Bab 27: Sekarang sadar

1 0 0
                                    

Victor yang berada di sebelahnya, mengelus pelan pundak Helen kala itu. Lalu Victor pun berkata, "Sudahlah Helen, ini sudah menjadi takdirnya. Aku yakin, dia pasti sudah lelah hidup berada di dunia ini dengan tekanan. Maka dari itu kita harus mengikhlaskannya, bukankah kita semua ingin dia bahagia? Bukankah dia juga penghianat 'kan? "

Helen pun membalas perkataan Victor.
"Victor, dia itu bukan penghianat. Aku yakin itu, tidak mungkin penghianat berani melindungi aku. Dia pasti bukan penghianat, dia pasti ditekan oleh kerajaan yang tidak tahu diri itu," celetuk Helen.

Raja Jugson yang merasa dirinya di sebut lantas menyahut, "Kau menyebutku kerajaan tidak tahu diri? Bukankah kau yang tidak tahu diri? kau telah menghianati orang untuk yang ketiga kalinya. Setelah ayah, setelah ibumu, setelah keluargamu, dan setelah warga-warga desa. Kau mengkhianati temanmu sendiri? Kau membiarkan temanmu mati tepat di hadapan dirimu dan kau sama sekali tidak berkutik. Bukannya menyerahkan diri, kau malah mengorbankannya. Bukankah itu penghianat sesungguhnya Nona."

Helen menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ternyata kau mendengar juga 'ya ucapanku? Aku kira telingamu sudah tuli karena haus dengan kekuasaan. Tapi ternyata kau masih bisa mendengar ucapanku juga 'ya? hebat-hebat, kau sungguh hebat. Yang sebenarnya jahat itu adalah dirimu, jika bukan karena dirimu. Ini semua tidak akan terjadi. Jika bukan karena kau, dengan segala nafsumu itu, semua akan baik-baik saja. "

"Baik-baik saja kau bilang? Setelah kau berkhianat, kau bilang ini baik-baik saja? Justru kau lebih hebat daripada diriku, aku salut kepada egoisan dirimu. Yang mana lebih mementingkan dirinya sendiri daripada orang-orang di sekitar atau bahkan keluarganya sekalipun. Kau malah mementingkan dirimu sendiri tanpa memikirkan siapapun ,dan kau sebut temanmu ini berkhianat? Kau meng-kambing hitamkan temanmu," kata Sang Raja memanas-manasi Helen agar dia emosi. Dan nyatanya memang Helen mendadak menjadi kesal dan sedikit emosi melihat wajah sang raja yang benar-benar tidak tahu diri. Bukankah dirinya penjahat sebenarnya? Kenapa dia tidak mau mengakuinya? Mungkin terlalu malu untuk itu semua. Memang raja yang tidak tahu diri.

"Sudahlah Helen. Jangan dengarkan dia, dia hanya ingin membuatmu emosi. Sudah jangan dengarkan, abaikan saja dia. Sekarang bagaimana kalau kita bawa Drake ke tempat yang lebih aman untuk dia supaya bisa istirahat dengan tenang. Kau tidak perlu mendengarkannya secara berlebihan, itu hanya membuang-buang waktumu dan menguras energimu. Apalagi orang yang iri denganmu. Kau tidak perlu mendengarkannya, kau harus tetap nersabar 'ya. Semua ini bisa terjadi karena takdir, kau harus bisa menerimanya, aku yakin kau adalah orang paling kuat. Tetap tegar 'ya, kita harus semangat. " Victor berusaha menenangkan Helen bagaimanapun caranya. Agar ia tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Victor tahu Helen yang ia kenal adalah Helen yang sudah berada di fase kuat. Tidak akan menangis hanya untuk hal-hal seperti ini, karena ia tahu, mana yang lebih penting ditangisi, mana yang lebih penting untuk diikhlaskan. Bukankah lebih baik mengikhlaskan daripada menangisi. Menangisi tidak akan membuat seseorang yang telah beristirahat karena lelahnya, bangkit kembali bersemangat. Maka dari itu, lebih baik Helen mengikhlaskannya agar seseorang yang lelah batinnya itu bisa beristirahat dengan tenang tanpa gangguan apapun. Biarkan dia menikmati istirahatnya, dan kami yang di sini akan mengantarkannya dengan do'a itu sudah lebih dari cukup.

