{13} Keributan

632 38 13
                                    

Happy Reading

Bugh!!

Aliceza langsung terduduk dengan wajah kesakitan serta tangan yang terus memegangi bahunya.

Sedangkan Andy tersenyum jahat. Ia tersenyum setelah berhasil membalas pukulan Aliceza kepadanya. Ia membalas memukul pundak dan bahu gadis itu dengan balok kayunya tadi. Ia puas melihat Aliceza yang kesakitan.

"Ka Eza," panggil Rora khawatir. Rora menatap sinis Andy. "Kasar banget sih kamu!"

"Makanya jangan main-main sama gue!" Andy berjalan mendekat ke tempat Rora berdiri. Tangan Andy menggapai puncak kepala Rora, mengelus haluss rambut gadis itu dengan senyuman sinisnya lalu ia tarik rambut Rora hingga membuat gadis itu mendongak kesakitan.

"Sakit Andy, lepas," pinta Rora meringis kesakitan. Tangannya berusaha menggapai tangan Andy yang menarik rambutnya.

"Ga akan gue lepasin, ini akibat karena Abang Lo, temen gue meninggal. COBA KALAU ABANG LO GA DATANG KEMARIN MALAM TEMEN GUE GA AKAN MENINGGAL. ABANG LO PEMBUNUH. GUE YAKIN YANG BUNUH TEMEN GUE ITU ABANG LO!!"

"Ga, bang Aska bukan pembunuh! Krey emang seharusnya meninggal! Lepasin, sakit," pinta Rora terus memohon dengan air mata yang terus membasahi wajahnya.

"Abang Lo pembunuh, karena Abang Lo waktu itu ngehajar Krey dia jadi lemah ga berdaya kena pukulan Abang Lo malam itu, dia ga bisa ngelawan pembunuh yang udah ngehabisin nyawanya dan itu juga salah Lo! Coba aja Abang Lo waktu itu ga ngehajar Krey mungkin Krey bisa ngelawan pembunuh yang mau membunuh dia dimalam itu. Krey ga lemah tapi dia jadi lemah saat itu karena Abang Lo!!"

"Gue akan balas dendam," ucap Andy semakin kuat menarik rambut Rora. Andy tersenyum miring saat melihat raut wajah Rora yang kesakitan.

"Kayanya Abang Lo sayang banget sama Lo. Keliatan banget kelemahannya itu Lo, kalau gitu gue siksa aja adiknya kali ya. Biar dia Ngerasa kan sakit yang sangat-sangat sakit, sakit tidak berdarah lebih menyakitkan. Nyiksa yang menarik gimana ya?" lanjutnya memikirkan sesuatu.

"Gue liat Lo cantik,   gue mau nguasai tubuh Lo aja deh. Kalau Lo rusak kan Abang Lo pasti sangat-sangat hancur. Adik perempuan satu-satunya dilecehkan oleh gue, gue yakin hidupnya bakalan hancur banget bukan cuman hidupnya tapi hidup Lo pasti juga bakalan hancur banget."

Rora menggeleng-gelengkan kepalanya dengan air mata yang terus keluar dari mata kecilnya. "Gak, jangan. Jangan apa-apakan gue Andy. gapapa kalau Lo mau nampar gue, pukul gue bahkan kalau mau bunuh gue juga gapapa gue terima tapi jangan nyentuh gue. Gue mohon" mohon Rora menyatukan kedua tangannya kehadapan Andy.

Andy menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Ga bisa, gue bisa masuk penjara kalau bunuh Lo, lagian kan Lo pacar gue ga mungkin kan gue bunuh pacar gue sendiri kan. Mending dari pada di bunuh kita main-main aja, gue mau merasakan tubuh Lo yang wangi ini," ucap Andy mengelus kulit wajah Rora yang berlinang air mata dengan jari-jari tangannya.

Rora terus-terusan menggeleng-gelengkan wajahnya. Sementara Andy perlahan mendekatkan wajahnya dengan wajah Rora. "Dari jarak dekat gini bibir Lo indah juga ya," ucap Andy menatap wajah Rora yang hanya berjarak beberapa centi.

Tubuh Andy tiba-tiba tersungkur ke tanah Saat sedikit lagi bibir Andy menyentuh bibir Rora.

"Arghh," ringisnya. Ia memegangi pundaknya yang kesakitan akibat pukulan dari seorang bertubuh tinggi gagah.

"Bang Aska," ucap Rora langsung menghampiri Aska dan memeluk Abangnya itu dengan sangat erat.

Aska membalas pelukan adiknya, sambil mengusap-usap halus rambut Rora agar merasa tenang.

ALICEZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang