Part 4

79 11 2
                                    

Bu Hunah yang ada di mejanya terus mengetuk jari jarinya sembari berfikir hukuman apa yang pantas di berikan pada murid yang tidak mengerjakan tugas yang Ia berikan minggu kemarin.

Beberapa kali Beliau menimbang sembari melihat rintik rintik hujan di luar ruangan, beberapa kali Bu Hunah melirik satu murid yang setia berdiri di sudut ruangan.

"Lintang," panggil nya membuat Lintang berjalan mendekat. "Karena hari ini hujan dan Ibu lagi bingung mau hukum kamu apa, jadi biar kamu jera dan nggak nyepelin tugas yang ibu kasih, Ibu bakal kasih kamu pilihan," ucap Bu Hunah tersenyum tipis melihat sebelum melanjutkan ucapannya.

"Ibu kasih kamu pilihan, joget sambil nyanyi atau traktir Ibu sama satu kelas kamu bakso Cak Min setelah selesai kelas,"ucap Bu Hunah tersenyum geli.

"Bakso Cak Min untuk satu kelas, " ucap Lintang enteng sembari mendekat ke arah Mentari meminta dompetnya.

Lima lembar seratus ribu Ia letakkan di atas meja bendahara kelas," cukup kan?,"  tanya Lintang kembali menyerahkan dompetnya kembali kepada Mentari.

"Cukup kok cukup," jawab Dwi yang tampak kaget sama seperti murid lainnya.

"Boleh saya duduk bu?," tanya Lintang pada Bu Hunah yang menatap nya tidak percaya.

"Silahkan," ucap Bu Hunah tidak bisa berbuat apa apa.

Kelas tiba tiba hening selama lima menit sebelum suara bel istirahat berbunyi nyaring seantero sekolah.

"Baris yang rapi, jangan saling dorong atau apapun," instruksi Muhammad sebagai ketua kelas membuat semua murid berbaris .

" Nanti biar saya aja yang antar baksonya ke Ruang Guru bu," ucap Nita pada Bu Hunah yang sudah siap mengikuti barisan.

Bu Hunah pun mengangguk pelan lalu berjalan cepat menuju Ruang Guru.

"Makasih traktirannya Lyn," ucap  beberapa murid yang melewati tempat duduk Mentari dan Lintang.

Mentari menatap Lintang jengah,"Gua tau lu banyak duit, tapi jangan di hambur hamburin juga," kesal Mentari setelah semua murid meninggalkan kelas.

"Mau di hambur hamburin juga nggak habis itu duit Lintang," bela Awan mengedip kan satu matanya pada Lintang.

"Diem lu."

"Duit bisa di cari, urat malu gua yang nggak bisa," ucap Lintang merebahkan kepalanya dan memejamkan matanya di lipatan tangan, " ambil jatah bakso sana, nitip air mineral satu," usir Lintang.

"Gass!!," teriak Awan berlari dengan semangat menuju kantin.

"Ada lagi?," tanya Mentari merapikan jaket Lintang yang masih Ia kenakan.

"Itu aja."

"Oke sama roti satu," ucap Mentari berjalan keluar kelas, " gua nyomot duit di dompet ya," ucap Mentari dari jendela mendapat acungan jempol dari Lintang tanda mempersilahkan.

Tak butuh waktu lama Awan dan Mentari memasuki kelas dengan kedua tangan yang sudah penuh dengan beberapa cemilan.
Dengan hati hati Awan menaruh nampan berisi tiga mangkuk bakso dan es teh di atas meja, Ia membalikkan kursi miliknya menghadap meja Mentari.

"Mau sekolah apa buka toko," ucap Awan melihat kantung plastik berisi jajanan yang di beli Mentari dari kantin.

"Sekalian buat nanti," ucapnya memasukkan beberapa cemilan ke dalam laci, "minum dulu," ucap Mentari menyenggol pundak Lintang membuat si empunya menggeliat meregangkan tubuhnya.

"Sakit?," tanya Lintang menyentuh kening Mentari.

Tangan Mentari menarik tangan Lintang yang masih berada di keningnya,"Nggak, dingin doang,"  ucapnya menyerahkan satu botol air mineral .

Promise we won't go anywhere Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang