Suasana ramai menyelimuti penjuru sekolah, banyak siswa maupun siswi tampak lalu lalang di penjuru koridor maupun area taman.
Tampak seseorang tengah melenguh ketika sinar matahari menyinari wajahnya, tak ingin terganggu dirinya merubah posisi memeluk tubuh seseorang yang sedari tadi pahanya Ia gunakan sebagai bantal.
Sebuah dengusan kesal keluar begitu saja ketika cemilan ditangannya habis, Mentari kembali menyandarkan tubuhnya pada pohon yang ada di belakangnya. Tangan kanannya terulur merapikan jaket yang menutup tubuh bagian bawah Lintang yang tengah berbaring dengan nyaman.
"Ini sekolah Lyn, bukan persinggahan buat tidur," ucap Awan yang baru saja datang membawa beberapa botol air mineral yang sempat di pinta oleh Mentari.
"Biarin aja sih, kasihan semalem pulang jam 1 an," bela Mentari menerima air mineral yang sudah di buka oleh Awan, " cosplay kalong kan," ejek Mentari setelah meneguk sedikit air mineral.
"Terus."
"Apanya yang terus?."
"Terus ini bocah tidur di mana, emperan toko apa gimana," ejek Awan mengambil sebuah daun yang menempel di punggung Lintang.
"Tidur di rumahnya lah. Ya kali jam segitu ngetok rumah Gua," jawab Mentari menatap Awan dengan tatapan jengah.
Awan mengangguk mengerti, tangannya langsung terangkat melambai ketika melihat seseorang yang ada di sebrang taman bersama dengan teman temannya melintas.
"Lu nggak ada niatan ngenalin dia ke Gua sama Lintang?," tanya Mentari ikut memperhatikan segerombolan siswi yang melintas.
Tangan Awan berhenti melambai ketika sang pujaan hati sudah tidak terlihat,"Ada, cuma belum waktunya," jawabannya kembali menusuk cimol dan memasukkan nya ke dalam mulut.
Mentari menghela nafas sebelum menatap Awan serius,"Jangan lama lama, Gua nggak mau itu calon Lo mikir macem macem ke Gua atau Lintang."
"Nggak lah, nggak mungkin juga dia mikir aneh aneh," ucap Awan yang tampak terlalu percaya diri.
"Denger Wan. Adakalanya perempuan ngasih toleransi buat cowoknya sahabatan sama cewek, tapi jangan terlena gitu aja. Perasaan perempuan itu nggak bisa di tebak, bisa aja muncul rasa overthinking tapi sama dia di pendem sendiri," ucapan Mentari terhenti ketika lenguhan pelan Lintang terdengar,"lama lama bakal jadi bom waktu dan akhir nya berantem. Sebagai cowok juga harus tau dan faham hal hal simpel kaya ngenalin pasangan nya ke sahabat deketnya, apalagi sahabatan antara cowok cewek," ucapnya sembari mengelus kepala Lintang lembut.
Awan tampak terdiam mencerna ucapan yang baru saja di lontarkan oleh Mentari,"Tunggu genap sebulan, kalau dia tahan berarti Gua bakal ngenalin Dia ke kalian berdua," putusnya setelah hening beberapa saat.
Mentari mengangguk setuju,"Okey Gua tunggu."
"Banyak yang bilang, nggak ada sahabat yang pyur sahabat antara cowok dan cewek," sambung Lintang dengan suara seraknya, "mau kita udah sahabatan lama, pemikiran kita sama, bukan berarti orang bakal satu pemikiran soal hubungan persahabatan," lanjut Lintang sembari merubah tubuhnya menjadi duduk bersandar pada pundak Mentari.
"Kalau Lu suka sama Dia, tegasin. Kenalin ke Gua sama Mentari. Kasih rasa percaya ke dia kalau kita pyur sahabat, sedangkan dia pasangan Lo," lanjut Lintang yang masih setia memejamkan mata menikmati usapan lembut dari Mentari.
Ucapan Lintang benar benar membuka pandangan Awan kali ini.
"Hebatnya kasus percintaan Lo Wan bisa bikin Lintang ngomong sebanyak itu," kekeh Mentari ketika menutup mulut Lintang yang tengah menguap," tidur lagi aja Lyn. Masih ada setengah jam lagi," ucap Mentari ketika melihat Lintang mengusap sudut matanya yang tampak berair setelah menguap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise we won't go anywhere
Ficção GeralKetika langitmu abu abu, masih ada aku yang akan membuatnya membiru. Ketika langitmu tak ada bintang, ada aku, bulan paling terang untukmu. Ketika harimu selalu hujan, ingat aku pelangi yang akan datang setelah nya. Jika lembaran bukumu tampak koso...