"Bantu angkat ke atas," ucap Lintang pada Awan setelah memarkirkan motornya di garasi.
Jam baru menunjukkan pukul 9 malam namun Mentari sudah tertidur pulas di punggung Lintang ketika perjalanan pulang .
Awan berdecak kesal sembari memarkirkan motornya,"Angkat sendiri napa, biasanya aja kuat," protes Awan yang tengah memegang tubuh Mentari ketika Lintang turun dari motor.
Lintang memijat pelan pundak nya yang terasa kebas,"Lagi nggak kuat," ucapnya melepas helm yang di kenakan Mentari.
"Ni bocah pelor bener dah tumben baru juga jam 9," gerutu Awan mengangkat tubuh Mentari memasuki rumah.
"Sini," pinta Lintang untuk meletakkan Mentari ke punggungnya ketika akan menaiki tangga menuju kamar.
"Yakin kuat?," tanya Awan memastikan, pasalnya Lintang masih mengalami demam walau tidak sepanas pagi tadi.
"Gampang," ucap Lintang menaikan tubuh Mentari agar lebih nyaman saat di gendong, "pulang sana, besuk sekolah," usir Lintang membuat Awan yang tadinya ingin ikut ke kamar langsung berbalik menuju pintu keluar.
Dangan hati hati Lintang merebahkan tubuh Mentari ke atas kasur tak lupa melepas sepatu dan menarik selimut sebatas dada.
Bukannya ikut merebahkan tubuhnya di atas kasur Lintang lebih memilih menarik kursi meja belajar sembari terus mengetik sesuatu di layar handphone nya.Tangannya dengan lihay terus bergulat tanpa henti di layar handphone nya entah apa yang sedang di kerjakan oleh Lintang sampai tak menyadari hari sudah hampir tengah malam.
"Lyn tidur, udah malem," tegur Mentari yang terbangun dan melihat Lintang yang masih terpaku di meja belajar, "satu, dua tiga," hitung Mentari membuat Lintang buru buru naik ke kasur dan meletakkan handphone nya di atas meja setelah menyimpan semuanya.
"Good girl," puji Mentari sembari tersenyum tipis lalu membalikkan badannya membelakangi Lintang untuk mencari posisi nyaman.
Cukup lama Lintang bisa benar benar tertidur, beberapa gerakan dari Lintang yang tengah mencari posisi nyaman berhasil membuat Mentari tak bisa tidur kembali. Dengan pasrah Ia masih menunggu Lintang tertidur pulas sebelum membalik tubuhnya menghadap Lintang, tangannya terulur memegang kening Lintang untuk memastikan suhu tubuhnya. Dengan telaten Mentari membuka laci meja yang ada di samping tempat tidur untuk mengambil kool fever dan langsung menempelkan nya di kening Lintang dengan hati hati.
"Bakat bener dah gua jadi perawat," gumam Mentari kembali merebahkan tubuhnya sembari menarik selimut sebatas dada.
Belum sempat tertidur Mentari kembali membuka mata ketika mendengar Lintang melenguh seperti kesakitan, di genggamnya tangan Lintang sembari mengusapnya pelan membuat Lintang perlahan tenang. Mentari berdecih pelan melihat wajah Lintang yang tampak pucat, " besuk perlu minta gaji lemburan nih," ucapnya kembali mencoba tidur dengan tangan yang masih mengusap tangan Lintang pelan.
****
"Bangun," bisik Lintang mencoba membangunkan Mentari setelah memakai seragam sekolahnya, "bangun atau gua tinggal," sambungnya membuat Mentari langsung berdiri dengan sempoyongan masuk kedalam kamar mandi.
"Lyn handuk!!," teriak Mentari dari dalam kamar mandi, " nggak jadi, ini udah ada!," teriak Mentari lagi.
Tangannya yang masih sibuk mengikat tali sepatu sempat terhenti ketika mendengar suara Mentari, Ia hanya bisa menggeleng heran mendengar teriakkan Mentari, setelah memakai sepatu Lintang berjalan menuju meja belajar dengan teliti Ia membaca dan memasukkan beberapa buku sesuai jadwal yang tertempel di papan tulis dekat meja pelajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise we won't go anywhere
General FictionKetika langitmu abu abu, masih ada aku yang akan membuatnya membiru. Ketika langitmu tak ada bintang, ada aku, bulan paling terang untukmu. Ketika harimu selalu hujan, ingat aku pelangi yang akan datang setelah nya. Jika lembaran bukumu tampak koso...