Walau Helen terjatuh, ia berusaha berdiri kembali.
"Berani juga kau punya niat," sindir Jugson yang sekarang berada di hadapan Helen.
"Aku tidak takut berhadapan dengan orang seperti dirimu-"
"Jaga bicaramu Nona, kau berbicara dengan orang yang yang sangatlah hebat. Jika tidak ingin kau mati, maka jagalah bicaramu, " bentak seseorang yang memiliki luka bakar di jidatnya. Yaitu adalah seorang asisten yang selalu menemani Jugson dan tidak akan pernah lepas dari Jugson yaitu adalah Jack.
"Untuk apa aku menjaga bicaraku dengan orang yang tak tahu diri seperti dirinya ini. Seseorang, yang telah membuat semua ini menjadi kacau dan yang telah menciptakan semua masalah ini. Dan kau?! Ingin aku jaga bicara dengan seseorang yang seperti ini? Jangan pernah mengharapkan hal itu Tuan Jack!" kata Helen membalas bentakan Jack.
Jack maju selangkah dan mengambil pedang dari sarungnya. "Kau bertanya padaku untuk apa? Untuk menjaga dirimu supaya kau tidak mati di sini. Jika kau berani macam-macam dengan rajaku, maka langkahi dulu mayatku. Siapa di antara kita berdua yang akan saling melangkah, dan akan aku pastikan kau yang akan memakan debuku."
"Dan aku akan melangkahi mayatmu dulu, lalu yang kedua, aku akan melangkahi rajamu. Tak ada rasa gentar dalam diriku untuk melawan orang yang tidak punya hati seperti dirimu. Mayatmu pantas dilangkahi duluan," ujar Helen dengan percaya dirinya.
Kemudian sang raja yang bernama Jugson itu melangkahkan kakinya dua langkah. "Kau yakin akan melangkahi mayatku? Atau kau yang akan aku langkahi beserta darah yang keluar dari matamu-"
Helen mundur satu langkah dengan secepat kilat. "Kau yang harusnya jaga bicaramu tuan raja, dan perintahkan seseorang yang kau sebut pendamping itu untuk tahu diri. Seharusnya yang jaga bicara itu adalah dirimu! Bukan diriku. Kau yang dengan sombong mengatakan hal itu, apalagi kau membicarakan tentang ajal seseorang! Apakah itu pantas tuan raja? Beruntung aku memanggilmu dengan sebutan Tuan raja, jika aku sudah benar-benar benci padamu, memanggilmu Raja saja aku tidak sudi," potong Helen menggunakan nada tinggi hingga rahangnya mengeras.
"Omong kosong, kalau bukan karena orang tuamu yang menolak untuk ikut menjadi pengikutku. Maka orang tuamu masih baik-baik saja. Selain daripada itu, orang tuamu juga menyembunyikan sesuatu yang benar-benar kami incar untuk menguasai dunia. Dan kau, bukannya malah menyelamatkan orang tuamu. Kau pergi tanpa tahu diri menghilang dengan sihir rantai yang aku ikatkan ke tubuhmu. Dan tanpa tahu dirinya, kau lepas itu dengan rasa tak bersalah dan menyesal karena telah menghianati orang tuamu."
Jack maju mengikuti Jugson dan berdiri tepat di samping Jugson. "Dan sekarang kau malah marah-marah kepada Drake karena menghianati dirimu dan juga teman-temanmu itu. Padahal, dirimu lah penghianat sebenarnya. Kau yang tak tahu diri malah pergi untuk meninggalkan orang tuamu tanpa memikirkan keselamatan mereka. Kau memang tak tahu diri, jadi sebaiknya jangan selalu menyalahkan Drake karena menghianati kau dengan teman-temanmu. Tapi kau juga harus tahu diri bahwa kaulah yang pertama kali mengkhianati orang tuamu dan itu adalah karmanya. Seharusnya orang yang memiliki otak seperti dirimu tahu itu, tapi, pikiranmu dipenuhi dengan rasa dendam maka kau tidak bisa berpikir jernih. " Jack menyindir habis-habisan.
Tanpa ancang-ancang Jack langsung menyerang Helen dengan agresif dan tanpa memikirkan apa nasib selanjutnya. Helen dengan badan dan hatinya yang sudah tertampar lemas, berusaha untuk menangkis semua serangan itu. Namun, karena hatinya sedang kacau, beberapa serangan meleset dan mengenai tubuhnya.
"Ilmu pedangmu lumayan baik sepertinya, aku tidak bisa menyerangmu dengan ilmu pedang. Maka dari itu, bagaimana kalau kita adu dengan ilmu sihir. Dan dengan ini, aku yakin mayatmu pasti bisa kulangkahi. Apalagi, kau hanya seseorang biasa yang tidak bisa menangkalnya." Mungkin Jack sudah tidak mampu untuk melawan ilmu pedang dari Helen, maka dari itu ia mengalihkan penyerangannya.
Jack langsung menatap Jugson dan akhirnya Raja itu pun menyadarinya. Tanpa berpikir panjang, sang raja langsung mengeluarkan tongkat sihirnya dan mengarahkannya ke arah wajah Helen yang sekarang sudah dipenuhi dengan bercak darah karena kebanyakan serangan yang meleset terkena wajahnya.
"Arzelometa!" Jugson langsung melontarkan mantra andalannya yaitu adalah mantra Blood Eyes.
Seketika Helen spontan menutup matanya karena cahaya yang keluar dari tongkat raja membuat Helen silau. Dan Helen menutupi wajahnya karena cahaya telah menusuk matanya. Helen sudah pasrah bawah dirinya pasti mati karena sihir itu, Helen menyadari detak jantungnya yang masih berdetak akhirnya membuka matanya perlahan.
Dan memang Helen tidak mati, terlihat di sana Drake yang sudah berada di depan Helen menghalangi tongkat Jugson yang mengarah ke arah wajah Helen. Seketika Drake langsung terjatuh tepat di pangkuan Helen dengan keadaan mata yang mengeluarkan darah segar perlahan-lahan.
Brugh! Drake pun terjatuh dengan lemas.
Helen lantas bergegas berlari kecil untuk menangkap Drake yang jatuh.
"Drake kau kenapa Drake? Bangunlah. Kau kenapa melindungiku Drake? Aku mohon bertahanlah."Helen menghapus air matanya yang tak terbendung dengan kasar. "Kau masih Ingatkan? Apa yang kau bilang kepadaku untuk bertahan jika berada di situasi seperti ini, maka dari itu aku mohon bertahanlah," ucap Helen sembari menepak perlahan pipi kanan Drake dan mengelus rambutnya perlahan yang sekarang kepalanya berada di pangkuan Helen saat ini.
Drake membuka matanya perlahan, dan tubuhnya sudah terkapar lemas. "Maafkan aku Helen aku telah menghianati dirimu."
"Aku bukan bermaksud untuk menyakiti hatimu," sambung Drake sembari menarik nafasnya yang sudah tercekat sekuat tenaga.
Drake melanjutkan perkataannya. "Aku minta maaf."
Helen mengelus perlahan wajah Drake yang darahnya sudah mulai mengalir dari matanya. "Apa yang kau katakan? Kau masih temanku. Kau selamanya menjadi temanku, kumohon jangan tinggalkan aku."
Perlahan air mata Helen pun mulai berjatuhan.
"Hapus air matamu, kau seharusnya Bersyukur masih bisa hidup sampai seka-"
"Untuk apa aku bersyukur jika aku harus kehilangan orang sepertimu Drake. Ayolah, aku yakin kau pasti bisa bertahan," kata Helen memotong pembicaraan Drake yang sekarang sudah tidak kuat untuk bicara.
Drake berusa mengeluarkan suaranya walaupun berat. "Yang seharusnya bertahan itu bukanlah aku tetapi dirimu."
"Suatu saat kau akan tahu segalanya Helen, sekarang tugasku untuk menjaga dirimu telah selesai." Drake memegang wajah Helen.
"Kita berpisah di sini, semoga suatu hari nanti kita bisa berkumpul semua sama seperti awal pertemuan kita dulu ya, dan aku berjanji pertemuan itu akan menjadi pertemuan membahagiakan dalam hidupku."Drake menarik nafasnya dalam-dalam lalu kemudian dia berkata, "Jaga dirimu baik-baik, aku menyayangi kalian semua. Berjuang atas nama kita semua ya? Aku yakin kau pasti bisa. Kau adalah wanita kuat, wanita paling kuat yang pernah ku kenal. Jangan pernah menyerah ya. Kau harus bertahan."
Drake menghembuskan nafas terakhirnya. Sontak Helen dan juga para prajurit Magadir lainnya tak sanggup untuk menahan bendungan air matanya.Melihat momen yang mengharukan itu, Victor yang baru saja datang karena sehabis melawan pasukan Patiraga dengan tergesa-gesa berjalan dengan tubuh yang sudah hampir hancur itu.
Victor lantas duduk tepat di sebelah Helen, menguatkan Helen dan juga mengelus rambut Drake untuk yang terakhir kalinya.
.
.
.
TBC
Pray for Drake ya ges ya.
Semoga tenang di alam sana. 🥀"Kita berpisah disini, semoga suatu hari nanti kita bisa berkumpul sama-sama seperti awal pertemuan kita dulu ya." ~Drake. 🥀
Salam hangat dari reriley mattew
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen Of Magadir ✔
Acak"Kerajaan Magadir telah dijajah oleh pasukan Kerajaan Patiraga. Musuh yang harus dihadapi oleh Seorang wanita bernama Helen adalah Raja yang memiliki julukan The Blood Eyes. Bersama teman-temannya Helen berusaha melawan pasukan Patiraga."