••••

Di sisi lain,  terlihatlah Rean yang memandangi temannya yang telah tiada. Meneteskan air matanya. Mungkin dia sangatlah sedih karena temannya yang selalu melindunginya dan selalu berada di sisinya yang ia anggap sebagai Kakak itu lelah dan butuh istirahat. Rean hanya bisa memandangi temannya dari jarak jauh. Ia tidak bisa mendekat karena ia tahu bahwa ia adalah seorang pengkhianat.

"Drake, bukankah kita janji setelah ini kita akan keliling desa setelah tugas ini untuk melindungi Helen telah selesai? Tapi, kenapa kau malah pergi duluan Drake. Kau malah meninggalkanku bukankah kau akan menjagaku bukankah kau akan terus-terusan? Berada di sampingku selamanya? Kenapa kau pergi duluan? Kenapa kau tidak bilang bahwa kau akan pergi. Jika aku tahu itu maka aku akan memelukmu dengan erat Drake. Kenapa Drake, kenapa kau tidak menepati janjimu? Kau seharusnya menungguku agar kita bisa beristirahat bersama-sama seperti waktu itu. Tetapi kau malah meninggalkanku duluan. Kenapa kau tidak menungguku kenapa? Apakah kau sudah tidak menganggap aku sebagai temanmu lagi."

Rean mengusap air matanya dengan kasarnya.

Rehan menarik nafasnya perlahan dan menghembuskannya kembali." Maafkan aku Drake. Aku hanya bisa melihatmu dari sini, sejujurnya, aku ingin sekali dekat denganmu, dan memelukmu dengan erat lalu mengelus rambutmu. Untuk yang terakhir kalinya. Namun, aku hanya bisa melihatmu dari sini. Jika alam semesta mengizinkan hal itu, maka untuk terakhir kalinya saja aku bisa dekat denganmu dan mengelus rambutmu untuk terakhir kalinya. Walaupun hanya sekali, tapi itu pasti sangat berarti untukku. Aku yakin hal itu, tetapi karena semua ini seakan semesta menahanku untuk tidak mendekati dirimu karena apa? Karena semuanya. "

Kemudian datanglah seorang prajurit berjalan dari belakang Rean dan menepak pundaknya perlahan. Lantas Rean pun melirik ke arah seseorang yang telah menepaknya dari belakang itu. Ternyata itu adalah prajurit temannya yaitu adalah Trane dan Trance. Seorang Prajurit kembar indentik yang menjadi teman Drake.

Wajah mereka benar-benar sangatlah mirip, bahkan prajurit magadir pun tidak bisa membedakannya yang prajurit Magadir tahu bahwa Trane dan Trance adalah satu orang yang sama.
Nyatanya, dua orang berbeda yang bisa bertukar posisi kapanpun.

"Ada apa kalian menemuiku? Ada sesuatu hal yang penting? Tidak kah kalian melihat hatiku sedang hancur? Kenapa kalian menggangguku," kata Rean yang seakan mengusir keberadaan Trane dan Trance.

"Tidak ada apa-apa Tuan. Ada yang ingin ku beri tahu, kita harus melawan pasukan itu lagi."

"Bisakah kau mengerti aku sedang hancur Trane? Kau tidak akan pernah merasakan bagaimana rasanya berada di posisiku. Kau tidak akan pernah merasakannya Trane. Kenapa dunia ini terlalu kejam untuk diriku? Kalian tidak akan pernah mengerti. Bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang telah kau anggap sebagai sahabat. tidak akan karena kalian hanyalah seseorang yang hanya bisa memaksa dan memaksa." Rean benar-benar emosi dibuatnya sekarang ia menyadari bagaimana rasanya kehilangan seseorang, yang telah dianggap teman bahkan lebih dari teman, yaitu sahabat. Apakah itu karma baginya? Memangnya karena ia berkhianat itu karmanya lebih buruk. Entahlah mungkin memang karena ia berkhianat makanya karma terus-terusan menimpanya di dalam kehidupannya.
.
.
.
TBC
Hayolo, siapa yang ngira kalau Trane sama Trance 1 orang 🤭😌

Salam hangat dari reriley mattew

The Queen Of Magadir ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang