Mentari dengan senyum merekah terus menatap adonan kue yang tengah di panggang di dalam oven. Kedua mata cerahnya sesekali melirik jam yang ada di dinding sebelum kembali fokus pada oven di hadapan nya.
Setelah berkutat di dapur dengan sang Mama ahir nya Ia berhasil membuat kue yang saat ini tengah di panggang di dalam oven. Lintang yang tengah duduk di kursi meja makan sesekali tersenyum tipis ketika melihat Mentari yang tampak tidak sabar untuk menyicip kue buatannya.
"Gua balik dulu bentar," pamit Lintang membuat Mentari langsung berdiri menatap nya seakan akan tidak memperbolehkannya pergi, "Ambil sragam besuk," jelas Lintang langsung mendapat anggukan dari Mentari.
"Pulang dulu sebentar Ma," pamit Lintang kepada Mama Ghia yang tengah mencuci peralatan yang selesai di gunakan untuk membuat kue.
"Hati hati ," ucap Mama Ghia tersenyum geli.
"20 langkah doang dari sini Ma," gurau Lintang tersenyum tipis lalu berjalan keluar rumah.
Langkah Lintang terhenti ketika melihat seseorang yang tengah berdiri di depan gerbang rumahnya. Setelah berdebat dengan isi kepalanya Lintang memutuskan tetap melanjutkan langkah nya untuk pulang, dengan satu tangan yang Ia masukkan ke saku celana Lintang berjalan dengan cepat melewati laki laki tersebut.
"Sebentar," cegahnya menarik tangan Lintang membuat Lintang buru buru menepis nya dengan kasar.
"5 menit," putus Lintang yang tampak malas meladeninya.
Laki laki bernama Angkasa tersebut tampak menetralkan suaranya dan mencoba menarik tangan Lintang walau di tepis dengan kasar kembali oleh Lintang,"Gua nggak ada harapan ya Lyn?," tanya Angkasa setelah mendapat penolakan kesekian kali.
"3 menit," ucap Lintang mengangkat tangannya memberi isyarat waktu yang tersisa.
Angkasa mengusap kasar wajahnya, "Gua bener bener suka sama Lo. Apa nggak ada secuil aja perasaan suka buat Gua Lyn," tanya Angkasa tampak frustasi.
"Jawabannya masih sama kaya tadi siang," saut Mentari yang berjalan cepat menghampiri Lintang.
Angkasa berbalik menatap Mentari yang berjalan dengan cepat dan langsung memeluk lengan Lintang erat,"Sebentar, bisa kasih waktu Gua bicara sama Lintang berdua," jelasnya yang ingin berbicara berdua hanya berdua dengan Lintang.
"Nggak ada yang perlu dibicarain lagi. Semua udah jelas, Gua nggak suka dan nggak pernah suka sama Elo," jelas Lintang menarik tangan Mentari memasuki gerbang meninggalkan Angkasa yang tampak berusaha menerobos satpam yang menghentikan nya.
"Kenapa di sini?," tanya Lintang yang tengah mencari sragam untuk di kenakan besuk pagi.
"Perasaan Gua nggak enak, makanya mau nyusul," jelas Mentari merebahkan tubuhnya di atas kasur," eh bener aja ketemu tu si tupai di depan," jelas Mentari menarik guling yang ada di atasnya untuk di peluk.
"Cuekin aja," jelas Lintang menarik bangku meja belajar nya untuk mengambil beberapa buku pelajaran esok hari.
"Tapi Lo beneran nggak suka sama Angkasa?," tanya Mentari membuat Lintang berhenti dan menatap nya dengan tatapan aneh," siapa tau aja Elo pura pura nggak suka biar Gua nggak marah," lanjut nya membuat Lintang menatap nya semakin bingung.
"Gua nggak suka," jelasnya kembali melanjutkan aktifitasnya yang sempat terhenti.
Mentari merubah posisinya menjadi duduk di ujung kasur dekat dengan tempat duduk Lintang, "Masa sih, Angkasa walau kaya Tupai begitu lumayan ganteng loh," godanya tak mau mengalah.
"Biasa aja."
"Dia tajir loh," goda Mentari yang benar benar tak mau kalah.
"Duit Gua banyak kalau lupa," jelas Lintang mengeluarkan dompet hitam dari sakunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise we won't go anywhere
Ficção GeralKetika langitmu abu abu, masih ada aku yang akan membuatnya membiru. Ketika langitmu tak ada bintang, ada aku, bulan paling terang untukmu. Ketika harimu selalu hujan, ingat aku pelangi yang akan datang setelah nya. Jika lembaran bukumu tampak koso...