Helen, Victor dan Kenneth terharu atas cerita dari Drake.
Di balik wajahnya yang gagah dan perkasa, ternyata terlihat topeng yang begitu tebal."Aku mengerti perasaanmu Drake," ujar Helen tersenyum singkat.
Kenneth juga tersenyum, "Aku juga Drake, walau aku tak mengalaminya."
Mereka semua tau bagaimana rasanya kehilangan orang yang di cintai apalagi yang merawat sedari kecil.
Mereka, harus kehilangannya selama-lamanya.Apalagi Helen, yang selama ini selalu di manja oleh orang tuanya, sekarang, semua itu sirna.
Masih dengan rasa penasaran yang ada di benaknya tentang Patiraga.
"Sebenarnya Patiraga itu apa sih? Dari mana asalnya?" Helen bertanya sembari mengernyitkan dahinya.
Sang pemilik rambut pirang itu menjawab, "Patiraga, aku pun asing dengan nama itu, tapi aku yakin suatu saat nanti kita akan tau jawabannya."
"Dari mana kita akan tahu sementara kita tak pernah berbuat apa apa, hanya diam, dan." Helen menghembuskan nafasnya kasar, "Dan membiarkan korban berjatuhan." Sambung Helen.
"Sudah ku katakan sedari awal namun kalian malah menyalahkanku!!" ucap Rean dengan nada tinggi dan tatapan sinis.
Victor mengepalkan lengannya dengan keras, "Tak ada yang menyalahkan dirimu disini." Suara lembut dari Victor malah membuat Rean semakin sinis menatap.
"Kalau tak ada Helen di sini, tulangmu sudah ku jadikan makanan serigala," gumam Victor dalam hatinya.
"Rean, tolong jaga sikapmu." Drake menceramahi Rean dengan menepuk bahunya.
Rean lantas langsung buang muka dengan mereka semua.
Mungkin saat ini Victor bisa mengontrol emosinya, tapi tak tahu suatu saat nanti.
Victor mengajak Helen keluar mencari makanan untuk mereka berlima.
"Helen, kau suka makan apa?"
"Apapun aku suka ketika aku lapar,"
"Buah? Buah apa yang kau suka?" Victor bertanya seolah dia khawatir jika Helen tak makan bersama mereka.
Helen tak menjawabnya, buah yang ia suka sangat sulit di cari, yaitu apel emas.
Victor memaksa, "Ayo katakanlah, mungkin saja bisa ku tunaikan keinginanmu."
"Tak perlu Victor, buah yang ku suka adalah apel emas. Dulu ayah ku sering membawakan aku apel emas. Setiap lapar, atau sedang sedih," jelas Helen sembari menahan air matanya agar tak lolos dari pipinya.
Helen menahan semuanya hingga lengannya gemetar hebat.
"Hanya itu?"
"Apa maksudmu 'hanya'? Itu sangat susah untuk di cari, tak perlu kau tunaikan itu, lebih baik kita cari rusa saja," kata Helen sembari memohon agar Victor tak menuruti apa yang Helen mau, padahal Helen tak mau.
Victor tersenyum tulus dan menundukkan kepalanya,"Apapun untuk dirimu, tak sulit bagiku mendapatkan dan menunaikan keinginan dirimu."
Ya, Victor berhasil, membuat Helen menjadi lebih kagum dari ini, sifat serta royalnya, sangat mirip dengan ayahnya.
"Tak perlu Victor, tak perlu."
"Helen, dengar, jika kau takut, kau tunggu di sini mencari rusa, aku akan mencari apel emas itu untuk dirimu, percayalah padaku, aku tak akan menipumu," tegas Victor.
Helen meremas gaunnya kuat kuat, "Aku percaya, tapi, tolong, jangan membuatku merepotkan dirimu."
Helen benar benar tak mau membebani Victor.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen Of Magadir ✔
De Todo"Kerajaan Magadir telah dijajah oleh pasukan Kerajaan Patiraga. Musuh yang harus dihadapi oleh Seorang wanita bernama Helen adalah Raja yang memiliki julukan The Blood Eyes. Bersama teman-temannya Helen berusaha melawan pasukan Patiraga."