{22} Terbawa emosi

449 29 0
                                    

Happy Reading

Aliceza membasuh mulut dan wajahnya dengan air setelah itu ia mengambil tisu yang ada di wastafel, mengelap-elap kan wajahnya yang basah menggunakan tisu.

Melihat wajahnya sudah tidak basah dari cermin ia lekas keluar dari toilet. Namun saat ia sudah berada didepan pintu toilet ia sedikit terkejut melihat Zayn yang bersandar di dinding luar toilet wanita dengan kedua tangan di lipat ke dada.

"Om detektif, ngapain didepan toilet wanita," ucapnya.

"Mastiin keadaan kamu, gimana?"

"Gimana apanya?" Tanya Aliceza mengerutkan keningnya.

"Udah selesai dikeluarin semua itu isi perut?" Ledek  Zayn.

Aliceza hanya diam, ia tidak ingin membalas perkataan Zayn yang tengah meledek dirinya.

"Ayo balik," ajak Zayn berjalan pergi dari depan toilet.

"Loh emang udah selesai?"  Tanya Aliceza menyusul langkah kaki Zayn.

"Belum," jawab Zayn singkat.

"Terus kenapa balik?"

"Saya bawa anak kecil, kalau anak kecilnya pingsan karena muntah-muntah gimana?"

"Siapa yang anak kecil. Aku baik-baik aja kok."

"Baik-baik aja tapi pas diruang autopsi tuh muka pucatnya udah ampir sama kaya mayatnya."

Aliceza mengerutkan wajahnya, kesal lagi-lagi Zayn meledek dirinya.

****

Seorang gadis mungil dengan memakai pakaian kaos berwarna pink serta celana panjang berwarna hitam dengan gaya rambut yang disanggul dua menambah ke ikutan gadis mungil itu. Gadis itu berjalan menaikkan satu persatu anak tangga dengan kedua tangan membawa laptop serta buku cetak dan buku tulis dan kanan dan kirinya.

Didepan pintu kamar berwarna putih, rora ingin mengetuk pintu kamar Abang nya, Aska. Namun, ia sedikit kesulitan karena kedua tangannya yang sudah penuh membawa barang-barang, dengan inisiatifnya ia mengetuk pintu kamar Aska dengan siku tangannya.

"Bang Aska," panggil Rora dari luar kamarnya.

"Bang Aska buka pintunya Rora mau masuk," ucap Rora sedikit mengeraskan suaranya karena Aska yang tidak menjawab panggilan darinya.

"Buka aja ga di kunci," balas Aska dari dalam. Aska sedang berada dikamar mandi jadi ia terlalu mendengar suara dari luar karena suara keran yang lumayan keras.

"Ga bisa tangan Rora dua-dua penuh."

"Bentar," ucap Aska, ia lekas buru-buru menyelesaikan mandinya.

setelah selesai, dengan rambut masih sedikit basa, ia keluar dari kamar mandi dengan masih memakai anduk putih. Ia membukakan pintu untuk Rora.

Saat pintu terbuka terlihat Rora yang membawa Laptop serta beberapa buku ditangannya.

Setelah pintu terbuka Rora nyelonong masuk kedalam sebelum Aska mempersilahkannya masuk.

Rora meletakkan laptop dan buku-bukunya di atas kasur Aska. Aska menutup pintu kamarnya menghampiri Rora yang tengah duduk di atas kasurnya dengan barang-barang yang adiknya itu bawa.

"Bang Aska bantuin Rora ngerjakan laporan," ucap Rora meminta bantuan kepada Aska. "Besok di kumpul, Rora belum ngerjakan sama sekali."

"Kenapa belum dikerjakan sama sekali? Tugas membuat laporan ga mungkin gurunya ngasih mendadak, pasti gurunya ngasih seminggu sebelumnya karena membuat laporan itu ga bisa dengan waktu cepat butuh riset yang banyak. Kamu pasti nonton terus kan, gada buka tugas," ucap Aska menanyai dengan tegas kepada Rora.

ALICEZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang