Bab 32: Apa? Bruce?

2 0 0
                                    

Walaupun raksasa itu menggerakkan tangannya perlahan, namun kibasan-kibasan angin yang mengenai mereka semua bisa membuat mereka terpental jauh hingga tubuh mereka menghantam tanah. Helen dan Victor hanya bisa melihat itu sembari tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Ternyata kekuatan raksasa itu benar-benar mengerikan. Sang raksasa injak-injak mereka dan juga menangkis semua bom-bom yang akan mendarat ke tanah. Bom itu mendadak tidak bisa meledak karena sudah di tangkis oleh Bruce. Angin semakin kuat dan juga suara petir petir menyambar berada di sekeliling sang raksasa. Banyak diantara mereka yang sudah berlarian dan bahkan sudah gugur. Yang istimewa dari Raksasa ini hanyalah melawan pasukan kerajaan tidak dengan melawan pasukan kami dia paham mana pasukan lawan dan mana pasukan pihaknya.

"Aku tidak menyangka kalau Bruce bisa sekuat itu  aku kira dia tidak sekuat itu dan lihatlah kekuatannya benar-benar menakutkan tinggi badannya, suaranya bahkan caranya bertarung benar-benar di luar nalar. Kau Apakah bisa mempercayakan ini semua kepada Bruce? " Victor benar-benar keheranan atas raksasa yang benar-benar di depannya melawan dengan sangat gesit cepat namun bisa membuat beberapa orang tumbang. Bahkan dia melawan sebentar pun orang-orang yang berada di jarak jauh darinya pun bisa tumbang entah bagaimana jika seseorang yang berada di jaraknya dekat dengan Bruce.

"Aku akan mempercayakan semua ini kepada Bruce, sementara mereka dialihkan dengan raksasa. Kita juga harus segera berusaha untuk mengendalikannya dari belakang melalui tongkat kita."

Victor yang keren dengan perkataan Helen mengenai tongkat lantas bertanya,"Tongkat? Bagaimana cara kita mengendalikannya kau tahu dia kan adalah arwah raksasa yang benar-benar sudah sangatlah kuat. Tidak perlu kita harus mengendalikannya dari belakang. Bukankah dia sendiri yang berkata bahwa dia tidak memerlukan imbalan apapun cukup berbahaya. Bagaimana jika kita terinjak nantinya."

Suara dari raksasa sekumpulan debu itu membuat apa yang dikatakan oleh Viktor tidak didengar oleh Helen.

"Apa yang kau katakan aku tidak mendengarnya?" tanya Helen.

Victor akhirnya mengulang apa yang dikatakan. "Akan sangat berbahaya jika kita membantunya dari belakang. Bagaimana kalau kita terinjak nantinya? "

"Benar apa kata dirimu .Bahaya jika kita terinjak lalu sekarang pa yang harus kita lakukan apakah kita akan diam saja kan tidak mungkin," sahut Helen.

Kemudian raksasa yang bersekumpulan debu itu bersuara dengan sangat kerasnya seakan ia berkata sesuatu tetapi Helen tidak bisa mengerti apa yang dikatakan oleh raksasa itu.

"Sekarang kita harus naik ke atas pohon itu. Kau tidak perlu pikirkan dirinya dia bisa melawan siapapun tanpa bantuan dan bahkan dia tidak perlu bantuan jika kau membantunya dia akan benci kepadamu Helen," kata Victor dengan tergesa-gesa.

"Kau mengerti apa yang Bruce katakan? Bahkan aku saja tidak mengerti," ujar helen.

"Kau tidak perlu mengerti banyak hal sekarang. Naiklah ke atas gendonganku dan aku akan menggendongmu ke atas sana. Aku tahu kau bisa jalan tetapi aku tidak mungkin membiarkanmu terpisah dariku dan tidak mungkin juga kita akan bergandengan terus sampai sana makanya, naiklah ke atas punggungku segera. " Perintah Victor sembari membalikkan badannya.

Helen benar-benar ragu untuk naik ke atas gendongan Victor karena mau bagaimanapun terakhir kali ia digendong karena ia pingsan sewaktu perang pertama.

Akhirnya mau tak mau Helen meletakkan tangannya di Victor dan lalu Victor mengangkatnya ke atas gendongan.

Victor membawanya ke atas pohon yang di mana ada tempat mereka untuk duduk.

Victor pun menurunkan helm perlahan dan Helen Hanya duduk di sana.

"Bagaimana dengan teman-teman kita yang belum di makamkan Victor? " tanya Helen

"Akan aku pastikan mereka akan dimakamkan tak lama lagi," sahut Victor meyakinkan Helen yang setengah ragu itu.

Tiba-tiba salah seorang dari kerajaan patiraga datang ke atas pohon menaiki sebuah papan terbang yang dikendalikan menggunakan tongkat sihir.

"Kau masih mengenalku kan Nona Helen? Aku adalah teman Tuan Rean. Aku adalah Trance adik dari Kak Trane yang dihukum bersama Tuan Rean. Tolong jangan katakan ini kepada pendamping Raja Jugson yaitu Jack dan tujuanku ke sini adalah untuk memberikan ini Tuan Rean menyuruhku untuk menitipkan ini kepadamu," kata Trance sembari memberikan sebuah bingkisan kepada Helen dan bingkisan itu sepertinya berisi sebuah buku namun tidak mau membukanya.

"Emangnya kenapa aku tidak boleh memberitahu Jack?"

"Jika Nona memberitahunya aku masih berhubungan denganmu, maka aku akan dihukum mati. Hukuman matinya bukan menggunakan sihir tetapi menggunakan siksaan. Kuharap Tuan Jack tidak tahu ini dan jangan sampai ada yang tahu selain daripada kita bertiga."

"Sekejam itukah rajamu sampai seseorang yang tidak terlalu bersalah saja bisa dihukum? Sekarang aku benar-benar berterima kasih banyak karena kau merelakan dirimu untuk membahayakan dirimu hanya untuk mengantarkan apa yang telah Rean titipkan kepadamu," kata Victor.

"Tak perlu berterima kasih Tuan itu sudah menjadi tugasku dan aku mohon maaf jika selama ini aku terlalu kejam terhadapmu. Aku bukan bermaksud untuk menyakitimu, dan juga bukan bermaksud untuk menyakiti kerajaanmu aku terpaksa melakukannya-"

"Sudah, jangan terlalu dipikirkan sekarang kembalilah. Dan jalani tugasmu dengan ikhlas melupakan apa yang telah kita terjadi sekarang kita adalah teman." Victor mengikhlaskan itu.

"Baiklah Tuan aku pamit ya," pamit Trance.

Trancepun pergi menggunakan papan terbangnya.

Sekarang Bruce masih melawan beberapa pasukan dengan sangatlah agresif.

Kemudian salah satu pasukan dari tim Patiraga menemukan teko yang telah disembunyikan oleh Helen. Lantas teko itu langsung dihancurkan oleh Patiraga tanpa basa-basi. Ketika teko itu hancur mendadak sekumpulan awan hitam menjadi semakin lebih gelap dan juga awan-awan semakin turun ke bawah petir-petir semakin bergemuruh mulai terbentuk sebuah angin puting beliung kencangnya hingga membuat semua orang berlarian karena kencangnya sebuah angin.

Semakin lama angin semakin kencang perlahan raksasa dengan gumpalan debu mulai sirna suara teriakannya dan juga aumannya semakin kencang.

" Victor sepertinya ini telah selesai Sekarang apa yang harus kita lakukan?"

"Menunggu sampai endingnya," sahutnya.

Semakin angin berhembus kencang semakin pudar pula, pasir-pasir yang menggumpal membentuk sebuah raksasa itu perlahan. Swan membuka lebar memperlihatkan langit yang perlahan-lahan menjadi cerah. Angin puting beliung naik ke atas pasir-pasir juga naik ke atas air turun dari atas ke permukaan hanya membasahi sedikitnya setengah bagian dari medan perang. Sisanya hanya terdapat angin yang benar-benar sangatlah kencangnya.  Petir-petir mulai tidak terdengar lagi pasukan-pasukan mulai maju mengarahkan semua sihirnya namun tidak ada yang bisa melawan raksasa itu hingga menang.
.
.
.
Tbc

Belum end ygy.

Ada yang kangen rean?

Rean: kalian harus kangen tuan rean yang ganteng ini sih. Wajib.

Rean kamu kepedean plis😞

Drake: Ngakak asli.

Deterjen: kita semua kangen Rean, Drake sama kenneth kok, bahkan author nya.

Melayang dah jadinya.

Rean: tuh kan kata gua juga apa

Drake: 😭

Kenneth: 😭

Salam hangat dari rerileymattew

The Queen Of Magadir ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang