Setelah makan dan mengobrol Lintang dan Mentari memutuskan untuk pulang ketika jam sudah menunjukkan pukul 5 sore.
Ke duanya saat ini tengah berada di dalam mobil menuju arah rumah yang hanya berbeda komplek perumahan dari rumah Awan, suasana yang tadinya ramai tiba tiba hening ketika hp milik Mentari terjatuh dari tangannya, Lintang pun tersenyum tipis ketika melihat Mentari sudah tertidur dengan kepala yang menyandar di kaca mobil.
Tangan kirinya terulur merubah posisi kepala Mentari agar tidak bersandar di kaca mobil, dengan perlahan Lintang mengemudi kan mobilnya ketika melewati beberapa polisi tidur, tak butuh waktu lama mobil hitam milik Lintang memasuki halaman rumah milik Mentari.
Setelah menarik rem tangan Lintang meraih beberapa sampah yang ada di tempat duduk belakang, dengan pelan Ia keluar dan kembali masuk kedalam mobil dan mulai mengambil beberapa sampah yang sudah jatuh berserakan, untungnya tidak ada saus atau bumbu yang tumpah kali ini.
Lintang berdecak kesal ketika beberapa sampah tersangkut di sela sela kursi membuatnya harus extra untuk mengambil nya.
"Kenapa nggak bangunin," lenguh Mentari menatap Lintang yang tengah bersih bersih di kursi belakang, kedua matanya yang tampak merah pun terus Ia paksa untuk membuka.
"Tidur lagi aja. Ntar Gua bangunin kalau udah selesai," ucap Lintang melirik Mentari sekilas dan kembali ke aktivitas nya.
"Nggak ah," tolak Mentari melenguh mengangkat kedua tangannya ke atas, "mau pindah ke kamar aja," ucapnya memejamkan mata untuk mengumpulkan energi untuk berjalan ke kamar.
Dengan pasrah Lintang keluar mobil dan buru buru membantu Mentari yang tampak terhuyung saat berjalan menuju pintu rumah, "pelan pelan," nasehat Lintang menarik pundak Mentari saat menaiki tangga.
"Bangunin jam 7 ya," ucap Mentari menjatuhkan tubuhnya di atas kasur.
Lintang berdeham pelan sembari melepas kan kedua sepatu Mentari. Selesai dengan urusan sepatu kedua tangan Lintang dengan perlahan menarik selimut untuk menutupi tubuh Mentari.
Lintang tersenyum tipis ketika melihat Mentari yang menggeliat menarik sebuah guling ke pelukannya, dengan perlahan Lintang membuka lemari mengambil satu stel baju, lalu buru buru berjalan ke arah kamar mandi.
Tak butuh waktu lama dengan setelan santai Lintang keluar dari kamar mandi, rambut panjangnya yang masih tampak basah membuatnya terus menggosoknya dengan handuk.
Dengan gontai Lintang meraih kunci mobil yang ada di atas meja belajar, Ia harus buru buru membersihkan mobilnya dari beberapa sampah yang masih tersisa sebelum menimbulkan bau yang tidak sedap.
Lintang bedecak kesal ketika mencium bau yang sudah terlanjur mengendap di dalam mobilnya. Dengan malas Ia berjalan kembali kedalam rumah untuk mengambil jaket dan dompet yang masih ada di kamar Mentari.
Setelah berpamitan dengan Mama Ghia Lintang buru buru membawa mobilnya ketempat cuci mobil sebelum bau di dalam mobilnya semakin parah.
Setelah memarkirkan mobilnya untuk mengantri di tempat stem mobil Lintang buru buru berpindah ke pintu penumpang mengambil boneka Beruang milik Mentari yang belum sempat Ia keluarkan.
Boneka dengan mata bulat yang indah kini berada di pelukan, sesekali dengan gemas Ia memainkan kedua tangannya untuk mengusir rasa bosan.
"Lintang," sapa seseorang yang baru saja duduk di sebelahnya.
Melihat orang tersebut membuat Lintang memasang wajah malas sekaligus kesal, tidak di sekolah tidak di rumah Ia bertemu si Tupai atau Angkasa.
"Nggak perlu pergi, Gua cuma nyapa aja," cegah Angkasa ketika Lintang hendak berdiri berpindah tempat, "Gua duluan ya," pamitnya berjalan cepat menuju mobil yang sudah selesai di bersihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise we won't go anywhere
Ficção GeralKetika langitmu abu abu, masih ada aku yang akan membuatnya membiru. Ketika langitmu tak ada bintang, ada aku, bulan paling terang untukmu. Ketika harimu selalu hujan, ingat aku pelangi yang akan datang setelah nya. Jika lembaran bukumu tampak koso...