Dengan kesal Mentari terus melirik ke arah tempat duduk yang ada di hadapannya.
"Makan dulu," bujuk Lintang menggeser bungkus berisi nasi goreng agar lebih dekat dengan tubuh Mentari.
"Nggak, " tolak Mentari dengan kesal.
Lintang yang tampak cuek pun lebih memilih melanjutkan aktivitasnya menikmati nasi goreng yang masih hangat di hadapannya.
" Gua ke kamar dulu, " pamit Mentari dengan cepat menaiki tangga menuju kamar.
Dengan tenang Lintang terus melahap sesuap demi sesuap nasi goreng yang sempat Ia beli setelah sampai di bandara dini hari tadi. Tanpa menghiraukan larangan sang Mama Lintang buru buru memesan tiket pesawat menuju Jakarta ketika tidak bisa menghubungi Mentari sama sekali, rasa khawatir bercampur rasa lelah membuatnya tidak bisa menunggu sampai mata hari terbit.
Setelah menyimpan nasi goreng yang belum sempat di sentuh sama sekali, Lintang buru buru menaiki tangga menuju kamar milik Mentari yang berada di lantai dua.
Di lihatnya Mentari yang tampak meringkuk di atas kasur dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya, terlihat hembusan pelan menandakan Mentari kembali terbuai ke alam mimpi.
Tanpa menimbulkan suara Lintang buru buru masuk kedalam kamar mandi dengan handuk dan satu setel baju tidur yang berada di dalam lemari, mandi dengan air dingin mungkin bisa menyegarkan tubuh dan pikirannya yang terasa begitu lelah.
Belum sempat berjalan meninggalkan kamar mandi, Lintang berbalik dan dengan cepat berjalan menuju wastafel untuk membasuh wajah nya ketika sesuatu menetes dari kedua hidungnya yang tampak sedikit memerah.
Lintang tampak berdiam sejenak menatap pantulan wajahnya yang ada di cermin, tampak sedikit pucat dengan beberapa garis yang menegaskan rasa lelah yang Ia rasakan.
"Lyn," panggil Mentari dari balik pintu.
Mentari menatap Lintang penuh selidik ketika pintu kamar mandi terbuka,"Gua tidur dulu," pamit Lintang ketika menyadari tatapan penuh kecurigaan milik Mentari.
Beberapa kali Mentari berusaha menyentuh pundak Lintang yang tengah meringkuk membelakangi nya, rasa bersalah tampak menyelimuti hatinya saat ini. Di lihatnya Handphone yang masih tergeletak di atas meja dari semalam.
Tampak puluhan notifikasi terus saja masuk ketika handphone yang ada di tangannya berhasil dinyalakan.
Mentari menghela nafas ketika melihat puluhan chat dari Lintang, dengan kesal Mentari memukul kepalanya dan merutuki kebodohan nya semalam."Gua egois ya Lyn," bisik Mentari menyelipkan helaian rambut Lintang yang menutupi wajahnya, satu helaan nafas kembali berhembus dari mulut Mentari, "nyusahin orang mulu Lo Mentari," kesalnya menepuk dadanya yang terasa sesak.
****
Entah kalimat apa yang yang terus di gumamkan Mentari sedari tadi, kedua tangannya masih terus berkutat dengan tali sepatu yang sedari tadi tampak tak ada benarnya, dengan kesal Mentari melepas dan membanting kedua sepatunya ke halaman ketika tak kunjung berhasil mengikat tali sepatu dengan rapi.
Sebuah tangan dengan lembut mengangkat kaki mentari, akhirnya dua pasang sepatu hitam berhasil terpasang dengan rapi di kedua kaki Mentari," jangan di lepas kalau nggak bisa ngiket," ucap Lintang ketika melihat sepatu sudah terpasang rapi, senyum terlukis di wajah Lintang ketika mendongak melihat wajah polos Mentari.
Cubitan pelan melayang pada kedua pipi Mentari sebelum tarikan lembut membawa keduanya menuju pintu gerbang.
"Pagi pagi sarapan nasi, kurang garam atau kurang kasih sayangggg," lagu asal yang di bawakan Awan ketika Mentari dan Lintang ahirnya muncul dari balik pintu gerbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise we won't go anywhere
Ficțiune generalăKetika langitmu abu abu, masih ada aku yang akan membuatnya membiru. Ketika langitmu tak ada bintang, ada aku, bulan paling terang untukmu. Ketika harimu selalu hujan, ingat aku pelangi yang akan datang setelah nya. Jika lembaran bukumu tampak koso...