Kerumunan manusia berkumpul di sebuah tempat kumuh.
Ribuan bahkan ratusan orang berlari dari tembakan."Jangan sisakan siapapun di sini," teriak seorang pria sang pemimpin pasukan.
Pemimpin pasukan itu mendobrak keras pintu yang engselnya hampir rusak, di paksa masuk dengan sekuat tenaga dengan bahu yang kekar itu.
Semua berhamburan lari kemana-mana dengan sekuat tenaga mereka, walau ada yang menahan sakit di kakinya karena kejaran pasukan yang kuat.
Darr
Suara pintu yang hampir meledak karena dobrakan pria kekar.
"Tangkap mereka!" perintah pria itu.
Lantas sang empu yang di perintahkan menurutinya.
Pasukan kerajaan itu memegang pundak pria tua yang badannya sudah rapuh. Pria tua itu hanya bisa pasrah menurut kemana pasukan menuntun dirinya.
Pria tua itu berusaha untuk melepaskan tubuhnya dari cengkeraman pasukan kerajaan, namun, apalah daya kekuatannya tak sebanding dengan badan kekarnya.
"Tak usah melawan orang tua! Tugasmu hanya diam dan tak perlu berbicara apapun!" bentak pasukan.
Beliau hanya bisa pasrah dan meng-iyakan ucapan sang pasukan.
****
Wanita berkulit putih berparas cantik tengah mengaduk minuman di sebuah cangkir tanah liat.
Minuman hangat tersandar di tangannya.
"Ayah, ini aku bawakan-" ucapan Helen terpotong.
Prang
Gelas yang di pegangnya itu pecah seketika dan air panasnya membasahi kakinya.
"A-ayah? Ayah di mana?"
Tak ada sahutan dari siapapun Helen lantas mengecek ke seluruh ruangan yang ada.
"Ayah? Ibu?"
Masih tak ada sahutan.
"Dimana mereka," gumam Helen.
Helen hanya menaruh cangkir tanahnya di sebuah meja dan Helen duduk di kursi sembari menggigit kukunya.
Tak hanya diam, akhirnya Helen keluar dan melihat ke tetangganya.
"Ada apa itu?" tanya Helen kepada orang tua yang kebetulan lewat di depan rumahnya.
Dengan gelisah, orang tua itu berkata, "M-mereka, p-patiraga."
Srrt!
Tombak melesat tepat di depan Helen dan orang tua yang baru ditanya dirinya terjatuh lemas.
Helen masuk ke rumahnya segera menutup pintu dengan keras.
"Ada apa dengan ini semua? Kenapa?"
Suara ketukan datang dari arah pintu rumah Helen, Helen segera pergi ke dalam dapur dan bersembunyi di sana.
"Tak ada siapapun di sini, sudah ada yang mengecek rumah ini, lihat mayat di pintu." suara pria itu terdengar hingga telinga Helen.
Pria itu lantas menutup pintunya dengan keras hingga rusak.
Darr
Suara dentuman keras terdengar hingga ke pelosok desa.
"Aku, Aku harus kabur dari sini, Aku tak bisa," ucap Helen.
Akhirnya Helen membuka lemari milik ayahnya dan mengambil tongkat sihir yang berada di lemariya itu.
Helen pergi melalui pintu belakang dengan mengendap-endap.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen Of Magadir ✔
Diversos"Kerajaan Magadir telah dijajah oleh pasukan Kerajaan Patiraga. Musuh yang harus dihadapi oleh Seorang wanita bernama Helen adalah Raja yang memiliki julukan The Blood Eyes. Bersama teman-temannya Helen berusaha melawan pasukan Patiraga."