Helen pun berjalan, menyeret badannya dengan lemasnya bertemu dengan Victor di tempat terakhir kali menaruh Drake.
"Kau kenapa Helen? Kenapa kau lemas sekali? " tanya Victor sembari memiringkan kepalanya.
"Kenneth dan juga Rean, mereka sudah beristirahat dengan tenang. Dan sekarang aku ingin memintamu untuk membawa mereka ke sini. Mereka berdua jatuh dari atas tebing yang tinggi. Saat itu, aku ditahan oleh dua orang dari kubu patiraga dan aku tidak bisa apa-apa sekarang. Aku menyesal kenapa aku tidak menjaga temanku. " Helen menjawabnya dengan menghembuskan nafas yang sangatlah kasar. Bagaimana tidak ia tidak rela semua temannya pergi tidak ada siapapun kecuali Victor di sini.
"Itu sudah menjadi takdir Helen, tidak ada satu orang pun di dunia ini yang bisa menyangkal takdir. Sekarang mari kita jemput mereka semua kemari. Ayolah kau jangan sedih, aku pasti kan perang ini tidak akan lama tak akan lama lagi Raja itu akan sadar betapa tidak ada pikiran yang dirinya." Victor benar-benar dendam akan hal itu, membuat dirinya semakin geram karena teman-temannya satu persatu mulai gugur. Padahal mereka semua sudah berjanji akan berkumpul dan merayakan kemenangan itu sama-sama. Tetapi mereka semua seakan ingkar janji, namun seperti yang dikatakannya tadi bahwa takdirlah yang merubah itu semua. Jadi mereka hanya bisa pasrah menerimanya dengan ikhlas.
Akhirnya setelah perdebatan yang lumayan panjang. Mereka pun akhirnya pergi sebuah tempat di mana Rean dan juga Kenneth masih terbaring. Kemudian Helen pun mengangkat temannya untuk berada di dalam gendongannya, dan membawanya ke sebuah tempat yang lebih aman Begitu juga dengan Rean. Victor membawanya ke tempat yang lebih aman sama persis seperti Drake, mereka disatukan di dalam tempat yang sama.
Setelah sampai di sana Victor mengajak Helen untuk berbicara karena sudah jarang mereka berkumpul.
"Kenapa kalian tidak bangun? Padahal sekarang kita sedang berkumpul. Lengkap pula, ada Helen, ada diriku, ada Drake, ada Rean, dan juga ada Kenneth. Semua lengkap sekarang, tapi kenapa kalian tidak bangun seharusnya kita berjuang sama-sama sekarang. Tetapi kalian sudah lelah dan butuh istirahat. Aku menghargai itu walaupun sebenarnya kesannya seperti melanggar janji tapi ,aku tahu kalian butuh istirahat. " perkataan yang dilontarkan Victor sungguh menyentuh hati Helen, memang benar apa katanya mereka memang berkumpul sama seperti awal pertemuan, namun semuanya canggung karena mereka tidak akan bisa berbicara seperti awal pertemuan. Tetapi bukan itulah yang Helen maksudn, tidak ada senyuman yang ada hanya wajah pucat dan tak bersinar terpancar dari wajah mereka. Mata sudah tertutup denyut jantung tak terdengar lagi.
"Bukankah kau yang berkata bahwa kita harus ikhlas? Tetapi sekarang kenapa kaulah yang tidak ikhlas?"
"Aku ikhlas sangat ikhlas. aku merelakan mereka. Maksud aku berkata begitu. Aku mengingat janji-janji mereka bahkan mereka sendiri yang mengucapkan janji-janji itu. Tapi merekalah yang melanggarnya, maksudku takdirlah yang melanggarnya, tetapi kita tidak bisa apa-apa." Ternyata Victor memang ikhlas, dia hanya teringat janji katakan mereka masih seperti awal lagi, belum ada drama-drama seperti ini. Victor sangat mudah mengikhlaskan sesuatu, tetapi jika itu membekas di dalam hatinya, akan sulit untuk melupakannya, sama seperti pertemanan itu. Setia namun sulit untuk dilupakan kapanpun.
.
Akhirnya, karena tidak mau membicarakan itu berlama-lama, Victor pun membuka pembicaraan dengan topik yang berbeda.
"Sekarang, apakah kau sudah bisa bahasa kuno ruin magadir?" tanya Victor membuka pembicaraan agar situasi canggung tidak menerpa mereka berdua. Setelah sekian lama mereka terpisah jarak dan tak pernah bertemu dalam keadaan yang berbeda.
"Lumayan, aku sudah menguasai beberapa tulisan dan juga bahasa. Karena selama perang menerpa. Aku belajar sedikit-sedikit mengenai tulisan itu dan sekarang sudah banyak bahasa tulisan tanda baca dan lain sebagainya yang aku ketahui."
"Kalau begitu. Kau bukalah buku yang diberikan oleh kakek Carder sewaktu itu. Bukankah buku itulah yang sangatlah misterius di halaman 127? "
Helen yang tersadar dengan hal itu, akhirnya mengambil bukunya di sebuah kantong yang ia bawa.
Mengibas-ngibas bukunya membersihkan dari debu-debu dan memperhatikan bahwa buku itu sekarang memiliki judul, padahal waktu itu bukunya sangatlah polos.Menunjukkan bukunya ke Victor lalu berkata, "Lihat, sekarang ada judulnya The Chosen . Sewaktu itu tidak ada."
"Sekarang, coba kau baca dari halaman pertama hingga halaman akhir. Apakah kau menemukan sesuatu yang janggal di dalam buku itu? "
Helen pun menjawab, "Aku sudah pernah membacanya, dan yang paling janggal di halaman ini adalah halaman 127 sungguh membuat aku tidak bisa membacanya. Sehingga akhirnya aku pun belajar untuk mengetahui bahasa ruin Magadir namun bahasa itu kurang untuk menguasai halaman 127."
Helen membuka bukunya lalu membalik ke halaman 127 terlihat di halaman itu, tulisannya sekarang sudah sangatlah jelas, namun hanya Helen seorang yang melihat tulisan itu dengan jelas. Sementara Victor melihatnya sama seperti pandangan semua orang. Dan lagi Victor tidak mengetahui banyak bukunya. Sementara Helen, sudah mengetahui lumayan banyak karena ia memiliki bukunya. Beda dengan Victor yang hanya mengandalkan pendengarannya saja dan juga ajaran dari ayah ibunya.
"Sekarang, buku ini sudah memiliki tulisan halaman ini sekarang ada gambar dan tulisan bahkan banyak sketsa sekarang. Awalnya aku melihat buku ini , mataku mendadak menjadi kabur namun sekarang aku bisa melihat semuanya semuanya dari ujung buku hingga akhir buku apa maksudnya ini? "
"Mungkin kau adalah salah satu orang yang terpilih, yang bisa melihat buku itu sekarang kau harus membacanya Apa isi di dalamnya? "
"Tentang sihir penangkal the Blood Eyes. Sihir terhebat di masa ini ternyata ada penangkalnya yaitu The Yeoners Eyes. Kekuatan yang bisa semua orang baca mantranya, jika orang tahu apa isi buku di dalam ini, dan tahu bagaimana cara menangkalnya. Dan juga di dalam sini terdapat sebuah mantra yang bisa membangkitkan roh yang bernama Burce."
Helen menjeda omongannya.
"Dan yang bisa membangkitkan roh itu hanyalah kau Victor. seseorang yang memiliki Musquiro kegelapan," jelas Helen.
" Sejak kapan kau tahu aku memiliki Musquiro kegelapan? Padahal aku tidak pernah memberitahu dirimu."
"Tanpa kau memberitahuku. Aku sudah mengetahui semua tentangmu, apapun itu. Jadi sekarang tujuan kita adalah membangkitkan roh itu dan membuat roh itu bisa melawan Raja tak tahu diri."
Senyum mendadak terpancar dari wajah Victor, apa yang Helen katakan bisa membuat senyum Victor terpancar darinya. Tetapi memang menurut dirinya, Helen pasti sudah tahu tentang musquiro itu Musquiro yang tidak semua orang punya dan hanya seseorang tertentu memilikinya.
.
.
.
.
TbcAuthor gabisa berkatakata, ayo helen Victor berjuang sampai akhir.
Kalian sudah sampai sini sudah lebih dari cukup.Salam hangat dari rerileymattew.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen Of Magadir ✔
Random"Kerajaan Magadir telah dijajah oleh pasukan Kerajaan Patiraga. Musuh yang harus dihadapi oleh Seorang wanita bernama Helen adalah Raja yang memiliki julukan The Blood Eyes. Bersama teman-temannya Helen berusaha melawan pasukan Patiraga."