannya, Rora jadi semakin yakin kalau wanita yang menamparnya tadi adalah pacarnya Aska. Namun yang ia bingungkan adalah kenapa Aska mau dengan wanita tadi, jelas-jelas terlihat wanita yang berambut coklat tadi bukan terlihat seperti wanita baik-baik wanita tersebut terlihat seperti wanita yang kasar.

Walaupun ia tidak terlalu dekat dengan Abangnya namun ia tahu betul gimana tipe wanita yang Abangnya suka dan yang tidak suka. Aska suka dengan orang yang apa adanya, tidak kasar, berani dan berpikir dengan dewasa sedangkan wanita yang tadi adalah sebaliknya.

Rora kembali menatap ke Aska yang tengah meneguk kopinya.

"kirain pacar Bang Aska itu Ka Eza," ucap Rora dengan nada sedikit kecewa. Aska langsung tersedak kopi. Ia meletakkan kopinya kembali ke meja dengan diiringi batuk-batuk karena tersedak.

"Bang Aska," ucapnya panik saat Abangnya terbatuk-batuk.

Aska menggeleng-gelengkan kepalanya. Memberi isyarat bahwa ia tidak apa-apa.

ALICEZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang