14

115 9 1
                                    

"Ayo keluar," ujar Korn yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang melekat di tubuhnya.

Weir hanya mengangguk, menyimpan hpnya, dan mulai bangun dari sofa.

"Apa kamu boleh berjalan? Mahuku gendong?" Tanya Korn membuat Weir memerah karena malu.

"Jangan berlebihan, phi!" Ujar Weir malu dan langsung berlalu pergi begitu saja meninggalkan Korn.

Korn hanya menggelengkan kepalanya dan langsung mengikuti Weir dari belakang.

Keduanya menuju ke lobi hotel, di sana sudah ada sebuah mobil menunggu kedatangan keduanya.

"Tuan," ujar seorang pria dengan menunduk hormat yang cukup familiar di mata Weir.

Tentu saja, pria tersebut lah yang mengantar mereka ke mana saja yang mereka inginkan. Tentunya sudah tidak asing di mata Weir.

Keduanya masuk ke dalam mobil dengan pria tersebut yang memandu, tujuan mereka saat ini adalah mall. Di sana pasti ada apa yang mereka inginkan.

Hampir satu jam akhirnya mereka sampai di tujuan. Weir dan Korn langsung keluar. Kalau berlama-lama mungkin sampai tengah malam mereka di sini.

"Phi, ayo makan dulu," ujar Weir saat mereka baru saja melangkah masuk ke dalam mall, melihat betapa besarnya mall ini membuat Weir merasa mereka mungkin perlu mengambil waktu untuk mencari toko perhiasan.

Sedangkan Weir sudah merasa lapar sekarang, apalagi ia memang belum makan sepanjang hari.

Korn hanya mengangguk setuju, ia juga merasa lapar saat ini. Lebih baik mereka makan terlebih dahulu.

Melihat Korn setuju, Weir langsung berlari ke arah restoran yang tidak jauh dari tempat ia berdiri. Perutnya akan segera terisi sekarang. Sedangkan Korn hanya mengikuti Weir dari belakang.

Weir langsung duduk di meja kosong, dan Korn langsung duduk di hadapan Weir.

Pelayan dengan sopan mendekati mereka, menyodorkan buku menu restoran, dan berkata, "Selamat datang, ini menu restaurant kami?"

Mereka memesan makanan, dan hanya ada keheningan yang nyaman. Menikmati kehadiran satu sama lain. Tak lama makanan sampai, dan keduanya makan dalam diam.

Setelah selesai makan, mereka meninggalkan restoran dan melanjutkan perjalanan mereka, mencari toko perhiasan di dalam mall yang begitu besar. Korn menggengam erat tangan Weir, khawatir ia akan tersesat di tengah keramaian.

"Phi, ayo beli aiskrim itu."

"Aku mau gula-gula kapas itu!"

"Belonnya lucu, ayo beli!"

"Phi haus, ayo beli air itu."

Setelah berbagai drama memilih makanan ringan, akhirnya mereka tiba di depan toko perhiasan. Korn dengan lembut menarik tangan Weir dan membawanya ke toko tersebut. Mereka masuk dan disambut dengan ramah oleh para pelayan.

"Selamat datang tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pelayan dalam bahasa Inggris.

Korn mengangguk, "Kami mencari cincin, khususnya cincin pertunangan."

"Baiklah, mari saya tunjukkan pilihan cincin kami." Pelayan tersebut mengarahkan mereka.

Pelayan tersebut berjalan terlebih dahulu, diikuti oleh Korn dan Weir di belakangnya, sehingga pelayan tersebut berhenti di bagian sesuai permintaan.

"Di sini, seperti yang anda boleh lihat, ada pelbagai jenis cincin untuk pertunangan atau pernikahan, anda bisa melihat dan memilihnya sendiri tuan," ujar pelayan tersebut menunjukkan cincin di hadapannya.

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang